
Agan Salim
Menjelang hajatan besar pengusaha muslim yang di inisiasi oleh ASSALIM dengan tagline “Truly Mega Muslimpreneur” tentu masih sering mendengar, banyak pengusaha muslim yang menjalankan bisnisnya dengan jargon “mengalir begitu saja”.
Sehingga masing-masing berjalan menggunakan pegangan atau prinsip yang dibuat dan diyakini sendiri-sendiri.
Pertanyaannya, apakah dalam menjalankan bisnis seperti itu salah? Jawabnya tentu saja tidak salah tapi juga belum tentu benar. Karena prinsip-prinsip tersebut masih terlalu umum.
Bagi seorang pengusaha muslim, meyakini bahwa ada hidup setelah kehidupan dunia saat ini adalah sebuah kewajiban. Sejatinya kehidupan pertama adalah kehidupan di dunia, sedangkan kehidupan kedua yang kekal adanya adalah kehidupan di akhirat kelak.
Bahkan kehidupan akhirat yang kekal abadi inilah yang seharusnya menjadi poros hidup yang harus sungguh-sungguh dipersiapkan.
Ringkasnya hidup di dunia ini haruslah dianggap sebagai “tempat menanam” sedangkan kehidupan akhirat adalah “tempat memetik hasilnya”. Hal itu sesuai dengan apa yang telah Allah SWT firmankan
“Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil” (QS. Yunus: 4).
Oleh karenanya, karena aktivitas bisnis adalah bagian dari amal perbuatan maka sudah semestinya wajib terikat dengan Syari’at Allah SWT. Penegasan ini dengan sangat jelas Allah syariat kan
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Al-Jaatsiyah: 18).
Disinilah pentingnya kita memahami mengapa bisnis harus taat syariah. Harus tertancap kuat dalam diri pengusaha muslim bahwa Allah SWT menetapkan syariah-Nya sebagai jalan atau cara untuk kita menyelesaikan berbagai persoalan itu dengan sebaik-baiknya tak terkecuali dalam aktivitas bisnis kita.
Inipulalah yang menjadi pembeda pengusaha muslim dengan yang lain, kerena menerapkan syariah adalah wujud dari keimanan, ketaatan bahkan solusi atas permasalahan umat abad ini.
Perkara ini teramat penting bagi pengusaha muslim, melalui sebuah hadits qudsi Allah SWT menyatakan, “Jika Aku ditaati, Aku ridha. Ketika Aku ridha, maka Aku berkahi.”
Berkah yang asal katanya al-barakah yang dalam Syarah Shahîh Muslim, Imam an-Nawawi menyebutnya memiliki dua arti, yaitu tumbuh, berkembang atau bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan.
Sehingga tidak mungkin ketaatan kepada syariat itu adalah sebuah keburukan, kecelakaan, kenistaan, dan penderitaan. Kalau ini yang dipersepsikan maka sesungguhnya kita telah salah memakai “kaca mata” keimanan.
Untuk semakin menancapkan keyakinan tersebut, tidak ada cara yang lebih efektif dan efisien kecuali kita lebih intensif mengkaji Islam dan syariatnya. So, sudah saatnya dan sekaranglah waktunya para pengusaha muslim mengaji Islam secara komprehensif, berbagi dan sinergi sesama pengusaha muslim dalam ketaatan menjadi trend pengusaha muslim abad ini.
Selamat bertemu di hajatan besar ASSALIM, semoga hadirnya kita menjadi wasilah ridho Allah dunia wal akhirat. Wallahu a’lam bish-shawwab []