
Oleh : Abah Salim
Bisnis, Ngaji, Dakwah. Yap, abah sering menyebut ketiga kata itu sebagai karakter pengusaha pejuang! Pengusaha pejuang? Ya! Di semua forum pengusaha yang abah datangi. Bahkan di setiap akhir serial tulisan ini, ketiga kata itu tak pernah ketinggalan menjadi penutupnya.
Ini memang hasil perenungan yang dalam melihat karakter awal pengusaha. Pengusaha itu bolehlah disebut spesies langka. Di saat banyak orang menggantungkan penghasilannya secara permanen setiap bulannya dengan bekerja pada orang lain, pengusaha justru menjadi gantungan penghasilan orang lain! Di saat yang lain tak berani keluar dari zona nyaman bekerja pada orang lain, pengusaha justru berani mengambil keputusan untuk mandiri meski resiko menghampiri! Di saat yang lain merasa cukup dengan bekerja 8 jam sehari, pengusaha justru harus selalu siap setiap waktu untuk mengendalikan bisnisnya! Hanya saja dengan sejumlah keistimewaan itu, pengusaha juga sangat mudah tergelincir dan jatuh ke dalam jurang kehancuran. Sebab awalnya dimulai dari kesombongan! Yap, kesombongan yang dipicu oleh harta bisnisnya! Ketika bisnis sudah mulai mengendalikan bukan dikendalikan. Ketika orientasi bisnis hanya untung rugi, bukan surga neraka!
Itu telaah individual. Abah, bagaimana jika dikaitkan dengan sikon hari ini. Proses panjang penerapan kapitalisme sekulerisme sejak tahun 1500-an di AS hingga mencapai puncaknya hari ini, menunjukkan sejumlah hal penting. Kapitalisme yang bertahan hidup dengan ditopang oleh operasi tambal sulam ini sudah membuat pengusaha bersenyawa dengan politisi. Pengusaha yang politisi atau politisi yang pengusaha. Kalau dulu, pengusaha dan politisi adalah dua sosok terpisah yang saling bersimbiosis mutualisme, kini telah menyatu. Kepentingan bisnis dan kekuasaan bersenyawa. Begitulah.
Lalu bahayanya dimana?
Kapitalisme itu bicara tentang mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Kapitalisme itu bicara tentang mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pendekatan yang menghalalkan segala cara. Kapitalisme itu bicara tentang penguasaan sumberdaya alam sebesar-besarnya tanpa peduli kelestarian lingkungan. Exploitasi alam mengundang bencana, itu urusan nanti! Jadi sudahlah, kapitalisme itu memang ‘kagak’ ada bagus-bagusnya sama sekali! “Kapitalisme dalam rangka menguasai sumberdaya dunia, untuk mencapai tujuan harus mengandalkan sejumlah hal berikut : minuman keras; obat-obat terlarang, kebejatan moral dan seks; serta suap dan mencampakkan hati nurani kemanusiaan.” Begitu kata Mayer Amschel, anak dan penerus dari Amschel Moshe Pour, Pendiri keluarga Rothschild (William G Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, 1991). Maka pengusaha ikut kapitalisme pasti ambyar! Ambyar imannya, ambyar amalnya. Allah Kariim!
Pilihannya sekarang, mau ikut terseret arus kapitalisme yang sudah terbukti rusak dan merusak itu atau kembali pada Islam sebagai habitat asli kita semua yang menentramkan dan membahagiakan dunia akhirat ?
Truly Muslimpreneur, pilihlah Islam ! Jadilah Pengusaha pejuang !
Benar, agar bisnisnya selamat di dunia dan membawa kebahagiaan di akhirat, maka tak ada jalan lain, kecuali dengan menjadi pengusaha pejuang!
Pengusaha pejuang itu selalu membawa kredo : Bisnis, Ngaji dan Dakwah !
Bisnis, maksudnya agar bisnis tak salah jalan, membawa keselamatan dan keberkahan, maka kita harus pastikan bisnis kita sesuai dengan syariat. Bisnis yang sesuai dengan syariat akan membawa keridhoan Allah Swt. Bisnis yang diridhoi Allah Swt akan mendapat keberkahan dan nikmat hidup. Masya Allah!
Ngaji, maksudnya untuk memastikan agar bisnis kita sesuai dengan syariat, maka pengusaha harus ngaji. Ngaji itu mengkaji Islam yang kaaffah agar kita tahu, paham dan mau melaksanakan semua aturan Islam, khususnya dalam aktivitas bisnis. Bukan Islam liberal dan sekuler. Karena niat saja tak cukup. Perlu ilmu. Ilmu itu harus dicari. Perlu guru. Ngaji itu juga harus konsisten dan menerus. Perlu komitmen dan kesungguhan juga disiplin serta ikhlas. Sombong? Buang jauh-jauh!
Dakwah. Bisnisnya insya Allah sudah aman. Ngajinya insya Allah sudah mantap. Apa sudah cukup? Jelas belum! Karena Islam bukan hanya buat kita sendiri. Islam harus kita sebarkan, agar makin banyak yang selamat. Karena surga itu juga seluas langit dan bumi Bung! Kita mesti sampaikan Islam ke sebanyak mungkin kontakan, relasi, sahabat dan jaringan kita hingga tak ada lagi rumah yang tidak dimasuki rahmat Allah Swt. Inilah dakwah. Sebuah kewajiban mulia. Tanda kasih sayang kita pada sesama. Tanda bisnis kita membawa keberkahan bagi semua. Tanda Allah ridlo pada kita.
Jadi, bagaimana, siap bergabung dalam barisan pengusaha pejuang? Ingatlah selalu : Bisnis, Ngaji, Dakwah !
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” (QS. An Nashr : 1-3)