Varian Corona Terbaru, “Azab” Untuk Segera Kembali Hidup Dengan Aturan Allah

Last Updated: 9 Januari 2021By

Oleh : Agan Salim
Ulasan Utama I Assalim.id

Tahun 2021 saat ini adalah tahun berat buat umat dunia, Jumlah kasus virus corona di dunia terus bertambah. Angkanya kini mencapai hampir 85 juta kasus Covid-19. Melansir data Worldometers, hingga Minggu (3/1/2020), jumlah kasus virus corona di seluruh dunia tercatat 84.916.674 kasus, 1.842.397 orang meninggal dunia.

Belum selesai polemik vaksin dan resesi finasial dunia yang kian dalam. Dunia Kembali dikejutkan oleh Varian baru Covid-19 yang pertama kali dideteksi di Inggris, hal ini memaksa Inggris melakukan pembatasan sosial lebih ketat dan memicu kekhawatiran negara lain yang kemudian memberlakukan pembatasan perjalanan luar negeri.

Varian baru ini oleh selompok ilmuwan Inggris dari New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), dipaparkan sebagai varian baru dari virus corona yang daya sebarnya lebih cepat dan mutasi dapat membuat anak-anak lebih rentan tertular seperti orang dewasa, yang tidak terlihat pada jenis sebelumnya. (tempo.co 22/12/20)

Apakah kemunculan varian baru ini patut dicemaskan ? Kebanyakan ilmuwan mengatakan ya, menurut laporan Reuters, melihat varian baru dengan cepat menjadi jenis yang dominan dalam kasus Covid-19 di beberapa bagian selatan Inggris, dan telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat rawat inap, terutama di London dan di daerah Kent.

Fakta munculnya varian terbaru ini, pastinya berdampak lansung pada trend ekonomi global dunia yang makin dalam. Padahal saat ini saja kondisi depresi ekonomin sudah teramat dalam. Seperti dikutip Motley Fool, Warren Buffet, mengatakan 2021 masih penuh ketidakpastian, karena pandemi masih berlangsung. Warren Buffett memperingatkan akan adanya faktor indecision, karena pandemi masih belum benar-benar berakhir.

Adanya pandemi yang diikuti dengan depresi ekonomi dapat dipastikan akan berdampak serius pada tatanan hidup umat manusia abad ini. PHK, pengganguran, kelaparan, krisis pangan, sosial dan politik adalah ancaman turunannya.

Namun demikian, kalau kita jeli melihat realitas yang ada saat ini, maka tidak hanya pandemi yang kian menganas menjadi akar terjadinya kerusakan tatanan peradaban dan depresi ekonomi dunia, tetapi aspek sistem kapitalisme yang di install oleh dunia selama inilah yang teramat rapuh saat muncul kontraksi peradaban berupa wabah/pandemi terjadi.

Paling tidak ada dua problem mendasar mitigasi kapitalisme gagal mengantisipasi pandemi dunia saat ini. Pertama adalah cara pandang yang kapitalisme yang hanya disandarkan pada aspek horizontal antar manusia semata, tanpa melibatkan sandaran vertikal akan kuasa Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta, Dialah Allah SWT. Dan ini bisa terjadi karena ide sekularisme yang mereka emban.

Kedua, sistem ekonominya yang beroritasi hanya untuk mendapatkan kesenangan materi yang sebanyak mungkin (meterialistik). Sehingg pola hidupnya hanya ingin mewujudkan kesenangan materi semata, yang dengannya mereka rela dan tega merusak hutan, menjaring sebanyak mungkin ikan di laut termasuk bibit-bibitnya, menguras bahan mineral di perut bumi, membuang limbah ke air, darat, dan udara.

Pada titik inilah sebenarnya umat dunia tidak menyadari, bahwa bisa jadi varian covid ini adalah azab Allah akan keingkaran dunia saat ini akan kuasa Al-Khalik Allah SWT. Al-Qur’an sebagai Kalamullah 15 abad yang lalu telah memberikan peringatan kepada manusia bahwa kerusakan timbul di darat, dan di laut karena perbuatan manusia (Surah Ar-Rum ayat 41). Oleh karena itulah manusia diperingatkan oleh Allah berupa azab agar segera kembali kehakikat hidup yang sebanarnya.

Dan Islam sebagai Ideologi (sistem kehidupan), punya jawaban yang shohih untuk dua kesalahan kapitalisme saat ini. Dari sisi sandaran vertikal, dalam sistem Islam setiap kebijakan hukum akan selalu bermuara kepada aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sumber hukum yang digunakan bukanlah buatan manusia yang bersumber dari akal yang sangat terbatas. Namun, hukum dan kebijakan yang dibuat bersumber dari Sang Pencipta dan Pengatur Alam semesta.

Seperti halnya dalam penanganan wabah, Islam telah memberikan contoh bagaimana cara penanggulangan yang tepat. Rasulullah SAW bersabda: “Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”.(HR. Bukhari Muslim)

Dari hadist tersebut maka tergambar bagaimana seharusnya sebuah negeri menghadapi wabah. Maka yang dilakukan adalah lockdown atau karantina wilayah total tanpa pelonggaran. Masyarakat yang berada di luar wilayah yang terkena wabah tidak diperbolehkan melakukan perjalanan menuju wilayah yang terkena wabah, begitu pula sebaliknya.

Dari teknis ekonominya, sistem Islam memastikan bahwa roda perekonomian diatur dengan sedemikian rupa dengan Aturan pencipta Allah SWT yang sudah teruji adil dan mensejahterakan. Baik dari sisi Hujjah, bukti historis, empiris dan kekinian dengan tercipta model teknis ekonomi yang kokoh dalam segala situasi dan kondisi sehingga terhindar dari resesi ekonomi secara sistemik.

Maka, untuk saat ini kita tidak menemukan jalan terbaik dari bencana/azab peradaban yang terjadi kecuali dengan kembali menerapkan sistem Islam secara kaffah, yang dengan solusi ini sajalah umat ini bisa keluar dari pandemi dan resesi ekonomi yang sedang berlangsung dan terus menghantui setiap insan saat ini. Wallahu a’lam Bish Shawab. []