Pengusaha, Durjana Dan Ksatria: Agar Tak Lagi Ada Bencana Dan Musibah
Oleh: Abah Salim
Aliansi Pengusaha Muslim – Sebuah pengingat shalat malam sampai juga sama Abah. Muhasabah Di Balik Musibah, Terapkan Syariat Allah Secara Kaffah, Agar Terhindar Dari Hukuman Qadari! Begitu judulnya. Lantas, apa isinya? Ini dia. ‘Hukuman dosa itu ada dua, yaitu hukuman syar’i dan hukuman qadari. Jika hamba Allah menjalankan hukuman syar’i, maka Allah akan cabut dari mereka hukuman qadari atau Allah menguranginya.
Dan Allah tidak akan mengumpulkan dua hukuman (syar’iyah dan qadariyah) terhadap makhlukNya, kecuali hukuman tsb tidak bisa mengangkat dosa atau tidak cukup untuk menghilangkan penyakit tsb. Jika hukuman syar’iyah tidak dilaksanakan, maka yang datang adalah hukuman qadari, bisa saja lebih keras dari hukuman syar’iyah atau lebih ringan, akan tetapi dampaknya merata sedangkan hukuman syar’iyah dampaknya personal.
Karena Allah SWT tidak menghukum secara syar’i kecuali kepada mereka yang melakukan kriminal (maksiat) secara langsung atau menjadi penyebab.” Imam Ibnul Qoyyim, Al-Jawabul Kafi
Dalam penjelasan di atas, dunia tempat kita berpijak haruslah diatur dengan syariat Allah. Sehingga setiap perbuatan yang keluar dari syariat Allah akan mendapat hukuman syar’i. Jika ada transaksi riba maka dilarang, jika ada perzinaan, maka dirajam dst. Jika ada kemungkaran, maka ditegakkan atasnya nahi munkar, sehingga bumi ini dikelola oleh sistem ilahi, diatur oleh tata kelola yang Allah tentukan. Hal itu dilakukan agar tidak mengundang hukuman qodari berupa bencana dan musibah.
Masya Allah. Satu penggalan kalimatnya saja sudah bikin merinding. ‘Jika ada transaksi riba maka dilarang… jika tidak, ini akan mengundang datangnya hukuman qadari berupa bencana dan musibah’. Lantas selama ini yang terjadi sebaliknya. Transaksi riba malah menjadi bagian penting dari aktivitas bisnis dan keuangan. Bahkan ia menjadi jantungnya kapitalisme. Pantaslah jika bencana dan musibah akrab di tengah kita. Allah Kariim.
Truly Muslimpreneur, Di tengah musibah yang berkepanjangan ini, kita memang sudah semestinya instrospeksi diri. Muhasabah diri. Jangan-jangan justru yang paling banyak andil terjadinya bencana dan musibah ini adalah pengusaha! Pengusaha yang selalu bertransaksi ribawi! Tentu disamping maraknya jenis kemaksiatan lainnya.
Tapi rasanya, kemaksiatan yang paling sering dilakukan dalam bidang ekonomi tanpa merasa bahwa itu suatu kesalahan ya riba! Tapi… pengusaha juga protes jika disalahkan sendirian. Mengapa? Karena pengusaha merasa itu difasilitasi negara dan itu artinya legal! Jadi riba sebagai salah satu jenis kemaksiatan pengundang bencana dan musibah ternyata dilegalkan.
Kalau sudah begini, pertanyaannya, mau sampai kapan kita ini terus menantang Allah SWT untuk memberi hukuman qadari? Sampai kapan? Sampai bosan?
Kita diberi fasilitas mata untuk bisa melihat fakta dan realita musibah serta kebenaran ayat-ayat Allah. Kita diberi telinga untuk bisa mendengar untai nasihat agar segera kembali ke jalan Allah. Kita diberi hati untuk bisa menerima kebenaran dan menundukkan diri kepada Dzat Pemilik kebenaran. Lantas, ke mana saja semua itu selama ini?
Jangan sampai, asset pemantik hidayah taufiqiyah yang sudah Allah Swt berikan itu sia-sia belaka dan malah jadi pengundang celaka dan berakhir di neraka. Naudzubillahi mindzalik!
Malam itu abah terpekur, penuh dalam sujud panjang. Melapor, mengadu pada Allah SWT. Jika kapitalisme biang pemantik bencana dan musibah itu arus utamanya, maka masih ada arus kecil yang terus melawannya. Bahwa masih ada dakwah, amar ma’ruf nahi munkar itu. Meski menghadapi tembok tebal para durjana kapitalisme. Arus kecil itu terus mencari jalan, membuncah, membesar. Sesuai sunatullahMu, arus ini terus mengalir hingga mastatha’tum hingga… izin dan pertolonganMu tiba.
Truly Muslimpreneur, Laju perubahan itu tak bisa ditahan. Redup malam itu kan berganti dengan terangnya siang. Kita hanya perlu menjalaninya. Bersegera bertaubat dan makin mendekat taat kepada Allah SWT agar kita tak menjadi durjana kapitalisme pemantik bencana dan musibah. Tapi menjadi ksatria Islam pembawa rahmat dan berkah.
Tetaplah dalam koridor Bisnis, Ngaji dan Dakwah! Barakallahu fikum.