Majunya Infrastruktur Dan Sarana Prasarana Di Zaman Khilafah

Last Updated: 21 April 2021By


Oleh Pujo Nugroho

Assalim.id – Infrastruktur adalah sarana yang sangat penting bagi sebuah negara. Penyediaan layanan kepada masyarakat, kegiatan ekonomi, dan upaya perwujudan kesejahteraan sangat tergantung pada infrastruktur yang ada. Majunya infrastruktur sekaligus menunjukkan majunya taraf ekonomi, kesejahteraan, dan juga peradaban.

Pun demikian dengan dunia Islam pada sejarahnya. Sejak kekhilafahan Rasyidah, Bani Umayah, Bani Abbasiah, hingga Utsmani begitu banyak peninggalan dan catatan sejarah yang menggambarkan begitu majunya infrastruktur era kekhilafahan Islam.

Dr Kasem Ajram (1992) dalam bukunya, The Miracle of Islam Science, 2nd Edition memaparkan pesatnya pembangunan infrastruktur transportasi, yakni jalan umum. “Yang paling canggih adalah jalan-jalan di Kota Baghdad, Irak. Jalannya sudah dilapisi aspal pada abad ke-8 M,” demikian tulis Ajram di bukunya. Yang paling mengagumkan, pembangunan jalan beraspal di kota itu telah dimulai ketika Khalifah Al-Mansur mendirikannya pada 762 M.

Menurut catatan sejarah transportasi dunia, negara-negara di Eropa baru mulai membangun jalan pada abad ke-18 M. Insinyur pertama Barat pertama yang membangun jalan adalah Jhon Metcalfe. Itu artinya 10 abad setelah pembangunan jalan beraspal di dunia Islam.

Di bidang fasilitas kesehatan, Kekhilafahan Abbasiah sudah membangun rumah sakit dengan konsep terintegrasi dan modern. Rumah sakit Islam pertama dibangun pada abad ke-9, pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun Ar-Rashid di Baghdad. Rumah sakit ini diberi nama Bimaristan. Dokter dan perawat bertugas untuk merawat pasien tanpa memandang agama, ras, kewarganegaraan, maupun jenis kelamin mereka.

Rumah sakit ini memiliki fasilitas yang cukup memadai pada masa itu. Terdapat taman, air mancur, apotek, bahkan ruang kuliah, perpustakaan, dan ruang ibadah untuk Muslim dan non-Muslim.
Bangsal laki-laki dan perempuan dipisahkan, pasien laki-laki akan didampingi dokter, perawat, dan staf laki-laki, begitu juga pasien perempuan ditangani oleh dokter, perawat, dan staf perempuan.
Tak hanya berfungsi sebagai pelayanan madis, Bimaristan juga berfungsi sebagai sekolah kedokteran yang menjadi pusat literatur kedokteran pada masa itu. Selain itu, Bimaristan juga menjadi saksi sejarah di mana ujian lisensi untuk dokter diperlukan dan hanya dokter yang memenuhi syarat yang bisa membuka praktik. Dokter, perawat, dan apoteker yang bekerja di Bimaristan juga akan mendapatkan gaji yang layak.

Bidang pertanian dan penyediaan air, menurut Josef Schnitter, seorang arsitek dan ahli teknik, Muslim telah membangun banyak bendungan dengan beragam struktur dan bentuk. Mayoritas bendungan paling awal dibangun di wilayah Arabia, yang menjadi awal pusat penyebaran Islam.

Schnitter mencontohkan keberadaan Qusaybah, sebuah bendungan yang ada di dekat Madinah, memiliki tinggi 30 meter dan panjang 205 meter. Berdasarkan penemuannya, sepertiga dari bendungan yang dibangun pada abad ke-7 dan ke-8 itu masih utuh hingga sekarang. Hal ini tentu saja menunjukkan kekuatan bangunan bendungan dan kemampuan arsitekturnya yang dimiliki para cendekiawan Muslim. Di Irak, di sekitar Kota Baghdad, terdapat sejumlah besar bendungan yang dibangun pada masa Kalifah Abbasiyah.

Kebanyakan bendungan tersebut dibangun di Sungai Tigris yang menggambarkan kemampuan teknik sipil yang tinggi. Sebagai contoh, sebuah bendungan di Baghdad dibangun dari balok-balok batu yang dipotong dengan hati-hati. Lalu, balok-balok itu dipaku dengan paku besi. Lubang-lubang tempat paku besi ditancapkan, diisi dengan timah cair. Dari konstruksi bendungan itu, sudah terlihat kekuatan dan kekerasannya untuk menahan aliran air. Di Iran, terdapat bendungan dengan nama Kebar yang dibangun pada abad ke-13.

Di masa akhir Kekhilafahan Turki Utsmani, dunia Islam berupaya disatukan dengan jalur kereta api Hijaz. Diperintahkan oleh Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1900, jalur kereta api Hejaz dibangun untuk memudahkan bagi jemaah haji saat menuju Mekkah. Sebelumnya, mereka melakukan perjalanan selama berminggu-minggu, dan bahkan berbulan-bulan, dengan menunggangi unta.

Demikianlah era keemasan kekhilafahan, infrastruktur maju pesat dan kokoh untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan infrastruktur bisa diwujudkan yang nampak mudah karena sokongan keuangan negara, aparat yang amanah, dan tuntutan wajar sebagai negara yang penuh peradaban.[]