Pengusaha, Dakwah & Bahagia

Last Updated: 8 Januari 2024By

Oleh : Agan Salim

Islam mempunyai pandangan bahwa bekerja dan berusaha termasuk berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik.

Anjuran untuk berusaha dan giat bekerja sebagai bentuk realisasi dari kekhalifahan manusia tercermin dalam Qur’an surat Ar-Ra’du (13):11 yang maksudnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga kaum itu mau merubah apa yang ada pada dirinya”.

Sehingga semangat bekerja keras dan kemandirian yang merupakan inti dari “entrepreneurship” yang telah digambarkan dalam ajaran Islam, hadir dalam diri mereka.

Setidaknya terdapat beberapa ayat Al-quran maupun Hadist yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti;

“Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri”. [HR. Abu Dawud]

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Secara tidak langsung Alquran juga mengemukakan akan tuntutan bekerja keras dan kemandirian melalui pembayaran zakat [Lihat Qs. an-Nisa (4):77] yang tentunya hanya dapat dibayarkan oleh mereka yang memiliki kekayaan.

Bahkan ditegaskan Allah lebih jelas lagi di Qur’an surat Al- Jumu’ah : 10 “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Pada sisi lain, pengusaha yang telah mendapatkan nikmat kesuksesan berupa kelapangan harta tersebut juga tidak boleh melupakan fitrahnya untuk menghamba kepada Sang Pencipta sebagai perwujudan gharizah tadayyun (naluri beragama).

Sehingga kehidupan sebagai manusia yang telah diberikan berbagai nikmat tidak berujung kepada kesia-siaan dan penyesalan.

Salah satu kewajiban yang melekat pada dirinya adalah kewajiban berdakwah, karena dengan dakwah seorang pengusaha Muslim menjadi peduli dengan sesama, peka terhadap kesulitan orang lain, berusaha simpati dan empati atas penderitaan yang dialami saudaranya.

Dengan sikap seperti itulah dia akan berusaha mencari akar permasalahan yang kemudian mempelajari Islam sebagai agama yang paripurna untuk menyampaikan solusinya.

Bahkan dengan berdakwah sajalah, jalan yang akan menjadikan hidup seorang pengusaha Muslim senantiasa giat mencari ilmu, tsaqofah, selalu bersemangat mencari cara dan sarana yang tepat dalam menapaki jalan dakwah, sehingga setiap langkahnya berbuah ikhlas dan istiqomah.

Dakwah membuat setiap pengorbanan pikiran, perasaan, tenaga, waktu, harta bahkan nyawa bernilai disisi Allah SWT sebagai wujud taqarrub ilallah (pendekatan diri kepada Allah).

Lalu, berbahagiakah para pengusaha yang telah menapaki jalan dakwah ?

Secara imani, tentu kebahagiaan berdakwah akan mereka dapatkan tatkala semakin banyak saudara seimannya tercerahkan dengan cahaya Islam dan syariatnya. Sejatinya saat ia berdakwah berarti ia telah mengabdikan diri untuk agama Illahi Robbi. Allah SWT memberikan kemuliaan bagi orang yang menolong agama-Nya, sesuai firman-Nya dalam Al Quran Surat Muhammad (47) : 7.

Secara tinjauan sains pun demikian, para neurosaintis menyatakan bahwa perasaan bahagia yang muncul sewaktu kita memberi dan berkorban; baik itu ilmu, waktu, dan harta; akan meningkatan hormon oxytocin yang terletak pada bagian belakang kelenjar pituitary di otak.

Peningkatan aktivitas otak tersebutlah yang kemudian dimaknai sebagai suatu kondisi mental dan merasa lebih dihargai serta terjadi peningkatan empati.

Perasaan positif dari aktivitas inilah yang akhirnya menghasilkan neurotransmitte kebahagiaan yang di kenal sebagai hormon endorphin.

Hormon endorphin sendiri secara umum merupakan hormon yang mampu menjadi penghilang apa yang kita anggap sebagai pengorbanan dan merubahnya menjadi rasa gembira dan bahagia.

Pada titik inilah korelasi permanen pengorbanan dalam aktivitas dakwah di jalan Allah menjadi begitu penuh makna.

Jadi mulai saat ini, pastikan dan rasakan, apapun pengorbanan kita dalam dakwah yang mulia ini, pasti berbuah bahagia dan kebahagiaan. Serta menjadi bekal terbaik kita di kehidupan akhirat kelak.

Wallaahu a’lam bish shawaab.