Solusi Paradoks &Amp; Self-Destructive Kapitalisme Hadapi Pandemi &Amp; Depresi
Aliansi Pengusaha Muslim – Solusi sistem kapitalisme berwujud oligarki dunia saat ini dalam mengatasi pandemi layaknya drama opera sabun dan setiap fase krisis ekonomi dunia yang terjadi lebih dari satu dekade. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak benar-benar baru, analisa ini disampaikan oleh Naomi Klein dari kanada dalam bukunya The Shock Doctrine menyebut ini sebagai “Kapitalisme Bencana” (Disaster Capitalism). Ia mengungkapkan bagaimana bekerjanya ideologi neoliberal melalui korporasi-korporasi besar dan segmen-segmen elite kapitalis lainnya dengan menggunakan momen-momen krisis untuk mengubah kebijakan politik dan ekonomi demi keuntungan akumulasi modal mereka. Upaya ini berjalan dengan baik, melalui kapitalisme virus corona.
Ada banyak cara bagaimana kapitalisasi bencana saat ini bekerja demi meraup keuntungan dari krisis dan resesi dalam memastikan keberlanjutan dominasinya begitu pandemi ini selesai. Contoh kecil bisa dilihat, di saat perusahaan maskapai penerbangan mem-PHK banyak karyawannya dengan tanpa pesangon, di saat itu pula mereka mendapatkan bailout miliaran dollar (corporatewatch.org, 20/03/2020).
Mereka seolah tidak peduli dengan realitas dunia hari ini dimana setiap individu dunia sekarang ini harus berjuang habis-habisan demi memenuhi banyaknya kebutuhan ditengah resesi dan ancaman pandemi seperti ini. Bahkan untuk mengambarkan situasi yang penuh ketidakpastian dan mengancam penghuni dunia saat ini IMF dalam World Economic Outlook April 2020 menggambarkan situasi ekonomi dunia terkini di era pandemi covid-19 sebagai situasi ekonomi terburuk bahkan sejak 1930 dengan istilah ‘The Great Lockdown”
Pandemi ini telah menguji ketahanan sistem ekonomi dan politik sekuler-kapitalis yang ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah pandemi. Bahkan pandemi telah benar-benar membongkar dan menelanjangi kedzaliman dan kecacatan permanen dari sistem ekonomi kapitalis liberal yang diinstall didunia saat ini.
Seruan lockdown sebagai solusi tuntas untuk menghentikan sebaran pandemic menjadi kebijakan simalakama bagi para kapitalis bermodal besar yang bergerak disektor non riil. Karena ketakutan kerugian yang sebenarnya berawal dari sistem ekonomi ribawi yang mereka rancang sendiri.
Kebijakan stimulus dengan nilai fantastis dengan menurunkan pajak dan moneter dengan menurunkan suku bunga menjadi kebijakan yang tidak membawa dampak real bagi perbaikan ekonomi, bahkan dibeberapa negara menjadi praktek aji mumpung korporasi besar untuk mengeruk keuntungan ditengah pandemi.
Karena ketidakberdayaan sistem ekonomi dan politik sekuler-kapitalis inilah yang akhirnya membagi penghuni dunia menjadi 2 (dua) poros besar yaitu poros Kesehatan dan poros Ekonomi, atau poros lockdown vs herd imunity
Solusi paradoks seperti ini bukanlah hal yang aneh dalam sejarah kapitalisme dunia, Krisis dan resesi ekonomi sudah menjadi siklus yang terus berulang secara berkala. Hal ini pernah diungkap oleh Dr. Thahir Abdul Muhsin Sulaiman dalam kitan Ilâj al-Musykilah al-Iqtishâdiyah bi al-Islâm yang menyebutkan krisis dalam sistem ekonomi kapitalis itu memang bersifat siklik. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanyalah putaran menuju puncak untuk kemudian jatuh ke lembah krisis kembali. Begitu seterusnya.
Selain solusi yang paradoks tersebut, sistem ekonomi yang rapuh ini juga bersifat self-destructive (menghancurkan diri sendiri). Inilah watak dasar dari sistem kapitalisme-sekular. Dia tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan manusia secara menyeluruh dan benar. Alih-alih bisa menyelesaikan persoalan, secara faktual sistem ini justru akan telah menimbulkan berbagai persoalan serius di berbagai belahan dunia dengan solusi saat ini. Dan yang dampak paling nyata adalah kemiskinan dan kesenjangan yang semakin lebar, kerusakan lingkungan, proses dehumisasi, bahkan perang dan penindasan yang justru terjadi.
Sungguh kondisi seperti ini adalah realitas yang sebenarnya sangat terang benderang dalam pandangan Islam dan menjadi rumit bak lingkaran setan dalam pandangan kapitalis-sekuler.
Dalam Islam nyawa manusia teramat berharga sehingga sangat di kedepankan daripada teknis ekonomi, karena tujuan sistem Islam adalah menjamin terwujudnya kesejahteraan, keadilan, dan kebahagiaan bagi umat manusia karena berangkat dari nilai-nilai yang dipetintahkan oleh pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan, yaakni Al-Khaliq Allah SWT.[] Agan Salim