The True Entrepreneur Must Be Missing Khilafah!

Last Updated: 17 Juli 2020By

Oleh Abah Salim

Aliansi Pengusaha Muslim – “Pernah ada sebuah peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban itu mampu menciptakan super-negara benua yang membentang dari samudera ke samudera, dan dari utara ke iklim tropis dan gurun. Peradaban ini menaungi ratusan juta orang, dari berbagai kepercayaan dan suku.

Bahasanya (bahasa Arab) menjadi bahasa universal sebagian besar dunia, jembatan antara bangsa seratus tanah. Para tentaranya terdiri dari orang-orang dari berbagai negara, dan perlindungan militernya luar biasa sampai tingkat perdamaian dan kemakmuran yang belum pernah dicapai oleh siapapun. Jangkauan peradaban perdagangannya sangat panjang dari Amerika Latin ke Cina, dan di mana-mana di antara keduanya.

Peradaban ini didorong lebih dari apa pun, oleh penemuan. Para arsiteknya merancang bangunan yang menantang gravitasi. Matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang akan memungkinkan pembangunan komputer, dan penciptaan enkripsi. Para dokter memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat untuk penyakit baru.

Para astronom melihat ke langit, bernama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi ruang angkasa. 
Ketika bangsa-bangsa lain takut ide-ide, peradaban ini tumbuh subur pada mereka, dan membuat mereka hidup. Saat sensor mengancam untuk menghapus pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban ini terus hidup dengan pengetahuan  dan memberikannya kepada orang lain. 

Sementara peradaban Barat modern memiliki banyak sifat-sifat ini, peradaban yang saya bicarakan adalah dunia Islam dari tahun 800-1.600, yang termasuk kekhalifahan Ottoman dan pengadilan Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa tercerahkan seperti Suleiman the Magnificent.

Meskipun kita sering tidak menyadari hutang kita ke peradaban ini, dengan hadiah sangat banyak bagian dari warisan kita. Dan mungkin kita dapat belajar suatu pelajaran dari contoh: Ini adalah kepemimpinan berdasarkan meritokrasi, bukan warisan. Itu adalah kepemimpinan yang memanfaatkan kemampuan penuh dari populasi yang sangat beragam termasuk Kristen, Islam, dan tradisi Yahudi.

Semacam inilah kepemimpinan tercerahkan – kepemimpinan yang dipupuk budaya, keberlanjutan, keanekaragaman dan keberanian – mengarah ke 800 tahun penemuan dan kemakmuran.”

Truly Muslimpreneur,

Kalimat di atas itu berasal dari seorang Carly Fiorina, CEO  Hewlett Packard Corporation yang disampaikan dalam forum “Technology, Business and Our Way Of Life: What’s Next”, 26 September 2001. Sudah lama memang, namun relevansinya sangat terasa saat ini. Karena,  menariknya, pernyataan ini hadir dalam forum besar dunia yang membicarakan tentang teknologi, bisnis dan kaitannya dengan ideologi mereka (kapitalisme) serta apa selanjutnya. 

Apakah ini tanda kerinduan yang jujur akan hadirnya kekhilafahan dari seorang Carly? Semoga! Namun yang jelas ini adalah gambaran pengakuan jujur seorang CEO yang kesehariannya tenggelam dalam rutinitas bisnis sekuler. Ia mengerti sejarah tentang bagaimana Islam diterapkan secara sempurna dalam bentangan abad yang amat panjang. Tentang beragam bukti rahmatan lil ‘alamin-nya Islam. Tentang toleransi yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata. Tentang dunia bisnis yang terayomi sedemikian rupa dan tak hanya bicara keuntungan di dunia, tapi juga di akhirat. Tentang kontribusi tak berbatas peradaban Islam bagi kehidupan moderen saat ini. Berjuta rahmat yang tidak terjadi di era kapitalisme! 

Truly Muslimpreneur,

Sungguh prestasi itu tak dapat diulang oleh peradaban kapitalisme saat ini! Bahkan berkali-kali dunia dipaksa menyaksikan dengan penuh kesedihan betapa kapitalisme hanya menghasilkan kerusakan, ketamakan, keterjajahan dan kehancuran nilai-nilai kemanusiaan kita. Kapitalisme memang peradaban yang tak punya dan tak kenal adab!

Kapitalisme memang peradaban yang toleran dan bahkan menumbuhkan beragam kemaksiatan. Menumbuhkan kemajuan semu di atas kemaksiatan. Menumbuhkan zona istidraj trap.

Rasulullah bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberi kepada seorang hamba apa yang dia senangi dari dunia, (padahal) dia di atas kemaksiatan-kemaksiatannya, sesungguhnya hal tersebut hanyalah ISTIDRAJ. (HR. Ahmad, Ibnu Jarir, Ad-Dulaby dan lainnya)

Jelas kan? Kapitalisme memang menyuburkan zona ini. Dari praktik bisnis penuh dengan aktivitas yang haram, seperti modal dari pinjaman ribawi, produk tipu-tipu, layanan jasanya dimulai dengan riswah atau suap, kickback; mangkir dari kewajiban membayar upah karyawannya sesuai akad kerja yang telah disepakati,de el el, sampai praktik makro berlangsungnya sektor non riil, sektor keuangan yang produknya tak nampak secara fisik dari pasar modal hingga beragam turunannya. Sektor yang hanya membawa dampak kerapuhan ekonomi dan berakhir dengan bencana krisis ekonomi. Krisis yang akan dan terus berulang selama kapitalisme diterapkan. Bahkan ibarat spiral, jarak antar krisis makin lama makin dekat. Jika terus dibiarkan, dunia akan makin sekarat!

Dalam kata-kata abah, kapitalisme hanya akan menumbuhsuburkan bisnis kapitalis dengan ribanya dan berbagai pelanggaran lainnya terhadap syariat. Bisnis Islami bisa tumbuh tapi tidak akan ideal. Sementara dalam sistem Islam yg kaaffah, bisnis Islami akan tumbuh subur memberi keberkahan bagi semua. Bisnis kapitalis tidak akan bisa tumbuh, karena sudah pasti dilarang hidup!

Karenanya, jejak panjang sejarah emas peradaban Islam yang spektakuler dilihat dari sisi manapun – mestinya – pastilah menimbulkan kerinduan akan kehadirannya kembali. Pasti!

So, Technology, Business and Our Way of Life: What’s Next ? The True Entrepreneur  Must Be Missing Khilafah!

Truly Muslimpreneur,

Tetaplah dalam koridor Bisnis, Ngaji dan Dakwah! Insya Allah rindu ini akan berbalas dengan kemuliaan yang Allah janjikan di dunia dan akhirat. Barakallahu fikum.[]