Categories: Ulasan Utama

assalim

Share

Oleh Pujo Nugroho

Assalim.id – Pandemi covid-19 Indonesia kembali mencatatkan rekornya. Hingga Kamis (1/7/2021) pukul 12.00 WIB penambahan kasus positif Covid-19 mencapai 24.836 orang. Penambahan ini pun kembali menjadi rekor terbaru di tanah air. Indonesia pun menempati posisi kedua tertinggi di Asia setelah India.

Total sampai Sabtu (2/6) tercatat sebanyak 2,23 juta penderita covid-19 di Indonesia dengan kematian sebanyak 59.534 orang.

Pandemi yang mengharuskan adanya pembatasan pergerakan manusia ini berakibat sangat besar. Hampir di seluruh dunia terjadi resesi ekonomi. Di Indonesia resesi hingga kini masih terjadi. Bahkan di puncak kegiatan ekonomi yaitu lebaran Idul Fitri tahun 2020 M, tak mampu menolong keluar dari resesi.

Retail-retail besar dan kecil pun banyak yang gulung tikar. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sepanjang 2020 setiap harinya ada 5-6 toko ritel yang tutup. Dan tren ini terus akan terjadi.

Di dunia UMKM, Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun mengatakan, selama tahun 2020 ada sekitar 30 juta UMKM yang bangkrut karena Covid-19.

Keuangan negara pun terkuras. Tahun 2020 APBN Indonesia mengalami defisit besar yaitu Rp 956,3 triliun. Defisit inipun akhirnya ditambal dengan utang.

Tingginya angka PHK dan menurunnya kegiatan ekonomi berdampak pada angka perceraian. Dilansir dari Tribunnews.com (12/3) selama pandemi Covid-19, angka perceraian terus meningkat.

Begitu pula dengan dunia pendidikan. Sekolah tatap muka yang ditiadakan dan beralih ke sekolah daring menyebabkan kekisruhan di kalangan guru dan orang tua. Kekhawatiran dengan kualitas manusia Indonesia beberapa tahun kedepan menyeruak.

Yang paling menyedihkan adalah kegiatan ibadah bagi seorang muslim. Shalat Ied Idul Fitri sudah dua tahun berturut-turut dianjurkan ditiadakan. Begitu pula shalat Ied Idul Adha. Kegiatan shalat tarawih sepanjang Ramadhan terasa berbeda karena pembatasan di masjid-masjid.

Idul Adha tahun inipun menjadi tahun kedua tiada pemberangkatan jamaah haji. Terlepas tidak dibukanya pintu oleh Pemerintah Arab Saudi, ketidak-pastian penanganan pandemi dalam negeri bisa jadi membuat negara lain ragu menerima jamaah kita.

Jelas, pandemi Covid-19 begitu besar dampaknya. Nyaris di semua aspek kehidupan. Namun sayangnya, suara seruan agar kembali kepada Allah dengan bertaubat dan mengoreksi diri sangat-sangat jarang terdengar.

Langkah-langkah yang diambil selama ini nyaris hanya berputar pada langkah secara teknis keduniaan semata. Penyekatan, social distancing, WFH, PSBB dan berbagai istilah lainnya, vaksinasi, dan berbagai langkah yang lain.

Jelas, tulisan ini tidak bermaksud mencela langkah-langkah tersebut. Bahkan menyerukan agar kita lebih taat lagi terhadap protokol kesehatan. Namun, sebagai umat Islam tentu penanganan seperti ini dirasa sangat kurang.

Adalah sangat wajar di tengah kesulitan Indonesia menghadapi pandemi ini untuk kembali mengevaluasi diri, bertaubat kepada Allah, dan kembali taat kepada aturan-Nya.

Masalah ini tentu bukan masalah spiritual belaka. Karena Islam memiliki solusi bagaimana mengatasi pandemi, problem ekonomi, sosial, dan berbagai aspek lainnya.

Pemerintah mesti membuka pintu selebar-lebarnya kepada aktivitas keislaman untuk menyerukan taubat kepada seluruh elemen bangsa. Sekaligus menghentikan narasi-narasi yang menganggap semangat Islam sebagai bentuk redakalisme. Insyaa Allah Indonesia tidak kekurangan ulama dan asatidz untuk berbagai lapisan masyarakat.

Semoga seruan taubat ini benar-benar  familiar di tengah-tengah rakyat karena Indonesia memiliki Wakil Presiden dari kalangan ulama. Bagi Wapres seruan ini mestinya tidaklah sulit diwujudkan. Mengingat beliau adalah orang nomor dua di pemerintahan pusat.

Dan bukankah menurut falsafah negara ini bahwa Indonesia berketuhanan yang Maha-esa? Atau memang nafas ketuhanan sudah diganti dengan berkebudayaan?

Wallahua’lam.[]

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts