Sungguh Rugi Jika Porak-Porandanya Negara Akibat Covid-19 Tidak Berujung Kembali Kepada Agama Allah

Last Updated: 30 Juli 2021By

Ulasan Utama Assalim.id | Edisi 69
Oleh Pujo Nugroho

Assalim.id – Satu setengah tahun sudah Covid-19 mengepung Indonesia. Di awal kemunculannya selalu dibantah kepala negara dan jajarannya bahkan cenderung meremehkan, kini Indonesia seperti porak-poranda.

Mengutip data dari Our World in Data dan JHU CSSE Covid-19 di Indonesia pada Kamis (29/7/2021) sudah sebanyak 3,29 juta jiwa yang terpapar virus ini dengan angka kematian 88.659 jiwa. Indonesia menempati angka kematian tertinggi di dunia.

Sampai Kamis (22/7/2021) ada sebanyak 2.313 orang meninggal dunia saat isolasi mandiri di rumah. Yang sebagian adalah karena ditolak rumah sakit akibat fasilitas kesehatan yang sudah penuh.

Indonesia juga menjadi episentrum Asia Covid-19 karena tingginya kasus harian dan kematian.

Tak ada yang memilukan selain puluhan ribu nyawa meninggal dunia. Ini sebuah tragedi.

Tidak cukup sampai di situ, ekonomi Indonesia juga babak belur. Hingga kini Indonesia masih terjerembab dalam resesi.

Utang negara terus membengkak yang kabarnya untuk mengatasi pagebluk ini. Sepanjang kuartal I-2021, posisi utang pemerintah menembus sekitar Rp 6.445,07 triliun atau ekuivalen dengan porsi 41,64% dari produk domestik bruto (PDB).

Di dunia usaha juga begitu suram. Pemberlakuan pembatasan pergerakan warga untuk menekan penyebaran wabah mengakibatkan dunia usaha jatuh. PHK terjadi di mana-mana.

Media luar negeri dan juga WHO menyoroti fenomena belum meredanya badai kematian dan juga penambahan kasus harian. Akibatnya tak sedikit menyebut bahwa Indonesia adalah negara paling buncit yang akan terbebas dari pandemi Covid-19.

Sungguh rugi jika keadaan ini tak mampu diambil ibrah (pelajaran) darinya. Angka kematian tinggi, ekonomi babak belur, dan tak ada yang tahu kapan pandemi berakhir.

Allah Ta’ala berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Surat Ar-Rum ayat 41).

Kematian dan kerusakan bidang ekonomi serta berbagai problem sertaannya yang juga tidak sederhana adalah akibat perbuatan manusia. Dihadirkan oleh Allah kerusakan ini tidak lain dan tidak bukan agar kita kembali kepada jalan Allah Ta’ala.

Dan sudah menjadi kepastian bagi mereka yang berpaling dari aturan Allah Ta’ala akan mendapatkan kesulitan demi kesulitan.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,…” (Surat Thoha ayat 124).

Karena itu sudah saatnya kita kembali kepada aturan Allah Ta’ala dalam segala aspek kehidupan kita.[]