Outlook 2021 “Beban Berat Ummat Dalam Sistem Kapitalisme, Islam Solusinya”
Oleh : Abid Karbela
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( Muhammad { 47 } 7 ).
Sistem kapitalisme telah banyak meninggalkan persoalan besar, sekaligus menambah beban berat untuk ummat manusia. Dalam sektor Ekonomi iklim usaha semakin hari semakin berat, hampir semua bidang terhenti. Bahkan anggapan sistem kapitalisme adalah surganya para kapitalis sudah mulai tumbang, dengan segudang permasalahan.
Bayangkan hampir tidak ada satu pun sektor kehidupan ini yang tidak menyisakan persoalan serius akibat penerapan sistem kapitalisme. Dalam rezim kapitalis rakyat hanya dipandang secara untung dan rugi, rakyat bernilai ekonomis dalam sistem kapitalisme.
Hingga pejabat pemerintahnya mengeluarkan pernyataan “tenaga honorer yaitu rakyat sebagai beban anggaran”. Sementara tumpukan utang terus menggunung demi pembangunan infrastruktur. Padahal itu menjadi beban masa depan bangsa, beban generasi yang akan datang. Belum lagi perihal pajak yang dibebankan negara pada rakyat.
Menjadi pertanyaan besar bagi kita. Benarkah rakyat menjadi beban negara? Atau sebaliknya, negara yang justru terus membebani rakyat lewat kebijakannya kolaborasi antara rezim eksekutif dan legislatif dalam sistemik kejahatan terbingkai regulasi.
Sederet UU bermasalah dari DPR dan pemerintah seperti UU KPK, UU Keuangan Negara untuk Covid-19, UU Minerba serta UU Omnibuslaw Cipta Kerja, dihadirkan pada masyarakat dan semakin menambah beban berat ummat dalam sistemik oligarki Kapitalisme. Demi memuluskan kepentingan oligarki politik dan oligarki ekonomi.
Tak hanya itu, perekonomian Indonesia dinilai tidak hanya resesi tapi bisa menuju ke arah depresi jika perekonomian masih belum bangkit dan Utang semakin bertambah. Rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto mencapai 37,84%. Kementrian keuangan mencatat utang pemerintah hingga akhir Oktober 2020 mencapai Rp 5.877,71 triliun, melonjak 23,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan Surat Berharga Negara Rp 5.028,86 triliun, atau 85,56%. Sementara porsi pinjaman hanya 14,44% atau Rp 848,85 triliun.( katadata.co.id )
Angka Utang Pemerintah Tak cukup berhenti di tahun 2020, Kementerian keuangan (Kemenkeu) menargetkan dapat memperoleh utang baru Rp 342 triliun melalui lelang Surat Utang Negara ( SUN ) hingga kuartal I 2021. Nantinya, Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2021.( sindonews.com )
Kapitalisme memaksa negara agar tidak berperan mengurusi rakyat. Berbagai urusan rakyat diserahkan kepada swasta atau asing. Beban hidup yang harus ditanggung rakyat pun makin berat. Semua itu akibat pemiskinan struktural yang merupakan dampak langsung dari penerapan sistem oligarki kapitalisme. Berdampak kekayaan hanya bertumpuk pada segelintir orang.
Akibat penerapan sistem kapitalisme, orang semakin sekuler (jauh dari agama), semakin materialistik (hanya mengejar harta), semakin hedonistik (hanya mengejar kesenangan duniawi) dan semakin individualistik (hanya mementingkan diri sendiri). Akibatnya, ikatan antarindividu semakin rapuh, bahkan ikatan keluarga semakin lemah; sementara risiko perceraian meningkat. Semakin beban berat hidup dirasakan oleh rakyat secara individual.
Carut marutnya berbagai permasalahan di negeri ini sudah sangat komplek dan serius. Kembalinya ummat untuk secara utuh menerapkan syariat Islam secara kaffah tak bisa ditawar- tawar lagi. Syariat Islam secara kaffah akan memberikan kehidupan yang baik bagi seluruh rakyat dan menguatkan kemampuan tiap individu dalam menanggung beban semaksimal mungkin.
Syariat Islam yang diterapkan oleh negara, menjadikan ketaqwaan individu sebagai modal utama dalam mengarungi bahtera kehidupan. Masyarakat akan memberikan kontrol agar semua berjalan sesuai syariat Islam, serta negara melaksanakan aturan Islam secara kaffah sehingga rahmatan lil ‘alamiin dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Ummat menyadari bahwa kebaikan hanya pada Islam dengan syairahnya, bukan dalam sistem sekuler oligarki kapitalisme yang telah nyata gagal membawa kebaikan. Kenyataan ini semestinya harus memberikan optimisme kepada kita akan hasil perjuangan, sekaligus mendorong kita semua untuk lebih konsisten, sabar dan sungguh sungguh dalam jalan perjuangan untuk tegaknya syariah secara kaffah. Bahwa masa depan itu masih ada, meski tekanan terus mendera.
Sebagai generasi muslim yg sejati mari kita ikuti dari zaman Nabi SAW dan generasi setelahnya para sahabat Radiyallahuanhu ajmain dan para tabi’in. Nabi bahkan menyebut ” Khoirunnasi Qorni, Summalladzina Yaluunahum Summalladzina Yaluunahum : “Generasi Terbaik itu adalah setelah ku, setelahnya dan setelahnya”, Generasi Al Mashud Lahum bil Khoir. Yaitu dengan menjadi “Pengusaha yang kaffah syariah” dan berjuang bersama pengusaha muslim yang lain. Dengan memperjuangkan Sistem Ekonomi Islam sebagai pengganti Ekonomi Kapitalisme yang sudah tumbang.