“Triple Horror” Resesi Ekonomi Dunia, Hanya Bisa Diatasi Dengan Sistem Ekonomi Islam
Agan Salim
Assalim.id Fakta ekonomi dunia diambang jurang resesi tanpa solusi saat ini adalah realitas yang tak terbantahkan. Ini bisa dilihat dari kinerja ekonomi yang kian buruk di sejumlah negara. Uni Eropa misalnya yang saat ini mengalami krisis biaya hidup yang melambung tinggi di Inggris, Prancis dan Jerman dipicu oleh krisis energi sebagai dampak pemotongan pasokan gas oleh Rusia, belum lagi krisis energi menjelang musim dingin yang disertai naiknya harga listrik yang sangat dikhawatirkan memicu pecahnya kerusuhan, penjarahan, pemberontakan dan ledakan sosial lainya.
Tak jauh berbeda dengan Eropa, Warga AS saat inipun merasakan hal yang sama dimana kondisi ekonomi saat ini semakin susah karena inflasi yang tinggi membuat masyarakat semakin miskin. Berdasarkan consumer prince index (CPI) di AS saat ini angka inflasi mencapai 9,1% year-on-year (yoy) di Juni, tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir, hal sama juga terjadi di Jepang dan korea selatan.
Fakta catatan inflasi dunia diberbagai negara dan benua yang semakin tinggi inilah yang menyebabkan ancaman terjadinya resesi global kian nyata. Ned Davis Research melaporkan bahwa peluang terjadinya resesi global telah mencapai 98,1 persen. Gejolak sedikit saja langsung membuat ekonomi dunia terjerembab ke jurang resesi.
Berbagai perkembangan perekonomian dunia kini telah menebar kekhawatiran dan kepanikan, ini disebabkan bertemunya krisis energi, pangan, dan keuangan secara bersamaan yang oleh banyak pengamat di sebut sebagai ‘triple horror’ yang dihadapi dunia saat ini.
Hal ini pulalah yang juga menjadi kekhawatiran para petinggi di negeri ini. Dalam acara UOB Economic Outlook 2023 yang disiarkan secara daring kamis (29/9/2022). Presiden Joko Widodo menegaskan dunia saat ini berada pada ketidakpastian yang tinggi. Saat ini, semua negara berada pada posisi kesulitan. Jokowi mengatakan, situasi perekonomian dunia saat ini sulit diprediksi dan sulit dikalkulasi, sehingga tidak ada siapapun yang tahu arah perekonomian ke depan dan seperti apa.
Namun mirisnya, ditengah kondisi kekhawatiran dan kepanikan ekonomi yang tak menentu tersebut justru disikapi pemerintah dengan mengambil langkah kebijakan yang justru membuat rakyat dinegeri ini semakin bertambah sulit dari sisi ekonomi. Hal itu bisa dilihat dari kebijakan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sebelumnya gas dan tarif listrik yang sudah dinaikan terlebih dahulu. Kondisi inipun kian diperparah dengan pelemahan rupiah yang saat ini mencapai Rp15.230 per 1 dolar AS.
Efek domino dari kebijakan tersebut langsung berdampak pada harga-harga kebutuhan pokok dan makanan yang dibutuhkan rakyat. Dari catatan ekonom senior, Rizal Ramli inflasi makanan saat ini sudah 11.5% dan bisa cepat naik ke 15 persen akibat kenaikan harga BBM & pelemahan rupiah,” tuturnya pada kamis, 29 September 2022. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini terlihat seperti program pemiskinan rakyat khususnya buruh secara massal.
Kondisi ekonomi dunia termasuk negeri ini ibarat menemukan jalan buntu dengan bayang-bayang resesi yang kian nyata, yang sejatinya hal ini bisa terjadi karena dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang merusak yang diadopsi oleh negara-negara di penjuru dunia saat ini. Semua berawal dari pondasi sistem ekonomi kapitalisme yang amat rapuh, karena dibangun dari struktur ekonomi sektor non-riil bukan ekonomi sektor riil. Pakar ekonomi Islam, Dwi Chondro Triono menyatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme bertumpu pada tiga pilar utama.
Pertama, sistem mata uang kertas yang hanya berbasis pada kepercayaan (trust), bukan pada nilai intrinsiknya. Kedua, sistem utang-piutang yang berbasis pada bunga (interest) yang bersifat tetap (fix rate). Ketiga, sistem investasinya yang berbasis pada perjudian (speculation). Konsep ekonomi non-riil beserta ketiga pilar ekonomi kapitalis yang bersifat semu inilah yang akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi semu. Hingga menjadikan bubble economic yang saat meletus akan memicu terjadinya krisis dan resesi ekonomi seperti fakta yang terjadi saat ini.
Dengan buntunya sistem ekonomi kapitalisme sebagai sebuah “platform” tata kelola ekonomi dunia yang gagal mensejahterakan umat manusia abad ini, bahkan justru menjadi pemicu krisis dan resesi dunia yang terus berulang, maka sudah seharusnya platform sistem ekonomi dunia yang rusak ini segera diganti.
Pada tahapan inilah, Islam sebagai perangkat aturan kehidupan ilahiyah memiliki solusi tuntas atas berbagai masalah disegala bidang termasuk sistem tata kelola ekonomi. Sistem ekonomi Islam berbeda secara diametral dengan sistem ekonomi kapitalisme saat ini. Karena sistem ekonomi Islam dibangun atas dasar sektor riil, tidak yang lain dimana aktivitas ekonomi dan investasi harus terlihat secara fisik seperti sektor produksi, properti, perkebunan, manufaktur, jasa, dan teknologi.
Dari pertumbuhan sektor riil inilah yang akan menjadi tolak ukur dalam proses pertumbuhan ekonomi. Sistem ekonomi Islam pun memiliki aturan yang jelas dalam pengaturan kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan. Islam membagi kepemilikan menjadi tiga bagian, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Pengelolaan ketiganya sesuai koridor hukum syara sehingga menutup rapat liberalisasi ekonomi seperti saat ini. Dengan konsep tata kelola ekonomi Islam inilah akan diatur distribusi kekayaan, pengaturan kepemilikan, aktivitas ekonomi yang berbasis pada aktivitas ekonomi yang riil serta diharamkannya transaksi non riil yang merusak seperti transaksi ribawi, pasar modal dan keuangan, komoditas berjangka yang dengannya pasti akan tercipta iklim kestabilan ekonomi yang berkeadilan dari sisi kebutuhan dan ketersediaan.
Apalagi saat emas dan perak yang akan dijadikan sebagai standar moneter, pastinya dapat mencegah terjadinya inflasi yang kesemuanya dapat menjauhkan kehidupan manusia didunia dari realitas krisis ekonomi dan resesi seperti yang dialami saat ini. Wallahu a’lam. []