Dunia Milik Yahudi ?

Last Updated: 23 Mei 2021By

Agan Salim

Kita tentu masih ingat saat KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, PM Malaysia ketika itu, Mahathir Mohamad mengingatkan bahwa Yahudi memerintah dunia dengan proksi, melalui tangan negara-negara besar. ”The European killed six million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy.” Ungkap Mahathir.

Sejatinya gerakan yahudi global dimulai tahun 1776, dengan gerakan illuminati, yakni disepakatinya oleh elite yahudi dunia yang akan berkuasa di pentas global. Gerakan ini dimulai dengan mensponsori Revolusi Perancis 1709 dan lahirnya AS sebagai lokomotif Yahudi.

Isu kesetaraan ditiupkan agar hierarki agama, sosial, dan feodalisme digerus dan kerajaan diganti dengan sistem demokrasi. Lalu, lahirlah Protokol Zion 1842 dengan skema negara bangsa Yahudi dengan menganeksasi teritorial Palestina agar Israel muncul sebagai suatu negara. Pada era Protokol Zion lahirlah Aristocracy of Money. Uang menjadi tuhan dalam kehidupan sekularisme.

Aristocracy of Money dimulai dengan lahirnya Federal Reserve (The Fed) yang dimiliki pemegang saham yang mengatur sistem moneter dunia. Untuk menancapkan kukunya yang tajam pada negara berkembang yang kaya sumber daya alam (SDA) dikendalikan melalui lembaga donor yang berutang pada IMF (International Fund Monertary) dan Bank Dunia sebagai jaringan pengendali negara berkembang, termasuk negeri ini.

Negara berkembang dijebak melalui utang sehingga tidak bisa independen dalam hal orientasi dan kebijakan pembangunannya. Selanjutnya demokrasi dijadikan alat untuk memastikan bahwa yang naik ke tampuk kekuasaan adalah para pemimpin komprador, yaitu pemimpin yang tanpa sadar menjadi orbit kekuasaan mereka dan jadi kaki tangan mereka akan misi proxy mereka.

Rekam jejak skenario global yahudi dapat kita lihat dari fakta sepak terjang tokoh-tokoh yahudi yang berpegaruh dalam percaturan tata kelola sistem ekonomi dunia saat ini. Sebut saja Rothschild (berasal dari Jerman berdomisili di Inggris) dengan kekayaan korporasinya yang mencapai USD 1 triliun sejak tahun 1760-an adalah keluarga Yahudi asal Jerman, pemilik Deutsche bank dan beberapa kerajaan keuangan dunia.

Kemudian keluarga Rockefeller, pemilik raksasa keuangan dunia JP Morgan Chase dan beberapa lembaga keuangan termasuk salah satu pemegang saham The Fed, Bank Sentral AS yang sahamnya dimiliki 12 konglomerat Yahudi. Rockefeller adalah raja minyak dunia (Texaco, Caltex, dan Exxon Mobile) menjadi kekuatan Yahudi yang terorganisir dan juga merupakan menantu JP. Morgan.

Rockefeller bersama Rothschild, JP. Morgan Jr dan Ford, pada tahun 1973 mendirikan trilateral lanjutan skema Protokol Zion dan pertemuan Bilderberg International upper class(kelas atas). Trilateral mensponsori kepala-kepala negara di AS, Eropa, dan Jepang dengan syarat The Global Financial Interest harus dilindungi. Dan pada titik inilah awal dari Jadi, era transaksional dimana kapitalisme mengakuisisi demokrasi.

Estafet menyempurnakan skenario global dilanjutkan oleh generasi yahudi berikutnya, yaitu George Soros, melalui bukunya “One Global One Government”, mempopulerkan One State One Society karena negara sudah tidak ada lagi demarkasi batas negara, melalui modal (kapitalisme).

Strategi lanjutan yang mereka lakukan melalui globalisasi pasar saham dan uang untuk pengendalian arus keuangan dunia, dimana AS diposisikan sebagai polisi dunia yang mengatur ekonomi dunia dengan Federal Reserve sebagai pengatur, dan IMF/Bank Dunia sebagai operator sistem ekonomi ribawi milik Yahudi seperti JP Morgan Chase, Goldman Sachs, Citibank dan Deutsche bank.

Skema keuangan dunia melalui saham dan mata uang inilah yang dijadikan alat penekanan pada suatu negara yang tidak patuh pada sistem keuangan global. Dan skema ini pulalah yang membuat menjadi rentan menyebabkan sistem ekonomi dunia menjadi Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity sehingga begitu rapuh dan penuh ketidakpastian seperti saat ini.

Dapat dikatakan saat ini instrument bisnis yahudi masih menguasai bisnis dunia baik di keuangan, pertambangan, mineral, pers, dan migas, serta pangan dunia. Dan ini sangat berbahaya karena dalam konteks geo-ekonomi dunia kedepan akan dikuatkan oleh dua isu utama, yakni Energy Security(ketahanan energi) dan Food Security(ketahanan pangan) yang diprediksi akan langka di tahun 2030.

Oleh karenanya perjuangan melawan hegemoni Yahudi adalah perjuangan yang membutuhkan keistiqomahan, ilmu dan kesabaran. Dan itu semua hanya bisa terwujud manakala umat Islam kembali membangun peradaban penyeimbang sesuai dengan syariat Allah dan Rasulnya, terutama dalam hal pemikiran, politik, ekonomi dan pemerintahan []