Saatnya Hijrah Hakiki Ke Sistem Ekonomi Islam
Agan Salim
Problematika dunia multidimensi hari ini terjadi tidak bisa lepas dari benang merah penerapatan subsistem dari Dunia Barat, yaitu kapitalisme. Pandangan hidup kapitalisme yang kemudian mendominasi dunia, merupakan malapetaka yang disebut oleh Gilbert Durand seorang filosof Francis dengan malapetaka metafisika.
Disebutkan bahwa kelahiran pandangan hidup Barat bermula dari proses sekulerisasi, yakni pemisahan hal transendental (agama) dari kehidupan realitas (empirik). Pandangan ini menempatkan agama sebagai moral-ethic (etika moral) saja. Akibatnya sekulerisasi menimbulkan peradaban yang permisive (sikap serba boleh), munculnya eksploitasi, penjajahan, pemerasan, penumpukan kekuatan ekonomi pada pihak kapitalis besar, dekadensi moral, serta kemerosotan nilai akhlaq dan budaya.
Di dalam sistem kapitalisme manusia dan kehidupan diranah politik, ekonomi, sosial, dan budaya tidak lebih menjadi segmen pasar. Dimana kualitas kerja, amal, dan manusianya ditentukan oleh pasar. Akhirnya kehidupan menjadi bulan-bulanan dari kekuatan pasar.
Malapetaka berikutnya terlahirlah masyarakat kapitalis-industri yang mempunyai moralitas baru yang hanya menekankan pada rasionalisme ekonomi, pencapaian perorangan, dan kesamaan.
Dalam masyarakat kapitalis orang dihargai berdasarkan usaha keras, kemampuan perorangan, kemajuan, dan lain-lain, dengan standar kemajuan material semata.
Inovasi teknologi atau pembagunan yang diarahkan hanya untuk dinamisnya gerak langkah para kapitalis yang merupakan mesin pendorong visi kapitalisme.
Euphoria pembangunan dan pertumbuhan hanya disejajarkan sebagai pemacuan pertumbuhan ekonomi belaka. Akibat dari visi yang rusak ini, terjadilah perusakan atau penghancuran sumberdaya alam dan lingkungan yang parah akibat pelaku ekonomi kapitalistik. Akibat turunannya pemiskinan sistemik dan massif pada masyarakat agraris di negaran-negara dunia ke-tiga.
Berangkat dari realitas yang jauh dari tujuan keadilan dan kesejahteraan yang sejatinya adalah tujuan universal dari umat manusia inilah yang mengharuskan pilihan “Hijrah” sistem dilakukan.Hijrah (هِجْرَةٌ) yang berasal dari akar kata hajara (هَجَرَ) yang berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat), atau memutus.
Dan sistem ekonomi Islam adalah pilihan yang paling rasional abad ini, secara hakiki sistem Islam mampu memuaskan akal, menentramkan hati dan sesuai dengan fitrah manusia dan alam semesta karena merupakan sistem kehidupan yang lengkap.
Kemampuan Islam dalam menciptakan kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran telah terbukti di saat sistem Islam diberlakukan dan menjadi super power di seantero dunia. Konsep Islam mengenai ekonomi terbukti lebih unggul dibanding sistem ekonomi manapun. Kemampuan Islam menjawab krisis global dapat ditelusuri dari kenyataan, bisa dilihat dari kenyataan paradigmatic.
Politik ekonomi Islam didasarkan paradigma bahwa negara wajib menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) tiap warga, serta kemungkinan setiap orang memenuhi kebutuhan pelengkapnya. Pandangan semacam ini menjadi dasar bagi pemerintah dalam melakukan seluruh kegiatan ekonomi dalam negara.
Negara tidak diperkenankan menetapkan pajak (dlariibah) bagi rakyatnya, dan tidak ada pandangan bahwa negara perlu atau tidak memberikan subsidi. Sebab, konteks hubungan antara negara dan rakyat dalam pandangan Islam adalah pelayanan dan pengaturan, bukan hubungan bisnis antara bawahan dan atasan.
Karena itu, dalam konteks pelayanan dan pengaturan terhadap urusan rakyat, negara wajib memenuhi kepentingan rakyat banyak. Negara bahkan menjamin terpenuhinya kebutuhan primer atau vital tiap orang yang hidup dalam negara Islam, misalnya listrik, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lainnya. Negara akan mengukur tingkat kesejahteraan berdasarkan tercukupinya kebutuhan primer dan pelengkap tiap-tiap individu tidak yang lain.
Hijrah sistem ini teramat penting, dan hanya dengan hijrah sistem kehidupan sajalah kita akan merasakan dan menikmati keberkahan seperti apa yang Allah SWT tegaskan dalam dalam Surat An-Nisa (QS : 4:100)
“Siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di bumi ini tempat yang luas dan rezeki yang banyak)”. []