Mendadak Khilafah Atau Kelamaan Sekulerismenya?

Last Updated: 3 September 2021By

Majelis Bengkel Pengusaha

Edisi – 031

Trully Muslimpreneur,

Malam itu, ada forum langitan yang menarik. Abah ikutan acara kajiannya anak-anak muda sekitaran Jakarta. Yang dibahas sesuatu yang luput dari kebanyakan kita, moderasi Islam di dunia pendidikan. Ya luput padahal penting.

Weleh, gagasan Islam moderat itu ternyata sudah mengalir masuk jauh ke dalam kebijakan publik di negeri +62 ini. Melalui RPJMN 2020-2024.  Masuk lagi lebih detail di Renstra pembangunan di bidang keagamaan 5 tahun mendatang (Okezone.com, 3/7/2020). Di tahun ajaran 2020/2021 ini, masuk makin dalam di  kurikulum madrasah dari Ibtidaiyah (MI) sampai  Aliyah (MA) untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab (detikmews, 11/7/2020).  Di situ, materi-materi yang dianggap radikal dihapus, dihilangkan atau dipindahkan ruang bahasannya. Sekuler habis ni!

Pertanyaannya Abah, apa ini sesuatu yang baru? Ternyata gak juga. Ada sambungannya dengan kejadian sebelumnya. Coba kita lihat.

13 tahun sebelumnya, tahun 2007,  RAND Corporation – sebuah lembaga riset kebijakan global yang berbasis di AS – mengeluarkan laporan “Building Moderate Muslim Network” yang berisi langkah-langkah untuk mengatasi fundamentalisme-radikalisme. RAND merekomendasikan untuk mendukung kalangan muslim moderat – liberal – sekuler untuk ‘menyerang’ kalangan Muslim radikal yang ingin menegakkan Islam secara kaffah di Indonesia.

17 tahun sebelumnya, tahun 2003, RAND Corporation merilis kajiannya bertajuk ”Civil Democratic Islam” yang secara terbuka membagi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok: Fundamentalis, Tradisionalis, Modernis, dan Sekularis.  Jadi ada waktu 4 tahun buat RAND Corporation menajamkan rekomendasi agar kita jadi sekuler habis!

Tapi, jejak masa lampaunya ternyata tidak berhenti sampai di sini.

53 tahun sebelumnya, tahun 1947, AS dengan Rostow sebagai ideolognya ‘mempromosikan’ “pembangunan” ala Kapitalis atau Pasca-Klasikal kepada negeri-negeri muslim yg baru ‘dimerdekakan’. Paradigmanya, dalam usaha mencapai kemajuan,  agama mesti dihapuskan  karena ia dianggap penghalang (cultural block) bagi pembangunan. Asasnya manfaat. Tujuan menghalalkan segala cara. Hanya ‘dinikmati’ oleh mereka yg taat, tunduk dan patuh pada tata aturan sekuler ini. Mereka yang tidak setuju tidak bisa ikut ‘maju’,  tersingkir, depresi lalu berubah menjadi residu pembangunan! Tiang pancang sekulerisme mulai ditancapkan.

128 tahun sebelumnya lagi, tahun 1892, kita akan ketemu dengan Cristian Snouck Hurgronje, seorang dosen di Leiden University ahli tentang Islam yang pura-pura masuk Islam untuk membantu penjajah Belanda saat itu. Untuk melumpuhkan umat Islam, ia merekomendasikan : “Jika tidak dapat menjadikan umat Islam meninggalkan Islam, maka yang penting bagaimana agar umat Islam tidak menerapkan syariat Islam.” Paku bumi sekulerisme mulai dibenamkan!

Masih terus lagi nih. 231 tahun sebelumnya, tahun 1789, ketemu lagi dengan bangunan sekulerisme yang dilembagakan melalui peristiwa Revolusi Perancis. 520 tahun sebelumnya, tahun 1500, ketemulah dengan proses sekularisasi tertua di dunia, yang saat itu dilakukan di dunia pendidikan AS, berdasarkan catatan Christian Hillard.

Jadi proses Islam moderat atau moderasi Islam sebenarnya bukan barang baru. Kita mundur ke tahun 1500. Kita jadi yang kurang piknik. Kita saja yang kelamaan terlena dengan sekulerisme. Intinya cuma 1 : memisahkan Islam dari kehidupan. Titik. Dan dari Rostow, hasilnya sudah bisa diduga 100% di depan. Akan menghasilkan kemajuan semu secara fisik dan membuat residu pembangunan : kriminalitas, kemiskinan, gaya hidup salah (seks bebas, LGBT dll), dst, dst! Hasil ini sudah kita rasakan saat ini! Parah habis! Masih mau lanjut dengan sekulerisme?!

Trully Muslimpreneur,

Lalu kalau khilafah bagaimana? Mendadak khilafah? Hemmm. Jawab atuh Abah! Baiklah.

Kalau khilafah, karena sekarang sedang ‘booming’, jadi abah cukup kutipkan pernyataan seorang sejarawan barat sajalah.

Selama 14 abad di bawah naungan Khilafah terjadi sebuah peradaban agung yang sangat luar biasa. Will Durant dalam buku The Story of Civilization mengekspresikannya sebagai berikut : “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa bagi kehidupan dan usaha mereka … Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India, hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Maroko dan Spanyol … Islam telah menjamin seluruh dunia dengan rumah sakit yang layak dan memenuhi kebutuhan mereka, merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.”

Pertanyaannya kenapa bisa begitu? Karena misi Islam hadir di muka bumi ini sudah dipatok Allah Swt menjadi rahmatan lil alamin.

Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Imam Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menjelaskannya

“Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad SAW. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air”

Masya Allah. Allahu Akbar !

Tak perlu rumit. Khilafah sudah jelas, karena ia institusi implementator Islam yg kaaffah sehingga memberikan rahmatan lil alamin.  Kalau kita merasa mendadak khilafah, ini artinya kita juga kurang piknik.

Jadi, mau pilih mana? Sekulerisme yang sudah berumur 520 tahun dengan hasil residu pembangunan? Atau Islam yang kaaffah yang sudah berumur 1400 tahun yang terbukti membawa rahmat bagi sekalian alam?


Truly Muslimpreneur,

Semakin hari semakin terang benderang tak ada solusi lain, kecuali kembali ke Jalan Syariat! Semakin hari semakin banyak pengusaha muslim yang bergabung menjadi pengusaha muslim pejuang syariah dan khilafah! Allahu Akbar! Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.

 

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

QS. An-Nasr : 1-3

Tetaplah dalam koridor Bisnis, Ngaji dan Dakwah!  

Barakallahu fikum

@bah Salim