Memalukan, Israel Berulah Khilafah Dicela
Agan Salim
Hiruk pikuk dukungan dan solidaritas muslim negeri ini akan penderitaan saudara musim di Palestina dalam berbagai bentuk seperti protes dan kecaman kepada Israel dan dukungan berupa donasi kepada saudara-saudara kita di Palestina kian membesar.
Namun hal tesebut, yang sejatinya sejalan dengan sikap pemerintah yang juga mengecam keras kekerasan yang dilakukan oleh Israel kepada rakyat Palestina, justru menjadi keruh dan kisruh oleh pihak-pihak yang memanfaatkan protes, kecaman, solusi, dan donasi umat ini untuk mem-framing negatif gerakan umat bahkan ajaran Islam sebagai solusi penjajahan di negeri Palestina.
Salah satunya datang dari Mantan Ketua Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, yang meminta kepada masyarakat Indonesia untuk tidak mengurusi masalah yang terjadi antara Palestina dan Israel. Menurut dia, lebih baik masyarakat Indonesia mengurusi negara sendiri yang kini sedang menghadapi masalah. Ia juga menyoroti bahwa Indonesia tengah diserang oleh ideologi khilafah. Berita Satu di Jakarta, Rabu (19/5/2021).
Sungguh, celaan akan donasi dan solusi akan problem yang dihadapi muslim di Palestina adalah perilaku gagal total dalam berpikir dan bersikap, baik dalam memahami akar masalah Palestina dan rasa simpati dan empati antar manusia dan sesama muslim.
Sejarah akan perampasan tanah milik Palestina oleh Israel yang didukung oleh Inggris, Amerika dan PBB menjadi pangkal persoalan Palestina. Oleh sebab itu, selama Israel masih berdiri, Palestina tidak akan pernah bebas. Dan berharap kepada negara-negara tersebut dan PBB dalam penyelesaian tuntas penjajahan di bumi Palestina adalah suatu kemustahilan kalau tidak mau dianggap kedunguan.
Adapun solusi sebagian kaum muslimin dan bentuk donasi untuk meringankan beban penderitaan rakyat Palestina dan seruan solusi Khilafah bukanlah tanpa dasar, kerena fakta sejarah membuktikan bahwa dimasa ke-Khilafahan Islamlah bumi Palestina bisa dibebaskan dan dipertahankan.
Penguasaan Khilafah Islam atas tanah Palestina dimulai pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Wilayah Palestina yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur), berhasil dikuasai oleh tentara Islam pada tahun 638 Masehi atau bertepatan dengan tahun 16 Hijriah. Selanjutnya dilanjutkan ke wilayah sekitar Yerusalem. Panglima Yazid bin Abu Sufyan dengan menaklukkan Gaza, Askalon, dan Caesarea (daerah-daerah yang berada di wilayah Palestina).
Palestina di bawah kekuasaan Islam saat itu, berkembang menjadi sebuah wilayah yang multikultur. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi yang berdiam di wilayah Palestina pada masa itu hidup berdampingan secara damai dan tertib. Sejak awal menaklukkan wilayah Palestina, penguasa Islam tidak pernah memaksakan agamanya kepada penduduk setempat. Mereka tetap diperbolehkan menganut keyakinan lama mereka dan diberi kebebasan beribadah.
Sejalan dengan pergantian pusat ke-Khilafahan, Palestina berturut-turut berada di bawah kekuasaan, mulai dari ke-Khilafahan Umayyah, Abbasiyah, dan Turki Usmani yang menguasai Palestina selama dua abad (1516-1917).
Jadi wajar kiranya apabila solusi tuntas negeri Palestina hanya akan bisa terwujud dengan hadirnya entitas Daulah ke-Khilafahan Islam seperti awal negeri Palestina dibebaskan.
Seperti ungkapan seorang sastrawan Mark Twain “that no occurrence is sole and solitary, but is merely a repetition of a thing which has happened before, and perhaps often.” (“bahwa tidak ada kejadian yang tunggal dan tersendiri, tapi hanya akan ada pengulangan dari sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, dan mungkin sering”). []