Pengusaha Muslim, Jangan Berharap Berkah Dari Allah Swt. Jika Mengabaikan Amanah Ini

Last Updated: 7 April 2022By

Ali Akbar Al Buthoni

Setiap pengusaha muslim pasti sangat menginginkan keberkahan dalam bisnisnya, tak sedikit yang menjadikan keberkahan adalah salah satu nilai visi bisnis yang mesti diraih, bahkan rela jika harus memulai semuanya dari nol jika bisnis yang sedang dijalaninya banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah dan mesti harus dikonversi secara total ke bisnis yang sesuai dengan muamalah syariah.

Namun, ada beberapa amanah yang mungkin saja terabaikan ketika capaiannya sudah sampai pada titik tertentu. Diantaranya:

01 AMANAH UNTUK SELALU BELAJAR, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha muslim. Terkadang karena sebelumnya sudah merasa mencapai titik “aman” yaitu hijrah, kemudian berada dilingkungan baik dimana ada aktivitas ‘amar ma’ruf nahyi mungkar senantiasa hidup disana, lantas mencukupkan dan membatasi diri dari belajar tsaqafah Islam dengan alasan nanti kalau bingung tinggal tanya sama teman yang paham, biarlah sy fokus denga bisnis saya dulu karena baru hijrah biasanya tantangannya berat. Prinsip ini tidak salah, namun juga tidak betul. Karena antara ikhtiar dengan cara berbisnis dan belajar adalah dua aktivitas yang sama pentingnya, sehingga mestinya keduanya harus seiring sejalan, bisnisnya jalan, ngaji dan dakwah juga gaspool !!!

Oleh karena itu, amanah yang pertama ini jangan sampaikan diabaikan oleh para pengusaha muslim. Karena belajar itu wajib, khususnya belajar Muamalah yang sangat terkait erat dengan bisnis yang sedang digeluti. Di Masa Umar bin Khattab malah orang-orang yang gak mau belajar dan gak tahu fiqih muamalah tentang aktivitas mereka gak boleh masuk ke pasar alias gak boleh berbisnis sampai ia belajar dan paham tentang fiqih muamalah, khususnya yang terkait dengan aktivitas bisnis yang digelutinya. Selain itu, dengan terus belajar in syaa Allah akan menambah keberkahan serta menambah investasi pahala sebab telah melakukan segala aktivitas bisnisnya dengan tujuan dan kesadaran yang didasarkan pada syariah Islam.

02 AMANAH UNTUK BERDAKWAH, hal ini juga biasanya menjadi challenge bagi para pengusaha muslim. Karena tidak semua PD dengan situasinya, karena merasa masih sangat baru bergabung di dunia dakwah dan baru saja hijrah sehingga merasa tidak memenuhi syarat untuk melakukan aktivitas dakwah. Sehingga, aktivitasnya hanya fokus pada pengembangan bisnisnya dan ngaji tsaqafah Islam. Padahal, dari setiap ilmu yang kita pelajari wajib untuk disampaikan lagi kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda;

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَة
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Atau hadits lainnya;
“Jika di antara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak cukup kuat untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih tidak cukup kuat, maka ingkarilah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim).

Dari dua hadits ini bermakna bahwa kita sebagai muslim tidak boleh berdiam diri atas kemungkaran, tak terkecuali para pebisnis muslim juga memiliki kewajiban berdakwah ke sesama muslim lainnya. Karena berdakwah bukan hanya tugas para ustadz, kyai dan ‘alim ulama’, melainkan tugas bagi setiap muslim sehingga fungsi ‘amar ma’ruf nahyi mungkar senantiasa teraktivasi dalam lingkungan kita untuk saling menjaga dalam ketaatan Allah SWT. Karenanya, penting untuk tidak hanya fokus pada cara menjalankan bisnis sesuai syariah saja, tapi juga ngaji dan dakwah harus gaspool!!!

03 AMANAH MENGAJAK MUSLIM YANG LAIN UNTUK BERDAKWAH BERSAMA, jika amanah yang pertama dan kedua sudah kita tunaikan bukan berarti kita sudah aman dan pasti mendapatkan berkah dari Allah SWT. Mengapa ? Karena hijrah dan sholeh sendirian saja ternyata belum cukup, sebab kemaksiatan masih begitu masif terjadi disekitar kita.

Dan kemaksiatan terbesar umat ini adalah mengabaikan Syariah Islam sebagai pedoman hidupnya dalam segala Aspek. Oleh karena itu, ngaji dan dakwah yang hanya sekedar menyampaikan kebaikan saja belum cukup melainkan harus mengajak saudara-saudara muslim kita yang lainnya untuk ikut berdakwah bersama. Sehingga, dengan semakin banyaknya kaum muslimin yang ngaji dan dakwah saling mengajak satu sama lain in syaa Allah akan semakin meningkatkan kesadaran umat Islam untuk bersegera menjadikan Syariat Islam yang paripurna sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat dan bernegara.

Selain itu, ganjaran pahala yang akan didapatkan oleh yang selalu mengajak orang lain berdakawah bersama adalah mendapatkan pahala yang tak terhingga, atau disebut dengan pahala Investasi. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

مَن دعا الى هدًى كان له مِنَ الاَجْر مثلُ اُجُورِ مَنْ تبِعَه لا ينقصُ ذلك مِنْ اُجُورهم شيْءًا ومَن دعا الى ضلالةٍ كان عليه مِنَ الاِثْمِ مثلُ آثامِ مَنْ تبِعه لا ينقصُ ذلك مِنْ آثامِهم شيْءًا
“Barang siapa yang mengajak pada petunjuk, maka baginya adalah pahala orang yang mengikuti ajakannya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak pada kesesatan, maka baginya menanggung dosa seperti dosa orang-orang yang mengikuti ajakannya itu, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka itu” (HR. Muslim)

Makna hadits ini adalah ketika kita mengajak muslim yang lain untuk ikut berdakwah maka in syaa Allah baginya adalah pahala orang yang mengikuti ajakannya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Sehingga, semakin banyak orang yang diajak untuk ikut berdakwah bersama in syaa Allah saldo pahalanya akan terus mengalir dan bertambah, inilah yang disebut Pahala Investasi.

Sebaliknya, jika mengajak pada kemungkaran dan dosa maka bisa dipastikan yang didapatkan adalah dosa investasi yang terus mengalir dan bertambah. Dan berdiam diri atas berbagai kemaksiatan yang terjadi saat ini sama halnya dengan pelaku kemaksiatan itu sendiri, sebab mencegah kemaksiatan adalah kewajiban sebagaimana amanah pada nomor 2 diatas. Karenanya, jika amanah ini kita abaikan maka jangan berharap berkah dan maghfirah dari Allah SWT.

Wallahu a’lam bish shawwabi,