Merdekalah Negeriku
Ulasan Utama Assalim.id | Edisi 72
Oleh: M Azzam Al Fatih
Assalim.id – Bulan Agustus merupakan bulan bersejarah bagi negara Indonesia. Bulan di mana awal berdirinya negara tersebut. Oleh karenanya setiap bulan tersebut selalu diperingati untuk mengenang dan mengingat peristiwa penting tersebut.
Mereka mengisinya dengan berbagai kegiatan dan perlombaan dari permainan yang gratis sampai yang berbayar. Dari anak- anak sampai aki aki, mereka berkumpul memadati lapangan atau tempat lainya.Tak hanya itu, di jalan dan setiap gang dipenuhi bendera dan umbul-umbul yang dilengkapi dengan lampu hias. Gardu ronda dan gapura pun dicat dengan warna merah dan putih. Bahkan sepanjang jalan diperindah dengan pengecatan pagar jalan.
Hanya dua tahun belakangan tidak merayakan semeriah seperti sebelum-sebelumnya. Sebab dalam saat ini sedang terjadi masa pandemi virus Corona. Namun, kemeriahan perayaan kemerdekaan kali ini masih nampak pada individu. Misalnya di rumah dan kendaraan pribadi di pasangi bendera, stiker, dan logo lainya. Nuansa merah dan putih masih menghiasai hari menjelang perayaan kemerdekaan yakni tanggal 17 Agustus.
Pertanyaanya, apakah benar Indonesia sudah merdeka?
Kita sudah merdeka secara fisik seperti penindasan dan pembunuhan dengan senjata api atau bom namun sejatinya masih terjajah secara politik.
Kita sudah terbebas dari kerja rodi namun sejatinya masih terjajah oleh kebijakan ekonomi kapitalisme.
Kita memang tidak ketakutan pada malam hari namun sejatinya masih gelap dengan perjalanan hidup yang membawanya kebahagiaan. Karena hilangnya ilmu kebenaran berupa pendidikan Islam.
Kita memang bisa makan dengan enak, namun sejatinya masih terjajah oleh perekonomian kapitalisme. Lihatlah, Semua semua sumber daya alam telah dikuasai asing dan miliki secara individu. Akibatnya harta negara dirampok secara halus. Semua karena kapitalisme.
Merdeka. Ya merdeka….!
Merdeka bagi mereka yg telah menjarah kekayaan negeri ini.
Merdeka bagi mereka yang telah menjadikan Islam sebagai santapan penjajah. Mereka yang telah mendzolimi umat Islam, melecehkan kalimat tauhid, mengkriminalisasi khilafah dan ulama.
Merdeka…! Merekalah yang merdeka.
Yaitu para penjajah.
Dalam pandangan Islam merdeka yang sesungguhnya adalah tahrirull Ibad min ibadatul Ibad Illa ibadatil Robbul Ibad.
Yaitu, membebaskan manusia dari penyembahan sesama makhluk kepada penyembahan pencipta makhluk.
Kemerdekaan hakiki ketika manusia terbebas dari segala bentuk penjajahan, penjarahan, dan kedloliman manusia.
Hal ini terjadi karena sistem demokrasi buatan manusia warisan penjajah. Dengannya manusia di paksa untuk berhukum yang dibuat manusia. Dimana asas dari pembuatan hukum tersebut adalah kepentingan. Akhirnya mau tidak mau, iklas tidak iklas kita terjajah.
Akhirnya, kehidupan semakin sempit dan persoalan hidup semakin ruwet. Padahal Allah SWT telah memperingatkan dalam Al Qur’an surat Tha Ha ayat 124
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
Ma’isyatan dlanka adalah kesempitan hidup di dunia, tidak memperoleh kebahagiaan, dan dada mereka sempit karena kesesatannya.
Bisa saja apa yang terjadi di negeri seperti ekonomi semakin sulit, utang semakin melambung, harga pokok naik, biaya sekolah, rumah sakit mahal, dan berbagai kesulitan lainya merupakan wujud kesesatan. Sesat karena meninggalkan hukum Allah SWT dan memakai hukum buatan manusia.
Al hasil, jika negeri ini ingin merdeka harus terus berjuang. Sebab sesungguhnya negeri ini belum merdeka. Faktanya, sumber daya alam masih dikuasi asing dan aseng, hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Dan yang paling utama Sistem kapitalisme masih mencengkeram kuat.
Mewujudkan kemerdekaan sesungguhnya adalah dengan mengembalikan apa yang menjadi hak Allah SWT yaitu diterapkannya hukum Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah. Dengannya manusia kembali merdeka seutuhnya, menikmati hidup dengan sejahtera, makmur, damai, dan segala kebaikan lainya. Dengannya akan terjaga kebenaran yang dapat menyelamatkan dirinya dari kerusakan dan kerugian dari Dunia hingga Akhirat.
Wallahua’lam bishowwab. []