Dunia Butuh “Great System & Great Leader” Bukan Sistem Rusak & Leader Congkak

Last Updated: 2 Agustus 2021By

Agan Salim l Ulasan Utama

Saat ini, update virus corona Covid-19 di dunia yang dilansir Worldometers pada Jumat (30/7/2021), Covid-19 telah menginfeksi 197.286.166 orang secara global. Dari jumlah tersebut, 178.476.814 kasus telah dinyatakan sembuh dan virus menewaskan 4.212.659 orang di seluruh dunia.

Sejauh ini, ada lima negara dengan kasus infeksi terbanyak, pertama Amerika Serikat dengan 35.569.047. kedua India dengan 31.571.295 kasus, ketiga Brasil dengan 19.839.369 disusul Rusia di urutan keempat dengan 6.218.502 . kelima Perancis dengan 6.079.239 kasus.

Sedangkan Indonesia, jumlah kasus Covid-19 saat ini jumat, (30/07/2021) berjumlah 3.331.206. Dengan jumlah korban meninggal sebanyak 90.552 orang. Jumlah korban meninggal Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia dalam sepekan terakhir menurut Bloomberg.

Secara ekonomi, covid-19 benar-benar mengacaukan tatanan dunia yang dipimpin kapitalisme global saat ini. Dampaknya secara ekonomi begitu dahsyat. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB) yang dirilis Jumat (15/5/2020), ekonomi global dapat menderita kerugian senilai hingga US$8,8 triliun atau sekitar Rp131,12 kuadriliun (asumsi Rp14.900 per dolar AS) akibat Covid-19.

Secara politik, kegagalan rezim kapitalis sekuler dalam menangani krisis demikian telanjang. AS, yang notabene negara nomor satu saat ini, justru menjadi salah satu negara yang penduduknya terinfeksi dengan jumlah sangat besar.

Penanganannya pun dipandang lambat. Akibatnya, secara sosial, banyak warga dunia mempertanyakan kembali efektivitas rezim Kapitalisme dalam mengatasi krisis ini.
Melihat munculnya strain atau varian baru virus covid yang selalu bermutasi dengan varian yang jauh lebih ganas dan mematikan membuat dugaan resesi ekonomi global dunia yang lebih dahsyatpun bukan hisapan jempol.

Mantan Menlu AS, Henry Kissinger, sedari awal virus ini muncul telah memprediksi kemungkinan pandemi Corona ini merupakan awal dari perubahan besar. Sebagaimana dikutip oleh Kantor Berita Al-Jazeera (4/4/2020) dalam sebuah artikel di Wall Street Journal, ia menyatakan bahwa pandemi Corona akan mengubah sistem global selamanya.

Kissinger menjelaskan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona mungkin bersifat sementara. Akan tetapi, dampaknya berupa kekacauan politik dan ekonomi dapat berlanjut selama beberapa generasi.

Prediksi tersebut sejalan dengan apa yang pernah ditulis oleh tokoh sosiologi dunia, Ibnu Khaldun dalam masterpiece-nya Al-Muqaddimah, menyebut ada lima faktor yang menjadi pangkal keruntuhan peradaban. Pertama, ketidakadilan marak. jarak antara si miskin dan si kaya terlalu lebar. Kedua, penindasan dari kelompok kuat kepada kelompok lemah merajalela. Ketiga, keruntuhan moralitas para pemimpin negara. Keempat, pemimpin yang bersifat tertutup. Tidak mau dikritik dan diberi nasihat. Kelima, ketika terjadi bencana besar atau peperangan.

Apa yang ungkapkan oleh Ibnu Khaldun sungguh bukanlah ungkapan di ruang hampa. Bahkan muncul berbagai analisa bahwa pandemi virus covid-19 ini merupakan tanda dari akhir sistem ekonomi kapitalis.
Dalam artikel berjudul “Will coronavirus signal the end of capitalism?” yang diterbitkan di Al Jazeera, Paul Mason seorang editor ekonomi BBC menjelaskan adanya kemungkinan tersebut.

Anggapan tersebut berkaca dari peristitiwa black death, pandemi yang disebabkan oleh bakteri Yersina pestis, menyebar dari Mongolia dan Eropa barat pada tahun 1340.

Pandemi tersebut menyerang ibu kota Eropa dan merenggut nyawa setidaknya sepertiga dari semua manusia saat itu.
Klimaks dari wabah tersebut ditandai dengan proses perubahan ekonomi yang mengakhiri sistem feodal dan memicu bangkitnya kapitalisme.

Dampak dari penerapan sistem rusak kapitalisme yang buruk dalam memitigasi pandemi akhirnya turut membongkar bobroknya karakter pemimpin yang dihasilkan dari sistem yang mempertuhankan materialistik atau kapital.

Ini terlihat dari kerusakan signifikan terhadap reputasi pemerintah dan elit politik. Termasuk di negeri ini. Dan ini adalah bukti untuk kesekiankalinya dari ketidakmampuan sistem dan produk leader atau pemimpin yang dihasilkan dalam memobilisasi sistem perawatan kesehatan sebagai bentuk penanggulangan pandemi.

Secara imani, fakta rusaknya sistem dan leader tersebut harusnya menyadarkan 1,7 miliar umat Islam yang saat ini hidup di lebih dari 50 entitas politik dengan penguasa yang berkuasa dalam sistem rusak saat ini. Bahwa secara genetis, umat Islam itu pemimpin dunia, karena punya kekuatan sistemik ilahi yang telah terbukti secara history, empiris, dan fakta kekinian yang saat ini sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan dan meyudahi pandemi yang dihadapi oleh umat manusian abad ini. Wallahu a’lam bish-shawab []