Terjebak Di Pusaran Syahwat Ekonomi Amerika Dan Cina
Oleh : Agan Salim.
Aliansi Pengusaha Muslim – Walau ada sentimen anti-Cina yang kian berkembang di Indonesia serta ada konflik kedua negara yang belum terselesaikan mengenai Laut Cina Selatan,terlebih pasca pertemuan para menteri senior Cina dan Indonesia dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menemui Menteri Luar Negeri Cina Wa Ying untuk membahas potensi kolaborasi antara kedua negara di tengah pandemi COVID-19.
Salah satu persetujuan utama yang lahir dari pertemuan tersebut adalah keputusan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi vaksin COVID-19 dari Cina di kawasan Asia Tenggara. Kesepakatan terbaru ini menandai kemitraan yang lebih kuat antara kedua negara, dan sedikit banyak akan berdampak pula pada hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat yang sekarang juga lagi memanas.
Terlepas dari isu pandemi COVID-19, sejak awal hubungan Beijing dan Jakarta sudah berada di jalan yang terjal, terutama ketika ketegangan terkait isu Laut Cina Selatan semakin memanas.
Kapal milik Cina beberapa kali ditemukan masuk tanpa izin ke wilayah perairan Indonesia dekat Laut Cina Selatan. Di sana Cina bersikukuh memiliki dasar hukum yang berbeda dan menuai kontroversi dalam menentukan klaim teritorinya.
Berulang kali sepanjang tahun Indonesia telah secara konsisten mengusir kapal penjaga pantai dan kapal penangkap ikan milik Cina dari kawasan perairan yang diaku Beijing memiliki klaim bersejarah. Hubungan yang kian intensif antara Cina dan Indonesia dapat mengakibatkan semakin kuatnya pengaruh Cina atas Indonesia, baik secara ekonomi, politik, ataupun militer.
Tak ketinggalan dengan dominasi Cina, Amerika yang menjadi kiblat ekonomi dan politik negeri ini beberapa dekade , tetap ingin terus berpengaruh secara ekonomi dan politik. Ini terlihat dari kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Jakarta pada akhir Oktober 2020.
Dalam kunjungannya Pompeo bertujuan memperkuat hubungan perdagangan dan investasi bilateral. “Kemitraan strategis yang telah dibangun Amerika Serikat dan Indonesia tetap lebih penting dari sebelumnya. Kami akan terus memperkuat ikatan yang dinikmati kedua negara berdasarkan nilai-nilai demokrasi bersama, ikatan ekonomi yang dalam, dan komitmen kami untuk Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera,” ucap Mike Pompeo (Gatra.com 28/10)
Kuatnya tarik menarik kepentigan negeri muslim terbesar ini dengan syahwat ekononi negara-negara kampium sosialis kapitalis ini tak tehindarkan. Padahal kalau dilihat dari rekam jejak keduanya, mereka jelas-jelas adalah negara yang sangat memusuhi umat islam. Ini bisa kita buktikan dengan melihat pelanggaran hukum yang massif bagi entitas muslim dunia yang telah banyak menelan korban darah kaum muslimin saat ini dan masa lalu. Masih tergambar hangat bagaimana perlakuan kejam China terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang sampai saat ini dengan korban puluhan ribu jiwa.
Setali tiga uang dengan Amerika, sikap hipokrit dan semena-mena US dengan topeng perang melawan terorisme yang sejatinya nyata-nyata adalah perang terhadapa Islam. Kira lihat nasib saudara-saudara kita di Irak, Afganistan, Suriah, dan penanganannya atas masalah Israel-Palestina yang sangat diskriminatif dan penuh dengan tipu daya.
Harusnya fakta diatas ini menyadarkan umat ini bahwa, bergantung kepada negara dengan kiblat sosialis kapitalis dan kapitalisme liberal hanya akan berujung kepada penjajahan dan kesengsaraan. Perihal demikian, pernah ditulis oleh seorang pemikir asal Jerman, J. C. L Simonde yang menyatakan bahwa kapitalisme akan menghasilkan penderitaan dan pengangguran dalam skala besar. (Lantreth dan Colander, 94).
Dan sebagai muslim, cukuplah seruan apa yang Allah SWT perintahkan kepada kita akan sikap wala (loyalitas) dalam konteks pribadi dan negara. Di dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala melarang kaum muslimin untuk memberikan sikap wala’, loyalitas kepada orang kafir, dan menjadikan mereka sebagai teman setia.
Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia” (QS. Al Mumtahanah : 1) []