Tahun Baru Hijriah

Last Updated: 30 Juli 2022By

Momen Refleksi Keterpurukan Umat

Oleh: Alfian Nur Effendi

Tahun baru Hijriah sebenarnya adalah momen yang sangat spesial bagi umat muslim. Momen yang bukan hanya untuk dijadikan sekedar hari libur tanggal merah saja. Tetapi sebagai refleksi umat muslim yang menyadari hikmah sebenarnya di balik tahun hijriah dan dapat memikirkan analoginya dengan kondisi umat saat ini untuk mempersiapkan diri.

𝐿𝑜ℎ, 𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖??

Bukannya apa-apa, tetapi umat saat ini benar-benar terlena dengan kehidupan yang jauh dari Islam itu sendiri. Kontes perhelatan kehausan dan kerakusan akan materi dan hawa nafsu, kekuasaan, serta jabatan menjadi syiar keumuman.

Dalam pergaulan sosial contohnya, budaya hidup glamour dan perilaku hedon semakin bersemi. Sementara pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pacaran, zina, minum khamr, ekspos buka aurat, narkoba serta LGBT selalu menjadi tontonan yang menghibur publik.

Dalam kehidupan rumah tangga dan pendidikan anak semakin lama semakin tidak islami. Perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, ketidakmampuan ekonomi dan ketidakpedulian akan pendidikan anak dalam Agama dan Akhlaq selalu membayangi setiap rumah.

𝐸ℎ, 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖??

Bobroknya perekonomian pun selalu saja menjadi masalah yang tidak pernah bisa diselesaikan. Pemerintah seolah tidak mampu menangani menjulang tingginya harga komoditi dan kebutuhan pokok yang semakin mencekik rakyat. Mahalnya dunia pendidikan, kesehatan, transportasi publik, serta sempitnya lapangan pekerjaan membuat umat tersiksa dan kadang nekat halalkan segala cara demi mengejar materi.

Hutang negara yang kurang lebih 7000T adalah rekor yang sangat fantastis. Pelaku korupsi, suap menyuap, gembong oligarki semakin menari-nari bebas mengatur di balik layar. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin pun sudah seperti beda alam. Semua juga terkait dengan politik hukum yang ada.

𝑊𝑎ℎ, 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑢𝑘𝑢𝑚 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎??

Dunia politik dan hukum terdesign untuk melindungi kepentingan sekelompok saja. Aturan dibuat bukan untuk melindungi, membimbing, dan mengayomi kepentingan rakyat. Hukum jelas sekali tajam ke rakyat lemah dan tumpul kepada orang kaya dan berkuasa. Para penguasa, elit politik dan hukum justru melestarikan adu domba dan perpecahan umat dibalik isu radikalisme yang dibuat-buat.

Mereka jauh lebih mengutamakan untuk mengekang dan mengintimidasi pihak-pihak yang menyuarakan kebenaran yang haqiqi dan kebaikan. Dan tidak dapat dipungkiri, sasaran mereka jelas adalah Islam dan umat muslim. Upaya monsterisasi simbol-simbol Islam dilakukan dengan nyata sebagai syiar mereka.

Sementara penistaan agama dengan pasukan buzzer dan kegiatan kerusakan moral di masyarakat dipelihara, didukung atau dibiarkan begitu saja. Standar ganda selalu saja mereka gunakan dibalik alasan toleransi dan persatuan bangsa, yang justru bila diperhatikan, untuk menutupi kebobrokan prestasi penguasa.

𝐿𝑎𝑙𝑢, 𝑎𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑖𝑡𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐻𝑖𝑗𝑟𝑖𝑎ℎ??

Titik awal tahun Hijriah adalah dimana hijrahnya Rasulullah dan para sahabat bukan sekedar dimaknai dengan berpindah dari Mekkah ke Madinah saja, tetapi juga dimaknai berpindah dari keburukan dan kemaksiatan menjadi kebaikan dan kebenaran. Inilah momen dimana umat seharusnya sadar pentingnya penegakkan syariat Islam dalam kehidupan secara menyeluruh.

Daulah Islam di Madinah pun terbentuk saat Rasulullah SAW dan para sahabat telah keluar dari penindasan dan intimidasi kaum musyrikin di Mekkah. Urgensi pembentukan ini adalah diatas segalanya sebelum memulai peradaban baru.

Ini bukanlah pemaknaan kita harus pindah keluar negeri, karena saat itu Rasulullah SAW dan para sahabat lakukan adalah keluar dari negeri yang kafir. Sedangkan negeri ini adalah negeri dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, jadi analoginya adalah bagaimana berusaha memperbaiki dan mengembalikan kondisi umat saat ini untuk sadar dan meyakini Islam secara Kaffah.

Bukan tanpa sebab, kondisi terpuruknya Umat saat ini karena telah terasuki dengan pemahaman sekuler dan liberal, yaitu memisahkan agama dengan kehidupan lalu menuhankan kebebasan yang tanpa batas. Umat telah terperdaya dengan cukup membiarkan dan mewakilkan sekelompok orang untuk membuat aturan hukum sendiri dan mengenyampingkan hukum Allah.

𝐴ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑏𝑒𝑟𝑎𝑙, 𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖𝑛𝑦𝑎??

Buktinya banyak sekali, umat hanya menganggap aturan ibadah hanya perlu di masjid atau ranah pribadi, selain itu seluruh aturan kehidupan cukup manusia saja yang atur. Contoh sederhana saja, minuman khamr hukumnya adalah haram, tetapi tetap juga diperjualbelikan demi asas manfaat dan alasan pajak yang menguntungkan.

Fakta lainnya adalah tumbuh suburnya lembaga keuangan yang menghalalkan bunga (riba), padahal jelas hukum haramnya. Belum lagi membiarkan lokalisasi “resmi”, tempat clubbing dan tempat maksiat lainnya menjamur subur.

Dalam ranah pemanfaatan harta dan sumber daya alam seharusnya memakai hukum kepemilikan harta dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi faktanya, hampir seluruhnya telah dikuasai oleh swasta baik dalam maupun luar negeri.

Dan inilah yang menjadikan negara yang diakui memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar tetap tidak bisa maksimal dalam memberikan manfaat kepada rakyatnya. Rakyat seperti terjajah dan tertindas di negeri sendiri, dan tentu saja keuntungan hanya dinikmati oleh para oligarki dan penguasa saja.

Semua ini tidak lain karena umat tidak mempunyai landasan berpikir yang kokoh yaitu Aqidah Islam. Umat malah sadar atau tidak sadar memakai Aqidah Sekulerisme dan Kapitalisme yang justru menyengsarakan dan menciptakan peradaban yang bobrok akhlaqnya.

𝑀𝑎𝑘𝑠𝑢𝑑𝑛𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑑𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑎𝑝𝑎??

Umat memang bersyahadat dan mengakui dirinya sebagai Muslim, tetapi sayangnya mereka tidak mau memakai hukum dari Allah dalam kehidupannya. Padahal sejatinya manusia adalah ciptaan Allah, tujuan hidupnya telah ditentukan hanya untuk beribadah kepada-Nya dan akan kembali pula kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya di akhirat kelak.

Manusia pada fitrahnya adalah mahkluk yang lemah terbatas yang membutuhkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia akhirat. Maka sangat logis jika Allah yang Maha Mengetahui segala ciptaannya, apa yang baik dan buruk untuk ciptaannya, yang hanya berhak untuk memberikan hukum-Nya kepada manusia. Dan manusia wajib untuk memakainya. Simpel.

Inilah bentuk keimanan yang kokoh, manusia seharusnya beriman dengan berlandaskan Aqidah Islamiyah. Dimana persepsi yang mencerminkan pemikiran dan perbuatan selalu berlandaskan syariat Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga manusia mengetahui yang mana halal dan haram, yang mana yang baik dan buruk bukan dari standar penilaian manusia saja, tetapi dengan standar kebenaran dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

𝐿𝑎𝑙𝑢 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑎𝑝𝑎?

Tahun baru hijriah tidak hanya dimaknai pentingnya berhijrah perbaikan diri sendiri menuju ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya semata, tetapi haruslah juga dijadikan sebagai momen kebangkitan berpikir umat.

Catatan penting juga dari perjuangan dakwah untuk gigih mempererat ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah dan membentuk generasi yang memperjuangkan kembali kepada kehidupan islami. Syiar Islam Kaffah yang notabene berjihad di jalan Allah dengan balasan amal pahala jariyah dan surga harus semakin menggelora dan terpatri di dada setiap muslim.

Bahkan seharusnya syiar Islam perlu sampai ke penduduk di sudut kota, pinggiran desa dan hutan. Sehingga sebagian besar umat muslim akan tersentuh dan tercerahkan oleh indahnya Islam.

𝑀𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑝𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑛𝑦𝑎??

Hasilnya, umat pun akan sadar meninggalkan ideologi sekuler yang merusak peradaban. Umat akan mulai memakai Ideologi Islam sebagai cara pandangnya dalam kehidupan dan secepatnya menegakkan syariat Islam yang menjadi landasan negara dan rakyatnya.

Seperti ketika Rasulullah SAW hijrah dan mulai menegakkan Daulah Islam di Madinah yang kecil saja lalu menjadi negara Islam yang sangat besar dan maju yang menguasai dunia selama 14 abad lamanya. Semua karena penegakkan syariat Islam diridho oleh Allah SWT.

Umat akan berjuang demi keluar dari kesengsaraan dan kemunduran saat ini. Berjuang menuju peradaban yang mulia dan mewujudkan bahwa benar bahwa Umat ini adalah umat yang terbaik dan kemenangan akan menjadi milik Islam pada akhirnya, seperti nubuat dari Rasulullah SAW. Lalu menjadikan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin di seluruh penjuru dunia.

Wallahu’alam bishowab.