Categories: Ulasan Utama

assalim

Share

Oleh : Pujo Nugroho

Aliansi Pengusaha Muslim – Pemerintah kemudian menerbitkan Perppu untuk mengubah APBN dalam rangka melebarkan defisit dan menambah utang. Pembiayaan tahun ini diperkirakan melebar hingga Rp 1.006 triliun. Alih-alih untuk penanganan wabah penyakit dan jaring pengaman sosial, anggaran terbesar dialokasikan untuk menjaga kondisi ekonomi.

Sebelumnya BI sudah menggelontorkan dana Rp 300 triliun untuk menjaga nilai rupiah terhadap dolar (cnnindonesia.com, 20/3). Dan kita tahu tidak ada jaminan nilainya terus bertahan.

Untuk menanganinya pemerintah menerbitkan global bond yang nilainya terbesar sepanjang sejarah RI. Tenornya pun luar biasa panjang, 50 tahun. Global bond ini jelas bukan saja perkara mengisi APBN tetapi untuk mengundang dollar masuk RI agar rupiah tertahan. Dalam kondisi ancaman krisis seperti ini rupiah diprediksi bisa terjatuh hingga Rp 20.000 per USD.

Rupanya persoalan nilai tukar rupiah menjadi problem lebih besar ketimbang wabah Covid-19 itu sendiri. Sungguh rugi sekali kita menggunakan sistem moneter kapitalisme seperti ini.

Memanglah demikian sistem Kapitalisme, jika terjadi goncangan, seperti pandemi Covid-19 sekarang ini, dalam waktu singkat para pelaku pasar uang dan modal langsung menarik uangnya (dollar) secara besar-besaran untuk mengalihkannya pada aset yang lebih aman. Maka terjadilah aliran modal ke luar negeri ( capital outflow). Rupiah pun melemah.

Problem ini bukan yang pertama. Kita sudah terlalu amat sering mengalami hal ini. Diatasi dengan utang ratusan hingga ribuan triliun dan ujung-ujungnya rakyat yang menanggung.

Satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis ekonomi ini secara tuntas adalah dengan mengembalikan penerapan sistem ekonomi Islam.

Dalam sistem ekonomi Islam, sektor finansial (non-riil) tidak dimasukkan ke dalam perhitungan pertumbuhan oleh karena sektor ini memang tidak ada. Pertumbuhan ekonomi dalam sistem Islam, meski mungkin tidak se-spektakuler dalam sistem ekonomi kapitalis, adalah pertumbuhan yang hakiki dan stabil karena memang benar-benar berasal dari sektor kegiatan ekonomi.

Kestabilan ekonomi ini akan diperkokoh lagi dengan sistem moneter Islam dengan pemberlakuan mata uang yang berbasis emas dan perak, atau dinar dan dirham. Mata uang ini memiliki nilai instrinsik sehingga nilainya stabil.

Selain itu, mata uang difungsikan benar-benar sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditi yang bisa menjadi bulan-bulanan para spekulan. Nilai tukarnya akan terus stabil.

Demikianlah sistem Islam ia tidak mengenal krisis nilai tukar mata uang. Dalam sistem Islam hanya ada sektor riil. Sektor ini berpengaruh nyata pada taraf hidup masyarakat. Peningkatan kemakmuran rakyat akan terlihat.

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts