Pengusaha, Durjana Dan Kesatria : Agar Tak Lagi Ada Bencana Dan Musibah

Last Updated: 29 April 2021By

Oleh Abah Salim

Sebuah pengingat sholat malam sampai juga sama Abah. Muhasabah Di Balik Musibah, Terapkan Syariat Allah Secara Kaffah, Agar Terhindar Dari Hukuman Qodari ! Begitu judulnya. Lantas, apa isinya ? Ini dia.

”Hukuman dosa itu ada dua, yaitu hukuman syar’i dan hukuman qadari. Jika hamba Allah menjalankan hukuman syar’i, maka Allah akan cabut dari mereka hukuman qadari atau Allah menguranginya. Dan Allah tidak akan mengumpulkan dua hukuman (syar’iyah dan qadariyah) terhadap makhlukNya, kecuali hukuman tsb tidak bisa mengangkat dosa atau tidak cukup untuk menghilangkan penyakit tsb. Jika hukuman syar’iyah tidak dilaksanakan, maka yg datang adalah hukuman qadari, bisa saja lebih keras dari hukuman syar’iyah atau lebih ringan, akan tetapi dampaknya merata sedangkan hukuman syar’iyah dampaknya personal, Karena Allah SWT tidak menghukum secara syar’i kecuali kepada mereka yg melakukan kriminal (maksiat) secara langsung atau menjadi penyebab.”
Imam Ibnul Qoyyim, Al-Jawabul Kafi

Dalam penjelasan di atas, dunia tempat kita berpijak haruslah diatur dengan syariat Allah. Sehingga setiap perbuatan yg keluar dari syariat Allah akan mendapat hukuman syar’i. Jika ada transaksi riba maka dilarang, jika ada perzinaan, maka dirajam dst. Jika ada kemunkaran, maka ditegakkan atasnya nahi munkar, sehingga bumi ini dikelola oleh sistem ilahi, diatur oleh tata kelola yg Allah tentukan. Hal itu dilakukan agar tidak mengundang hukuman qodari berupa bencana dan musibah.
Masya Allah. Satu penggalan kalimatnya saja sudah bikin merinding. ‘Jika ada transaksi riba maka dilarang… jika tidak, ini akan mengundang datangnya hukuman qodari berupa bencana dan musibah’. Lantas selama ini yg terjadi sebaliknya. Transaksi riba malah menjadi bagian penting dari aktivitas bisnis dan keuangan. Bahkan ia menjadi jantungnya sistem ekonomi kapitalisme. Pantaslah jika bencana dan musibah akrab di tengah kita. Allah Kariim.

Truly Muslimpreneur,

Di tengah musibah yg berkepanjangan ini, kita memang sudah semestinya instrospeksi diri. Muhasabah diri. Jangan-jangan justru yg paling banyak andil terjadinya bencana dan musibah ini adalah pengusaha! Pengusaha yg selalu bertransaksi ribawi! Tentu disamping maraknya jenis kemaksiatan lainnya. Tapi rasanya, kemaksiatan yg paling sering dilakukan dalam bidang ekonomi tanpa merasa bahwa itu suatu kesalahan ya riba! Tapi… pengusaha juga protes jika disalahkan sendirian. Mengapa? Karena pengusaha merasa itu difasilitasi dan itu artinya legal! Jadi riba sebagai salah satu jenis kemaksiatan pengundang bencana dan musibah ternyata dilegalkan. Jika demikian, maka secara terbuka dan legal juga kita sudah mempersilakan Allah Swt untuk mengirimkan bencana dan musibah! Allah Kariim.

“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.”
HR. Al-Hakim

Kalau sudah begini, pertanyaannya, mau sampai kapan kita ini terus menantang Allah Swt untuk memberi hukuman qodari? Sampai kapan? Sampai bosan?

Dalam QS. Al ‘Araf ayat 179, kita dipahamkan bahwa setiap kita diberi fasilitas mata untuk bisa melihat fakta dan realita musibah serta kebenaran ayat-ayat Allah. Kita diberi telinga untuk bisa mendengar untai nasihat agar segera kembali ke jalan Allah. Kita diberi hati untuk bisa menerima kebenaran dan menundukkan diri kepada Dzat Pemilik kebenaran. Lantas, kemana saja semua itu selama ini?

Jangan sampai, asset pemantik hidayah taufiqiyah yg sudah Allah Swt berikan itu menjadi sia-sia belaka dan malah jadi pengundang celaka dan berakhir di neraka. Naudzubillahi mindzalik!

Truly Muslimpreneur,

Malam itu abah terpekur, penuh dalam sujud panjang. Melapor, mengadu pada Allah Swt. Jika kapitalisme biang pemantik bencana dan musibah itu arus utamanya, maka masih ada arus kecil yg terus melawannya. Bahwa masih ada dakwah, amar ma’ruf nahi munkar itu. Dakwah tak henti dilakukan. Amar ma’ruf terus digalakkan. Meski menghadapi tembok tebal para durjana kapitalisme. Arus kecil itu terus mencari jalan, membuncah, membesar. Sesuai sunatullahMu, arus ini terus mengalir hingga mastatho’tum hingga… izin dan pertolonganMu tiba.

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yg menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)

Truly Muslimpreneur,

Laju perubahan itu tak bisa ditahan. Redup malam itu kan berganti dengan terangnya siang. Kita hanya perlu menjalaninya. Bersegera bertobat dan makin mendekat taat kepada Allah Swt agar kita tak menjadi durjana kapitalisme pemantik bencana dan musibah. Tapi menjadi ksatria Islam pembawa rahmat dan berkah.

Tetaplah dalam koridor Bisnis, Ngaji dan Dakwah!

Ya Allah tempat bergantungnya harapan dan doa dari semua hambaNya, tanamkanlah kecintaan dalam diri kami pada ketaatan, dakwah dan syariatMu. Buanglah kesombongan pada diri kami agar kami dapat menerima kebenaran Islam. Tanamkanlah kebencian pada diri kami terhadap kemaksiatan, kefasikan, kemunafikan, kedzoliman. Berilah kami kesabaran atas apa yg telah Engkau tetapkan.

Ya Allah, jadikan kami, khususnya pengusaha muslim, orang-orang yg beramal ikhlas untuk menegakkan kembali syariatMu yg kaffah. Kokohkan kami di jalan dakwah yg mulia ini. Kembalikanlah kaum Muslimin pada kemuliaannya. Kami rindu agar hidup kami kembali dipenuhi keberkahan yg Engkau turunkan dari langit dan bumi…

Allahumma sholli ala Muhammad..
Aamiin Allahumma aamiin..

Barakallahu fikum…
@bah Salim