Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah?

Last Updated: 9 Juni 2020By

Oleh: H. Dwi Condro Triono, Ph.D

Aliansi Pengusaha Muslim – Pada saat ini, banyak pengusaha muslim yang menjalankan bisnisnya dengan mengalir begitu saja. Masing-masing berjalan menggunakan pegangan atau prinsip yang dibuat dan diyakini sendiri-sendiri.

Prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan dalam berbisnis-pun macam-macam. Ada yang berprinsip, yang penting dalam berbisnis itu dapat meraih keuntungan yang banyak. Semua cara dan strategi harus ditempuh, agar keuntungan bisnisnya terus bertambah dan bertambah. Tidak peduli, apakah cara yang dijalankan itu akan nabrak sana, nabrak sini. Akan senggol sana, senggol sini. Akan menginjak sana, menginjak sini. Sekali lagi, tidak peduli. Yang penting bisnis harus sukses, bisnis harus jalan terus, dapat keuntungan yang besar dan berlipat-lipat ganda.

Ada juga yang punya prinsip bisnis yang agak lebih baik. Dalam menjalankan bisnis memang harus sukses, dapat keuntungan yang besar. Tetapi, dalam mengejar keuntungan yang besar itu tidak boleh dengan cara yang merugikan orang lain.

Jangan sampai bisnisnya menabrak, menginjak-injak, bahkan menghancurkan pebisnis yang lain. Mereka berkeyakinan bahwa, jika dalam menjalankan bisnisnya itu tidak merugikan orang lain, maka mereka berharap keuntungannya akan lebih besar dan sekaligus bisnisnya akan bisa lebih langgeng (lestari), karena tidak menimbulkan konflik dan perseteruan dengan pebisnis yang lain. Prinsip inilah yang terus dipegang dalam menjalankan bisnisnya.

Selanjutnya, ada juga pengusaha muslim yang memiliki prinsip yang lebih baik lagi. Yaitu, selain dalam menjalankan bisnis itu tidak boleh merugikan pebisnis yang lain, mereka juga memiliki prinsip bahwa dalam setiap memperoleh keuntungan bisnis, harus ada sebagian keuntungan yang harus disisihkan untuk mereka-mereka yang kekurangan dan tidak berkecukupan.

Untuk kaum yang faqir dan miskin. Mereka berkeyakinan bahwa dengan mau menyisihkan keuntungannya untuk kaum yang kekurangan, maka bisnisnya akan semakin besar keuntungannya, semakin lempang jalan bisnisnya.

Itulah di antara prinsip-prinsip yang senantiasa dipegang oleh pengusaha muslim pada umumnya. Dengan modal beberapa prinsip tersebut, mereka menjalankan bisnisnya. Itulah fakta wajah pengusaha muslim saat ini.

Pertanyaannya adalah: apakah dalam menjalankan bisnis seperti itu salah? Jawabnya tentu saja tidak salah. Namun, bagi seorang pebisnis muslim, jika dalam menjalankan bisnisnya hanya mengandalkan prinsip-prinsip bisnis seperti di atas, itu adalah masih jauh dari kata cukup. Bisnis dengan berpegang pada prinsip-prinsip tersebut masih terlalu umum. Bahkan, jika kita boleh mengatakan, bisnis yang hanya bermodalkan prinsip prinsip seperti itu adalah berbahaya.

Mengapa? Bagi seorang muslim, termasuk seorang pengusaha muslim, tentu meyakini bahwa hidup itu tidak hanya sekali, namun dua kali. Kehidupan pertama adalah kehidupan di dunia ini, sedangkan kehidupan yang kedua adalah kehidupan di akherat kelak.

Selanjutnya, seorang muslim juga harus menyakini, bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara dan hanya sebentar saja. Sedangkan kehidupan di akherat itu adalah kehidupan yang selama-lamanya, kekal abadi. Inilah yang seharusnya menjadi pokok persoalan.

Oleh karena itu, hidup di dunia ini harus dianggap sebagai “tempat menanam”. Sedangkan kehidupan akherat adalah “tempat memetik hasilnya”. Hal itu sesuai dengan apa yang telah Allah SWT firmankan:

“Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka” (QS. Yunus: 4).

Aktivitas bisnis adalah bagian dari amal perbuatan manusia. Kita sudah memahami bahwa seluruh amal perbuatan manusia selama hidup di dunia ini wajib terikat dengan Syari’at Islam.

Penegasan istilah itu dapat kita fahami sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Al-Jaatsiyah: 18).

Dengan demikian, bagi seorang muslim ketika akan membangun sebuah bisnis, maka yang wajib dia pelajari terlebih dahulu adalah bagaimana ketentuan Syari’at Islam yang berkaitan dengan amaliyah bisnis itu. Sebab, semua aktivitas bisnisnya tersebut akan dimintai pertanggungjawaban di akherat kelak. Itulah hal penting yang harus menjadi pegangan kita sebagai seorang muslim, ketika kita hendak memulai membangun sebuah bisnis syari’ah. Insya Allah.[]