Resesi, Saatnya Kembali Kesistem Ekonomi Islam
By : Haris Abu Muthiah
Setelah lama ditutupi akhirnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengakui Indonesia mengalami resei ekonomi pada pada kuartal III akhir September 2020. Kontraksi kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.
Padahal para pengamat ekonomi jauh-jauh hari sudah menyampaikan kalau negeri yang dikenal zamrud khatulistiwa ini sudah resesi. Sejumlah indikator yang menggambarkan hal tersebut sangat jelas dan terpampang di depan mata.
Pakar Ekonomi Islam, Dwi Condro Triono, dengan tegas mengatakan, sangat naif jika dikatakan Indonesia belum mengalami resesi ekonomi. Padahak faktanya, Februari hingga Agustus 2020 ekonomi benar-benar terpuruk.
Aktivitas ekonomi mengalami penurunan. Gelombang PHK terjadi dan harga-harga terus merayap naik. Pendapatan rakyat meluncur tajam. Bahkan seandainya tidak ada wabah Corona-19, kondisi ekonomi dunia termasuk Indonesia, sudah menuju resesi.
Benarlah kata pepatah, ‘Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu jatuh juga’. Pastinya resesi ekonomi tidak bisa dihindari lagi. Sekuat apapun pemerintah menutupinya. Dampak resesi sulit dibendung, kendati pengumuman resmi dari BPS, 5 November 2020.
Banyak perusahaan, baik perdagangan, transportasi, properti, hingga industri akan melakukan pemutusan hubungan (PHK) secara merata karena tingkat produksi menurun dan pendapatan terjun bebas. Di sisi lain kebutuhan untuk beban produksi seperti listrik, gaji pegawai mesti tetap jalan.
Prediksi Kamar Dagang Indonesia (KADIN), pengangguran akan bertambah 5 persen. Begitu juga dengan kemiskinan, pertambahannya tidak bisa dihindari. Saat ini saja penduduk dengan kategori rentan atau terancam kembali miskin, sesuai laporan bertajuk Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class oleh Bank Dunia, mencapai sebanyak 45 persen atau 115 juta orang.
Kendati berbagai strategi telah dilakukan pemerintan untuk menghindari resesi yang semakin parah, seperti, akselerasi eksekusi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), memperkuat konsumsi pemerintah, dan konsumsi masyarakat. Ternyata tidak memberi pengaruh signifkan terhadap proyeksi pertumbuhan yang telah dibuat pemerintah.
Termasuk tawaran solusi Anggota Komisi VI DPR, Marwan Jafar, kepada pemerintah, agar melakukan pembenahan strukturisasi kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM), menjaga perbankan agar tidak jebol dan tidak terjadi pemindahan arus modal ke luar negeri, mendatangkan investasi asing ke dalam negeri, menjaga konsumsi masyarakat, dan lain sebagainya.
Namun semua strategi itu tidak akan memberi pengaruh apapun. Mengapa?, karena semua itu tidak menyentuh perkara mendasar yang menyebabkan resesi itu terjadi. Apa itu?, tidak lain diberlakukankanya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem yang bertumpu pada sektor swasta yang berjalan mengikuti mekanisme pasar bebas.
Akibatnya ekonomi akan berjalan naik turun hingga mencapai puncak, kemudian mengalami penurunan dan jatuh di titik terendah, lalu terjadilah resesi, kemudian mengalami kenaikan lagi. Begitu seterusnya.
Mengapa siklus seperti itu terjadi?. karena struktur ekonomi kapitalisme dibangun dengan aktivitas sektori non riil yang sarat dengan perjudian dan riba. Basisnya adalah pasar uang, baik diperbankan maupun di pasar modal. Sehingga uang hanya berputar-putar di lantai bursa dan tidak banyak membawa implikasi di sektor produksi, konsumsi, apalagi distribusi.
Karena itu mempertahankan sistem kapitalisme sama saja membiarkan negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini diambang kebangrutan seperti Yunani. Apa lagi utang negara semakin bertumpuk, APBN hampir setengahnya hanya dipakai untuk melunasi utang. Target pendapatan pajak sudah terjun bebas.
Lalu solusinya apa?, ya kembali pada sistem ekonomi Islam. Islam memiliki solusi tuntas. Sistem ekonomi Islam dibangun dengan struktur aktivitas sektor riil. Investasinya nyata secara fisik, seperti sektor produksi, properti, perkebunan, manufaktur, jasa, dan teknologi.
Pertumbuhan sektor riil akan berperan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi secara nyata. Jauh dari spekulasi dan praktek judi apalagi riba. Distribusi akan berjalan secara merata dan adil. Dengan cara inilah resesi akan diselesaikan.
Wallahu a’lam bi ash shawab