Micromanaging Dan Dampak Buruknya Dalam Aktivitas Bisnis Dan Team

Last Updated: 6 November 2020By

Oleh : Yuliansyah ST. CFP.

Kapan waktu dapat keluhan dari kolega seorang CEO, mengapa ya karyawan dikantor tidak solid, sulit nurut (sesuai SOP), dan cendrung minin ide untuk viabily perusahaan yang makin ketat persaiangannya.
Biasanya salah satu factornya karena ada karaktekter “toxic leader” yang jadi barrier hal tersebut tejadi. Salah satunya adalah “Micromanaging”.

Micromanaging adalah istilah berkonotasi negatif di leader management. Micromanaging adalah model usang dari sistem manajerial perusahaan atau bisnis, karena diyakini sebagai bentuk ego berlebihan atasan dibanding team work. Sehingga bisnis berjalan rigid/tidak fleksibilitas sulit berkolaborasi.

Secara harfiah micromanagement atau micromanaging berasal dari kata micro dan manage. Micro artinya kecil, sedangkan manage berarti pengelolaan, mengatur, mengurus, atau cara untuk mencapai sesuatu.
Artinya, micromanagement adalah cara berpikir atau metode pengelolaan yang bertumpu pada hal-hal kecil dan detail. Kecil di sini juga berarti ego. Dimana seorang leader bekerja atas egonya bahkan sangat memperhatikan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak patut untuk dipermasalahkan.

Dari berbagai literacy manajement, lebih jauh menjelaskan bahwa micromanagement lahir karena tidak adanya kepercayaan atas tim. Penyebabnya, Pertama bisa disebabkan karena pengalaman dari tim sebelumnya, kedua memang watak dari leadernya yang sulit percaya dengan orang lain.

Hilangnya kepercayaan inilah yang akhirnya membuat atasan melakukan kontrol yang berlebih. Alhasil sang leader seringkali memerintahkan hal-hal yang kurang jelas, tergesa-gesa dan cenderung tumpang tindih sehingga proses delegasi tugas yang kacau, emosi yang berlebihan, dan kadang semua pekerjaan dianggap salah.

Dampak selanjutnya, tim kehilangan kepercayaan diri untuk melakukan tugasnya secara mandiri, dan cenderung bergantung pada perintah atasan, tidak kreatif, dan hanya wait and see saat melihat ada masalah.
Dari sisi produktivitas dan performa dipastikan menurun, yang akhirnya tim kehilangan kepercayaan satu sama lain.

Hal ini saat diteruskan akan menjadi siklus kerja yang tidak sehat. Bahkan menurut Kathleen Rao dalam bukunya yang berjudul, My Boss is a Jerk: How to Survive and Thrive in a Difficult Work Environment Under the Control of a Bad Boss selain stres dan masalah kesehatan, dampak dari micromanaging yang dilakukan oleh leader adalah rasa tidak aman saat bekerja. Tim akan kehilangan fokus dan lebih khawatir terhadap hal-hal kecil yang sebenarnya bukan masalah besar.

Sikap atau karakter Micromanaging yang sulit percaya sama bawahan telah diantasipasi dalam islam. Karena kepercayaan kepada karyawan atau tim adalah hak mereka saat kita mulai memperkerjakan mereka.
Dan ini semua bisa minimalisir saat kita mulai mempekerjakan seseorang yang pada dirinya telah kita ketahui sifat amanah, bagus agamanya, kuat dan layak, seperti firman Allah SWT,

إِنَّ خَيۡرَ مَنِ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ ٱلۡقَوِىُّ ٱلۡأَمِينُ

Artinya, “Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. ” (Al Qashash: 26).[]