
Ulasan Utama Assalim.id
Oleh: Pujo Nugroho
Assalim.id – Kondisi ekonomi global kini dalam keadaan tak menentu. Inflasi telah terjadi di banyak negara. Kondisi ini merupakan imbas dari tidak berkesudahannya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta munculnya varian baru Covid-19 di negara pemasok utama rantai pasokan industri.
Perang Rusia-Ukraina menjadi sumber krisis energi dan pangan dunia sehingga memperburuk ekonomi global setelah dua tahun dihantam pandemi Covid-19. Kini dunia sedang dihadapkan pada krisis energi dan pangan.
Keduanya memiliki peran strategis dalam rantai pasok perdagangan internasional. Rusia merupakan eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia. Pipa-pipa minyaknya “menghidupi” Eropa. Sementara Ukraina merupakan eksportir minyak biji bunga matahari terbesar di dunia. Kedua negara juga selama bertahun-tahun menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global.
Bukan saja perang, munculnya varian baru Covid-19 di China membuat negara tersebut melakukan lockdown beberapa waktu lalu. Rantai pasokan industri di beberpaa negara pun terganggu. Karena sebagaimana diketahui China merupakan pemasok bahan baku industri di banyak negara di dunia.
Sedemikian gejolak ekonomi global hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut mengerikan.
“Sekarang ini betul-betul dalam keadaan yang tidak mudah beberapa krisis pernah kita alami tetapi ini bertubi-tubi krisisnya. Krisis karena pandemi, mau pulih kemudian ada perang kemudian masuk merembet ke mana-mana,” kata Jokowi, Selasa (21/6/2022).
“Angka-angkanya saya diberitahu, ngeri kita. Bank Dunia menyampaikan IMF menyampaikan UNPBB menyampaikan, terakhir baru kemarin saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, apabila hanya satu atau dua negara yang bangkrut, maka dapat ditolong oleh negara lain atau lembaga internasional. Namun apabila ada 60 negara maka akan berdampak ke segala arah dan ini kondisi yang sangat mengerikan. Demikian seperti diberitakan Viva.co.id (21/6/2022).
Di titik ini kita sudah melihat betapa kapitalisme sebagai pemimpin sistem ekonomi yang mengatur dunia saat ini telah gagal mengantisipasi dan menyelesaikan problem ekonomi yang melanda banyak negara.
Diperparah Sistem Moneter Kapitalisme
Persoalan inflasi atau kenaikan harga-harga barang terutama energi (minyak, batubara, dan CPO) serta beberapa produk pangan menyebabkan inflasi di banyak negara.
Di Inggris inflasi melesat ke level tertinggi dalam 40 tahun. Lonjakan tersebut terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak dan makanan. Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan inflasi tahunan pada Juni 2022 mencapai level 9,4 persen, tertinggi sejak Februari 1982.
Dan hal ini juga merata di negara-negara Eropa lainnya. Penyebabnya seperti disebut di atas, perang Rusia – Ukraina dan tingginya permintaan energi karena pasca-pandemi Covid-19 di mana kegiatan ekonomi sudah mulai pulih.
Tingginya inflasi secara ekonomi kapitalisme akan disikapi dengan kenaikan suku bunga. Bank Sentral Eropa (ECB) misalnya pada Kamis, 21 Juli 2022, menaikkan suku bunga bahkan melebihi dari yang diperkirakan banyak pengamat. ECB menaikkan suku bunga deposito 50 basis poin. Kenaikan ini adalah yang pertama kali dilakukan ECB dalam 11 tahun.
Dampaknya negara-negara yang berutang di zona euro akan memiliki beban bunga utang lebih besar.
Di Amerika Serikat (AS) menyikapi inflasi yang mencapai 9,1 persen secara tahunan yang mana angka ini merupakan lonjakan tertinggi selama 40 tahun terakhir seperti halnya Inggris, bank sentral AS Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut.
Kenaikan-kenaikan suku bunga ini menyebabkan masalah bagi negara-negara lain terlebih lagi negara miskin dan negara berkembang. Pasalnya, suku bunga yang ditawarkan dalam berinvestasi di AS dan Eropa lebih menarik ketimbang di RI dan negara berkembang lain seiring dengan kenaikan bunga acuan The Fed dan ECB (Eropa).
Ketika aliran modal asing keluar dari suatu negara, maka akan membuat stabilitas keuangan di negara itu terganggu. Di Indonesia sendiri rupiah beberapa kali tertekan hingga sempat menyentuh Rp 15.000 per US$.
Utang Penyebab Bangkrut
Sri Mulyani saat membuka acara Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 ketiga di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022), mengungkapkan problem utang yang bisa menyebabkan negara-negara miskin bangkrut. Dan potensinya sudah ada di depan mata.
“Sekitar 60 persen dari negara-negara berpenghasilan rendah sudah atau hampir bangkrut (akibat lonjakan utang). Sementara banyak negara berkembang mungkin tidak dapat memenuhi pembayaran utang selama tahun depan,” ujarnya (kompas.com, 15/7/2022).
Bahkan Sri Mulyani menyebut lonjakan utang tidak lagi jadi kasus luar biasa karena nantinya negara berkembang juga berpotensi gagal bayar utang di masa depan.
“Jadi perang ini memberikan tekanan tiga kali lipat, pergeseran harga komoditas dan peningkatan inflasi global, juga dapat berimbas pada limpahan utang yang nyata, tidak hanya untuk negara-negara berpenghasilan rendah, tetapi juga di negara-negara berpenghasilan menengah atau bahkan negara maju,” tuturnya.
Indonesia sendiri diuntungkan karena mendapat durian runtuh dengan kenaikan harga batu bara dan tingginya permintaan komoditas tersebut. Karena hal ini pertumbuhan penerimaan dari sektor pertambangan telah mencapai 296,3%. Pertambangan berhasil menyumbangkan sekitar 10,1% dari total penerimaan pajak hingga bulan Mei 2022. Semua karena dampak tingginya permintaan dan ekspor batu bara jika tidak Indonesia juga terancam resesi.
Demikianlah kebijakan moneter (kenaikan suku bunga) dan beban utang menyebabkan problem serius ekonomi global. Problem-problem ini adalah problem nyata akibat kapitalisme global. Sedang konflik geopolitik dalam hal ini perang Rusia-Ukraina hanyalah pemicu semata.
Ini menjadi tantangan bagi ideologi apapun. Bagaimana sebuah ideologi mampu menyelesaikan masalah global atau tidak. Kita melihat, alih-alih menyejahterakan secara merata ke berbagai belahan dunia kapitalisme bahkan menjadi penyebab masalah mematikan di banyak negara. Wallahua’lam.[]