Sikap Dunia Terhadap Covid 19, Berdampak Kapitalisasi Global

Last Updated: 24 Maret 2020By

Oleh : Gus Abid Karbela D.BA.
Konsultan Pendidikan International.

Aliansi Pengusaha Muslim – Dunia internasional bertindak serius Untuk melakukan perlawanan dalam upaya global melawan dampak virus corona. Juga tak kalah seriusnya keguncangan ekonomi melanda dunia international, Tak terkecuali Indonesia. Kurs rupiah semakin terpuruk. Konsumsi domestik dan industri pun terancam wabah virus corona (Covid-19).

Tampak langkah President Jokowi akan terbitkan perpu revisi APBN Yang terdampak corona, “Presiden Joko Widodo memberikan sinyal akan mengikuti saran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk merombak batasan-batasan yang berlaku di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal itu lantaran banyaknya uang negara yang keluar untuk mengatasi pandemi virus corona dan imbas menurunnya aktivitas perekonomian”. ujarnya dalam konferensi pers yang digelar melalui virtual, Selasa 24/3/2020 ( DetikFinance ).

Melalui Badan Anggaran, DPR justru meminta Jokowi terbitkan 3 (tiga) Perpu yang salah satunya untuk merevisi Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, terutama di bagian penjelasan yang memberikan kelonggaran defisit APBN dari 3 % ke 5 % dari PDB, dan rasio utang terhadap PDB tetap 60 %. Perpu yang seakan berusaha mengkapitalisasi Keselamatan Dan Kepentingan Rakyat demi kepentingan ekonomi dan kekuasaan.

Wujud kapitalisasi pun di segala bidang. Di negara kita banyak oknum yang kemudian memanfaatkan hegemoni coronavirus untuk mengkapitalisasi barang-barang kebutuhan pokok, serta alat kesehatan. Hal ini tentu merugikan dan sangat tidak bermoral. Sekelompok orang-orang yang tidak peduli dan menjual moral demi modal. Sangat miris melihat fenomena ini, di mana negara lain berlomba-lomba saling menguatkan, justru kita di sini saling menjatuhkan.

Sekarang virus corona Covid-19 telah menjadi pandemi global. Epidemi corona akan membawa konsekuensi kerusakan ekonomi yang tak pernah terbayangkan oleh para pemangku kebijakan ekonomi. Bahkan menteri keuangan Sri Mulyani menyatakan ” persoalan virus corona lebih kompleks ketimbang krisis ekonomi pada 2008 silam. Hal ini karena wabah virus corona langsung berdampak pada psikologis dan kesehatan manusia, hingga sektor riil “.

Yang lebih mengkhawatirkan beredar kabar bahwa Indonesia berhutang kembali seiring dengan kedatangan corona ke Indonesia, Asian Development Bank (ADB) berkomitmen untuk mengucurkan pinjaman kepada Indonesia sebesar 2,7 miliar dolar AS, atau sekitar Rp38,5 triliun. (Warta Ekonomi.co.id, 02/03/20)

Apakah ini faktor kebetulan?

Pasalnya, IMF yang mengumumkan bahwa pihaknya telah menyiapkan dana pinjaman sebesar US$ 50 miliar atau sekitar Rp 705,6 triliun untuk penanganan virus Corona. Apakah kedatangan corona sangat melemahkan ekonomi Indonesia hingga mengharuskan Indonesia memiliki cadangan dengan Top up utang kembali ?

Dengan beban hutang Indonesia sampai akhir Januari 2020 sebesar Rp 4.817,55 triliun, naik Rp 39 triliun dibandingkan posisi Desember sebesar Rp 4.778 triliun, dan masih diprediksi akan naik lagi (hingga Rp 5.000 triliun) dan pastinya berdampak luar biasa jika dolar menyentuh Rp. 16.000. *Dan gambaran krisis moneter pun akan tampak bukan halusinasi.

*Belum lagi jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), China yang merupakan pusat penyebaran virus corona masih menjadi mitra utama perdagangan Indonesia juga korelasi perdagangan Dan investasi cukup besar.* Setiap 1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi China, ekonomi Indonesia bisa terpengaruh 0,3 persen. Sebelum ada virus corona, Indef pasang target pertumbuhan di 2020 sebesar 4,8 persen. Jadi kalau mau direvisi tahun ini growth bisa turun ke 4,5 persen karena virus corona,” kata Bhima kepada Kompas.com, Selasa (10/3/2020).

Adanya virus corona atau virus apapun bukanlah penyebab utama terpuruknya ekonomi suatu bangsa. Karena sesungguhnya penyebab mundur atau tidaknya pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalah tentang bagaimana pengelolaan ekonomi di sebuah negara dan sistem apa yang digunakan oleh negara tersebut. _No escape from reality. Open your eyes, look up to the skies and see …_ Yang juga diartikan jangan melarikan diri dari kenyataan. Kalian sudah terkepung oleh kesalahan kalian sendiri

Sistem Ekonomi Islam telah memberikan solusi akan problem negara. Ekonomi negara dikatakan tumbuh dan sejahtera adalah dengan terpenuhinya kebutuhan pokok ( _al hajah al-dhuririyah_ ) setiap warga negara yaitu sandang, pangan, papan. Serta terpenuhinya kebutuhan kolektif yaitu kesehatan, keamanan dan pendidikan.

Dalam Islam sumber keuangan bisa diambilkan dari Baitul mal. Dari sini negara memiliki dana untuk mengurusi rakyatnya baik yang sudah terjangkit virus corona ataupun pencegahan bagi yang belum terjangkit virus. Diantara strategi kebijakan ekonomi Islam merupakan bagian Inti dari kebijakan politik pemerintahan, sehingga tak terpisah dari kebijakan negara di bidang lainnya. Yaitu :

Pertama, Membiayai aktivitas Edukasi dan promosi hidup sehat pada masyarakat di luar wilayah pusat penyakit. Menyalurkan Dana untuk mengatasi wabah dengan memberikan bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat/bencana mendadak yang menimpa mereka. Biaya yang dikeluarkan dapat melalui al-kharaj atau fai. Apabila tidak terdapat harta dalam kedua pos tersebut, maka kebutuhannya dapat dilakukan dengan sumbangan sukarela dengan mengedapan prinsip tolong – menolong.

Kedua, Melarang praktik penimbunan pada barang apa pun. Baik sembako, masker, hand sanitizer, dan lain-lain, yang dapat merugikan orang lain. Dan diberikan Sanksi bagi Yang melanggar.

Ketiga, Melarang kapitalisasi antivirus corona, hanya bisa dinikmati segelintir orang saja. antivirus harus bisa dinikmati semua manusia tanpa ada pihak yang mencari keuntungan di tengah musibah.

Keempa* , Memberikan bantuan sosial pada negara lain yang terdampak Corona. Baik berupa sembako, obat-obatan, antivirus maupun tenaga medis. Dan lain lain.

Pemahaman Kita tentang Sistem Ekonomi dalam Islam akan menjadikan solusi cerdas sebagai pengganti ekonomi kapitalisme yang berdampak sangat buruk bagi ekonomi suatu bangsa.