Kapitalisme Sekuler Kian Radikal, Tanda Perubahan Peradaban Kian Dekat

Last Updated: 10 Juni 2021By

Agan Salim

Peradaban besar tidak dibunuh, mereka mencabut nyawanya sendiri. Demikian kesimpulan sejarawan Arnold Toynbee dalam magnum opusnya, “A Study of History”. Runtuhnya peradaban dapat didefinisikan sebagai hilangnya populasi, identitas, dan kompleksitas sosial-ekonomi, secara cepat dan permanen. Layanan publik hancur, dan kekacauan terjadi ketika pemerintah kehilangan kendali atas kontrol kebijakan.

Semua itu terjadi karena makin lebar KETIDAKSETARAAN dan menguritanya OLIGARKI disemua lini vital pilar negara, baik di ranah politik, ekonomi, dan hukum. Ketidaksetaraan ekonomi, politik, dan hukum inilah yang menjadi pendorong utama disintegrasi sosial, tekanan sosial, yang akhirnya menjalar kepada masalah ekologi, sosial dan ekonomi.

Saat ini kapitalisme dunia kiat radikal, bukan hanya memisahkan agama dari kehidupan tapi telah berubah sedemikian radikal yaitu memusuhi agama dengan menstigmatitasi negatif ajaran agama, bahkan menganggap ajaran agama sebagai ancaman yang berbahaya. Tak terkecuali di negeri ini saat ini.

Kehancuran peradaban kapitalisme secara alamipun pasti terjadi, dan akar kepastiannya terletak pada sekularisme itu sendiri sebagai asasnya. Agama dipisahkan dari pengaturan kehidupan, lantas manusia membuat aturan kehidupan sendiri dengan akalnya yang terbatas. Mereka lupa akan satu hal, bahwa akal semata tidak akan mampu menghasilkan kebenaran, akal manusia hanya didesain untuk mampu memahami kebenaran.

Sedangkan kebenaran tiada lain hanya berasal dari Sang Khaliq Allah SWT. Maka dapat dipastikan sistem yang cacat ini hanya membawa pada kesengsaraan dan kehancuran, sebab kebenaran telah dicampakkannya sedari awal.

Kesimpulan ini bukan tak mendasar, merujuk pendapat Ibn Khaldun, seorang sejarawan muslim yang juga ahli politik, ekonomi, dan sosiologi Islam mengungkapkan faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal daripada eksternal.

Dalam kitabnya menggambarkan tentang siklus sejarah yang menyatakan bahwa terdapat siklus atau fase-fase dimana peradaban lahir, tumbuh, berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya, kemudian mengalami kemunduran, hingga akhirnya mengalami keruntuhan sama sekali.

Mehdi, Soltanzadeh dalam presentasinya “Factor Affecting a Society Life Span, According to Ibn Khaldun” menyimpulkan faktor-faktor jatuhnya sebuah peradaban menurut Ibn Khaldun seperti rusaknya moralitas penguasa, penindasan penguasa dan ketidak adilan, kezaliman, orientasi kemewahan masyarakat, egoisme, opportunisme, penarikan pajak secara berlebihan, keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat, rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama, serta penggunaan media dan militer secara tidak tepat.

Realitas akan faktor-faktor diatas semakin nyata kita saksikan abad ini, maka sudah waktunya dunia khusus kaum muslimin menyiapkan diri untuk menyambut lahirnya peradaban baru. Peradaban pengganti dari sistem rusak kapitalisme sekuler yang kian radikal. Dan peradaban itu tidak lain adalah peradaban Islam.

Peradaban yang pernah berjaya 1300 tahun lamanya. Memuliakan dan menjadi rahmat semua umat manusia dengan kesejahteraan, kemakmuran, dan kemuliaan. Tiada kesempurnaan sistem kehidupan sepanjang peradaban dunia melainkan hanya bisa diwujudkan dengan Islam yang paripurna, karena berasal dari Sang Zat yang maha paripurna Allah SWT, pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan. []