Menunggu Meledaknya Balon Cryptocurrency
Oleh Pujo Nugroho
Assalim.id – Aset cryptocurrency tengah diganderungi oleh banyak orang. Tren penguatan harga yang terjadi sejak tahun lalu menjadi daya tarik tersendiri. Bitcoin merupakan salah satu contoh cryptocurrency yang saat ini sedang berada dalam tren penguatan dan terus memecah rekor harga.
Baru-baru ini harga bitcoin mencapai rekor tertinggi. Harga bitcoin sempat menyentuh US$ 65.000 per btc (setara Rp944 juta dengan kurs Rp 14.400).
Kondisi ini memengaruhi pasar mata uang kripto lainnya. Koin kripto terbesar kedua di dunia, Ethereum, berada pada titik tertinggi sepanjang masa sekitar US$ 2.400 (investasi.kontan.co.id, 15/4/2021).
Reli bitcoin menjadi simbol dari aksi spekulatif di pasar keuangan. Aset digital ini menarik lebih banyak perhatian investor arus utama, terutama setelah Elon Musk melalui Tesla Inc. melakukan pembelian bitcoin senilai US$ 1,5 miliar belum lama ini. Nilainya kalau dirupiahkan setara dengan Rp 21 triliun (kurs Rp 14.000 per US$). Selain itu, muncul pengumuman dari perusahaan tersebut mengenai penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran pembelian mobil listrik Tesla.
Elon Musk juga membeli mata uang kripto lain bernama Dogecoin. Berkat twitnya, harga Dogecoin meroket hingga 800 persen dalam 24 jam, dari harga 0,048356 dolar AS per keping menjadi 0,065448 dolar AS. Cuitan Elon Musk ini mendapatkan lebih dari 20.400 balasan, 51.800 retweet, dan disukai lebih dari 310.000 kali. Menunjukkan betapa besarnya minat investor mata uang crypto sekaligus menunjukkan besarnya spekulasinya.
Ke depan masih sangat mungkin nilai-nilai kripto ini akan terus meroket ratusan persen seiring meluasnya pelaku jual beli mata uang kripto.
Berdasarkan data dari coindesk, pada 24 Februari 2011, nilai tukar 1 koin bitcoin setara US$1. Artinya, selama tujuh tahun, nilai bitcoin sudah naik sekitar 7.000 kali lipat. Tak heran apabila bitcoin dianggap sebagai salah satu investasi paling menarik.
Menurut survei yang dilakukan oleh Luno, perusahaan bitcoin yang berpusat di Singapura, motivasi utama masyarakat membeli bitcoin sebagian besar karena alasan finansial (25% alasan trading/spekulasi, 26,7% alasan investasi).
Bahkan, 46,6% responden menyatakan lebih memilih bitcoin sebagai instrumen investasi ketimbang emas, sementara 40,4% tidak dapat memilih diantara keduanya, dan hanya 12,9% yang memilih emas ketimbang bitcoin.
Yang terjadi pada gambaran di atas uang kripto tidak saja menjadi alat tukar seperti halnya uang pada umumnya namun menjadi tempat berinvestasi dengan sifat spekulasi yang melekat. Dan sifat ini lebih menonjol dibanding sebagai alat tukar.
David Kimberley, seorang analis kepada CNBC mengatakan bahwa, “Orang-orang membeli cryptocurrency, bukan karena mereka pikir itu memiliki nilai yang berarti, tetapi karena mereka berharap orang lain akan menumpuk, menaikkan harga, dan kemudian mereka dapat menjual dan menghasilkan uang dengan cepat.” (cnnindonesia.com, 17/4/2021).
Terus meningkatnya harga-harga cryptocurrency seperti Bitcoin, Etherium, Ripple, Litecoin, Dogecoin, dan lainnya merupakan gelembung balon yang siap meledak. Harga yang terus melonjak karena aksi saling beli objek yang sama, yaitu mata uang kripto itu sendiri.
Spekulan-spekulan hanya bergantung pada minat para spekulan lainnya. Ketika cryptocurrency masih tinggi dan masih terdapat ruang untuk memperoleh keuntungan dari fluktuasi nilainya, maka spekulan akan tetap bertransaksi dan memperdagangkan unit cryptocurrency.
Namun, saat nilai cryptocurrency sudah terlalu tinggi atau stabil tidak bergerak naik lagi hingga tidak menarik untuk diperdagangkan, secara otomatis minat spekulan menurun. Pada akhirnya, spekulan akan dulu-duluan menjualnya karena nilainya turun hingga menjadi instrumen digital tak bernilai pada pemegang unit terakhir. Pada saat itulah balon gelembung meledak.
Waren Buffet pun menyatakan, “Orang yang membeli bitcoin jelas berjudi. Anda tidak bisa menilai bitcoin karena itu bukan aset yang layak dinilai. Itu jelas bubble yang akan meledak, tak masuk akal dan tidak terkontrol,” ujar Buffet (validnews.id, 9/11/2017).
Kemudharatan dengan meledaknya balon ini adalah salah satu hikmah dilarangnya perdagangan mata uang yang tidak syar’i. Di dalamnya mengandung unsur gharar (spekulasi yang merugikan orang lain) dan karena sifatnya yang spekulatif pula mendekati maysir (judi). Juga sangat dekat dengan riba. Terlebih lagi jual beli mata uang seperti ini adalah sektor non-riil, sektor yang paling dibenci oleh Islam. Wallahua’lam. []