Wakil Menteri Bumn: Kondisi Garuda Di Ujung Tanduk
News Assalim.id
Tanggal 24 Oktober 2021
Oleh Pujo Nugroho
Assalim.id – Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) kini sudah di ujung tanduk. Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo. Ia menyebutkan kondisi ini terjadi lantaran Garuda telah dibebani oleh setumpuk utang dan ekuitas negatif mencapai US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun (kurs Rp 14 ribu per US$).
“Memang kondisi Garuda di ujung tanduk. Dengan utang yang demikian besar, ekuitas negatif yang US$2,5 miliar dan pembatasan pergerakan. Serta tidak adanya arus wisatawan masuk Indonesia, ini perfect storm buat Garuda,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Bisnis Tempo (21/10/2021).
Kartika menjelaskan dalam menghadapi beban berat yang ditanggung oleh Garuda, pihaknya tetap mengupayakan penyelamatan dan negosiasi bersama para lessor dan kreditur melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Di sisi lain, dia tak menampik adanya upaya lain yang tengah dipersiapkan untuk mengantisipasi apabila rencana tersebut tak membuahkan hasil. Terlebih, ia juga menyadari keuangan maskapai pelat merah tersebut kini semakin tertekan akibat pandemi Covid-19.
Tiko, sapaan akrabnya, membenarkan rencana yang telah disiapkan oleh Kementerian BUMN dalam mempersiapkan PT Pelita Air Service (PAS) sebagai maskapai berjadwal nasional menggantikan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
“Benar [Pelita dipersiapkan menjadi pengganti Garuda] karena kalau recovery penumpang udara meningkat, akan terjadi shortage serius jumlah pesawat di Indonesia. Ini karena banyak sekali pesawat yang digrounded oleh lessor,” ujarnya.
Dilansir dari laman Sindo News (21/10/2021), saat ini, Pelita Air masih dalam proses menunggu perizinan dari Air Operator Certificate (AOC). Komisaris Utama PAS Michael Umbas menyebutkan, “Apabila tahapan ini selesai, tentu secara bisnis proses kami siap dan sangat memungkinkan diposisikan sebagai maskapai pemerintah yang memang berjadwal untuk melengkapi Garuda dan Citilink.”
Di tengah kondisi ini, Garuda Indonesia fokus melakukan restrukturisasi. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyerahkan segala opsi dan keputusan terhadap nasib Garuda ke depan, kepada pemegang saham mayoritas, yakni Kementerian BUMN. “Adapun fokus utama kami di Garuda Indonesia saat ini adalah untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja yang utamanya dilakukan melalui program restrukturisasi menyeluruh yang tengah kami rampungkan,” ujarnya (Tempo, 21/10/2021).
Demikianlah kondisi perusahaan plat merah satu ini. Kondisinya memprihatinkan karena beban utangnya. []