Tegar Hingga Di Titik Puncak (Sebuah Motivasi Bagi Pejuang Dakwah)
Nafsiah Assalim.id | Edisi 77
Oleh: M Azzam Al Fatih
Assalim.id – Dalam hidup, setiapinsan yang berakal tentu mempunyai mimpi dan harapan. Dengannya dapat memberi semangat untuk mengarungi kehidupan dunia. Terus menata, mempersiapkan, dan berjuang untuk mewujudkan mimpi dan harapannya. Mempunyai planning dan langkah yang matang serta membangkitkan taraf berfikir.
Setiap langkah perjuangan terus dijalani dengan planning yang matang, sabar atas apa yang terjadi ke depan, dan terus berusaha berdiri dengan tegak hingga sampai pada tujuan. Serta menatap masa depan dengan percaya diri.
Namun itu semua tidak mudah, banyak tiupan angin berupa rintangan dan ujian yang membuat diri goyah. Pada posisi ini pula banyak beterbangan kerikil dan batu yang membuat kita jatuh, putus asa bahkan gugur. Namun sebaik-baik pejuang adalah yang sabar dalam setiap rintangan, lalu mengambil ibroh agar kembali berdiri tegak untuk melanjutkan perjuangan.
Dan ingatlah bahwa perjuangan ini tidak memandang asal dan latar belakang. Entah orang itu kuli bangunan, tukang ojek, karyawan, pengusaha, atau lainya. Semua layak untuk berjuang sebab manusia dilahirkan untuk berjuang. Ingatlah, bagaimana seorang bayi yang terus berjuang hingga dewasa yang dari fase ke fase ada pembelajaran dan perjuangan yang suatu saat akan mencapai puncak keberhasilan. Apalagi
berjuang adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan Rasul.
Dan sebaik-baik perjuangan adalah menegakkan agama Allah subhanahu wata’ala. Dengannya kehidupan menjadi sejahtera, membahagiakan, dan segala kebaikan lainya. Selain itu bahwa kebenaran Islam tak mampu ditolak oleh argumen apapun. Dan tak bisa dibantah oleh akal sehat dan hati yang bersih. Maka Islam layak diperjuangkan sampai Allah SWT memberi pertolongan dengan kemenangan yang telah dijanjikan.
Berjuang haruslah berdiri tegak nan kokoh laksana benteng Cina dan siap sebagai pelindung para pejuang lainya. Seperti sahabat Mush’ab bin Umar yang syahid karena melindungi Rosulullah Shalallahu’alaihi wassalam dari hujan anak panah, Dhiror bin al azwar ketika menyerang tentara romawi sendirian, Ali bin Abi thalib yang berperang dengan dua pedangnya dan hanya menggunakan kakinya untuk mengendalikan kudanya, Ja’far bin Abi Thalib ath-Thayyar yang mendekap bendera pasukan Islam setelah terpotong kedua tangannya, dan para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam lainya.
Maka, teruslah berjuang dan tetap tegar sampai titik puncak. Puncaknya adalah syahid bersama perjuangan dakwah atau kemenangan. Keduanya sama di sisi Allah Subhanahu wata’ala, yakni sama-sama mendapat keistimewaan berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala dan layak menjadi penghuni surga.
Wallahua’lam bishowwab.[]