Pertumbuhan Ekonomi 7,07% Yang Tidak Berbekas Di Masyarakat

Last Updated: 9 Agustus 2021By

Ulasan Utama Assalim.id | Edisi 70
Oleh Pujo Nugroho

Assalim.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2021 berhasil tumbuh positif sebesar 7,07%. Pertumbuhan ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan sekaligus menggambarkan arah dan strategi pemulihan ekonomi sudah benar.

Menkeu mengungkapkan, tepatnya strategi pemulihan tak lepas dari kebijakan yang diambil selama pandemi Covid-19 dan besarnya peran APBN sebagai instrumen countercyclical. “Jadi cerita kuartal II menggambarkan arah pemulihan ekonomi sudah benar dan strategi pemulihan ekonomi juga sudah benar dan sudah menghasilkan dampak atau hasilnya,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Kamis (5/8/2021).

Dengan pertumbuhan 7,07% ini Indonesia disebut-disebut telah keluar dari jebakan resesi setelah pertumbuhan ekonomi terkontraksi (minus) selama empat kuartal berturut-turut.

Namun demikian tak sedikit yang berpendapat berbeda terkait pertumbuhan ekonomi ini. Sebagian kalangan menyebut pertumbuhan ini adalah pertumbuhan semu.

Lonjakan pertumbuhan secara tahunan (yoy) tersebut dinilai merupakan pertumbuhan semu dalam artian meski dengan pertumbuhan tinggi, ekonomi dan kegiatan masyarakat masih belum kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Seperti yang diungkap Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho. Dia menyebut peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2021 yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tersebut hanya dinikmati segelintir kalangan saja. Dalam hal ini, hanya kelompok pendapatan kelas menengah ke atas saja yang menikmati peningkatan konsumsi rumah tangga selama tiga bulan yang lalu.

Adapun, konsumsi yang dilakukan adalah belanja barang tahan lama atau durable goods, seperti kendaraan dan rumah (properti). Sementara, konsumsi rumah tangga dari kelompok pendapatan menengah ke bawah dengan penghasilan di bawah Rp5 juta, cenderung menurun pada periode waktu yang sama (bisnis.com, 6/8/2021).

Tingginya angka pertumbuhan bahkan melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19 juga dipandang tidak memberikan fakta nyata kondisi masyarakat.

Seperti yang diungkapkan oleh Anggota DPR RI fraksi PDIP, Darmadi Durianto yang menganggap perbaikan ekonomi yang hanya dilihat dari besaran growth di kuartal II itu hanya sekedar klaim pemerintah. Karena ia melihat pertumbuhan tersebut tidak selaras dengan kondisi riil di lapangan saat ini.

Bahkan menurutnya, pengumuman pertumbuhan ekonomi tersebut bisa membuat publik bertanya-tanya. Karena fakta dan kondisi riil jauh berbeda dengan apa yang di klaim pemerintah dalam hal ini tim ekonomi Jokowi (rmol.id, 6/8/2021).

Pendapat yang hampir serupa juga disampaikan Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta, Mukhaer Pakkanna. Dia mengajak publik untuk melihat fakta-fakta lapangan di kuartal II 2021. Di mana pengangguran dan kemiskinan membumbung tinggi, roda ekonomi berhenti, lapangan pekerjaan sulit, dan lain sebagainya.

Fakta-fakta itu cukup untuk menjelaskan keraguan apakah ekonomi benar-benar sudah meroket.

“Logikanya, jika ekonomi tumbuh signifikan, maka akan mampu menyerap lapangan kerja dan kemiskinan pasti menurun,” sambungnya (rmol.id, 6/8/2021).

Memang pulihnya ekonomi menjadi dambaan kita saat ini. Tapi penting bagi pemerintah untuk tidak mengabaikan fakta bahwa kondisi sulit masih terjadi dan cenderung parah di tengah-tengah rakyat. []