Mengkambinghitamkan, Adalah Ciri Khas Ekonomi Kapitalis.
Oleh : M Azzam Al Fatih
Covid -19, yang hampir satu tahun mengancam kehidupan manusia tentu menjadi perhatian khusus seluruh negara. Sebab hal ini sangat berpengaruh terhadap sektor ekonomi.
Kecemasan tertularnya virus hingga terhantui oleh kematian membuat orang berusaha untuk tidak banyak bersinggungan dengan orang lain, yang disinyalir sebagai menularnya virus tersebut. Yang kemudian berdampak terhadap perputaran rupiah karena pembatasan waktu operasional hingga tutup total.
Masa pandemi yang tidak jelas berakhirnya telah menporak porandakan kas negara. Amerika serikat, negara yang menjadi ikon kekuatan Kapitalisme telah mengalami carut marut. Perekonomian Amerika Serikat (AS) anjlok 4,8 persen pada kuartal pertama tahun ini. Kondisi ini tak lain disebabkan pandemi virus corona (COVID-19). Dikutip dari Wall Street Journal, Kamis (30/4) Produk Domestic Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi, inflasi AS tercatat sebesar 4,8 persen pada tiga bulan pertama di 2020. Padahal tahun lalu, ekonomi AS masih tumbuh 3,1 persen.( Kutipan media kumparan com)
Melihat perekonomian Amerika di musim pandemi, tentu membuat gelisah negar – negara berkembang, termasuk Indonesia. Perekonomian yang mengandalkan sektor pajak tentu sangat sulit untuk bertahan. perusahaan baik bidang produk maupun jasa sebagian mengalami penurunan pemasukan bahkan ada yang telah tumbang. Padahal perusahaan- perusahaan tersebut mendulang kas negara dari sektor pajak. Sedangkan dari sektor Sumber daya alam yang sejatinya dapat mencukupi kesejahteraan rakyat. Tidak dapat diharapkan, sebab semuanya telah dikuasai kaum Kapitalis. Kaum bengis yang rakus dan haus dunia.
Sebagaimana kita ketahui, hutang luar negeri Indonesia melonjak signifikan menjadi Rp 6.000 triliun per Desember 2020, Tentu nilai tersebut tergolong sangat tinggi, yang mustahil terlunasi dengan mengandalkan sektor pajak saja. Maka yang terjadi hanyalah gali lobang tutup lubang, sebagaimana yang menjadi karakter perekonomian Kapitalis yakni mengandalkan hutang ribawi. Hal ini dipertegas oleh menteri ekonomi terbaik dunia versi Kapitalisme, Bu Sri Mulyani. Bu sri berencana menambah hutang lagi sebesar 1.600 triliun lagi pada 2021. Yang rencananya guna menutupi defisit anggaran dan membayar hutang yang sudah jatuh tempo.
http://share.babe.news/s/YSeTpSNQvR.
Virus Corona yang memberi dampak terhadap masyarakat tentu menyedot anggaran kas negara. Walaupun sebenarnya kas Negera tidak mencukupi kebutuhan hidup warganya selama pandemi. Pada faktanya, penyaluran bantuan tidak merata bahkan menimbulkan masalah baru. Yakni membuat keresahan rakyat karena ketidakadilan dalam penyaluran bantuan.
Masa pandemi yang menyedot anggaran kas negara akhirnya Menjadi kambing hitam. Seolah hutang yang menumpuk dalam rangka untuk mengatasi masalah ini. Jika demikian tentu rakyat dapat dilayani dengan baik, tercukupinya kebutuhan hidup dan penyaluran pun merata.
Ironisnya, dibalik mengkambing hitamkan Corona, kaum Kapitalis menjadikan ladang bisnis demi meraup keuntungan yang besar. contohnya tentang kebijakan vaksinasi. Para Kapitalis lewat tangan kanannya yakni penguasa mewajibkan rakyatnya untuk divaksin, padahal vaksin tersebut tidak jelas kehalalan dan tes ujinya. Memang gratis untuk rakyat, namun Kapitalis tidak mau mau rugi sebab asas mereka adalah manfaat. Maka patut diduga ada udang dibalik batu, ada fullus dibalik vaksin gratis.
Demikianlah kapitalis, yang terus mencari kambing hitam demi menutupi makar jahatnya. Memuluskan aksi penjajahannya, merampas, merampok, memalak, dan memeras rakyat tanpa belas kasihan. Sadis kan!
Berbeda dengan sistem Islam. Sistem yang menerapkan hukum-hukum Allah SWT secara kaffah. Begitupun seorang pemimpin, yang melayani umat penuh dengan tanggung jawab dan dalam rangka pengabdian kepada sang pencipta, Allah SWT.
Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Dalam hal penanganan Krisis ekonomi seperti yang terjadi saat ini, Islam telah mempunyai sistem ekonomi Islam. Terlebih dulu diperjelas hak pemilikan harta, ada kepemilikan individu, umum, dan negara. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguasaan terhadap kepemilikan umum, seperti sumber daya alam, bandara, jalan, dan lainya. Kepemilikan umum mutlak milik umum yang dikelola negara dan dikembalikan kepada khalayak umum, termasuk penjaminan kesejahteraan di masa pandemi. Bukan malah dikuasai individu para pemilik modal seperti Kapitalisme. Adapun kepemilikan individu, hak mutlak miliknya untuk kebutuhan dirinya sendiri kecuali kewajiban zakat. Kemudian kepemilikan negara mutlak milik negara , namun tidak serta merta bersikukuh untuk ditampung. Tetapi juga dalam jaminan kebutuhan hidup rakyatnya, manakalaka krisis terjadi, seperti yang saat ini terjadi. Di samping itu pemimpin memantau rakyatnya, jangan Sampai ada yang terlupakan. Terus memantau dan melayaninya penuh tanggung jawab dalam rangka taqwallah. Maka pantaslah, jika sistem Islam satu – satunya yang dapat menyelesaikan problematika umat manusia.
Dengan demikian, kesejahteraan rakyat akan terjamin, kesehatan terjaga, dan senantiasa hidup penuh ketentraman dan kebahagiaan. Maka dari itu, kembali kepada sistem Islam merupakan solusi terbaik saat ini, sebab tidak ada harapan lagi terhadap Kapitalisme yang mengkikis dunia melalui tangan – tangan bengisnya. Yang telah nyata membuat kerusakan alam dunia ini.
Wallahua’lam bishowwab.