Krisis Dan Kebangkitan Ekonomi Islam
Oleh : Agan Salim
Aliansi Pengusaha Muslim – Sepekan terakhir bursa global di seluruh dunia mengalami mimpi buruk. IHSG ambruk demikian juga dengan bursa bursa lainnya. Bahkan hari ini Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank dalam negeri makin terpuruk dan menuju ke level Rp16.000 per dolar AS. (19/03/20).
Sebenarnya semua realitas ini sudah dapat diprediksi, Bank Indonesia (BI) misalnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini hanya akan mencapai 2,5%. Lebih rendah dari sebelumnya sebesar 3%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penurunan proyeksi ini setelah melihat kondisi terkini terutama akibat penyebaran wabah virus corona atau COVID-19 ke banyak negara di luar China. Di mana penyebaran tidak hanya di negara Asia saja tapi juga ke Amerika Serikat (AS) hingga Eropa. “Prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan pelaku ekonomi. Oleh karenanya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2020 turun menjadi 2,5%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 3%,” ujar Perry, Kamis (19/3/2020).
Banyak kemudian para analis menghubungkan kondisi virus covid-19 sebagai pemicu realitas di atas, padahal dari kondisi diatas ada hal yang lebih substansial daripada permasalahan yang menjadi pemicu krisis ekonomi dan keuangan global saat ini. Substansial masalah ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi Kapitalis itu sendiri yang sudah sampai pada puncak permasalahan. Praktik sistem ekonomi Kapitalislah yang menimbulkan masalah itu antara lain seperti adanya uang kertas, lembaga perbankan, dan ekonomi spekulatif yang kian marak. Ketiga hal inilah yang dijalankan untuk kepentingan pemilik modal.
Sistem ini hakekatnya menawarkan fatamorgana dan kenikmatan semu. Di awalnya sistem rusak ini memberikan keuntungan yang banyak bagi pemilik modal. Tapi, sebenarnya dalam jangka panjang, justru sangat tata kelola ekonomi disebuah negara bahkan dunia. Seperti kata Antony Giddens sosiolog dari Inggris. Sistem Kapitalisme ini ibarat jugernath. Di tahap awal, sistem Kapitalisme ini memang seperti kuda yang menarik kereta. Jadi bisa mempercepat ekonomi dan memberi keuntungan para pemilik modal. Tapi, semakin lama semakin cepat dan tidak lagi terkendali, sehingga pada akhirnya jugernath itu pun bisa membanting dan menghancurkan kereta yang ditariknya itu. Demikian juga yang terjadi pada sistem Kapitalisme saat ini. Sistem kapitalisme sekarang sudah mendekati tahap penghancuran diri sendiri.
Kalau melihat realitas di atas, maka kapitalisme yang lahir dari rahim sekularisme sangat tidak mungkin bisa membawa kepada kesejateraan dan keadilan bagi dunia saat ini, sehingga sudah saatnya umat manusia khusus para pelaku ekonomi mulai mencari sistem penganti dari sistem yang rusak ini. Dan masa depan itu ada di sistem Islam dengan Ekonomi Islamnya. Ini bukan tanpa alasan, karena prinsip dasar ekonomi Islam adalah keadilan dan menghindari maysir (spekulasi), gharar (ketidakjelasan), riba (bunga). Perekonomian yang didasari oleh prinsip-prinsip tersebut tentunya lebih aman dan bergerak beriringan antara sektor riil dan sektor moneter.
Kestabilan Ekonomi Islam secara teknis bisa dibangun dari beberapa pilar yang sangat berbeda secara diametral dengan sistem rusak kapitalis saat ini.
Pilar pertama adalah penggunaan “mata uang” yang disandarkan pada emas, karena emas terbebas dari inflasi. Dalam sejarahnya mata uang emas bisa bertahan sampai 2.500 tahun. Ini membuktikan ketahanan mata uang emas dibandingkan dengan uang kertas dari berbagai permasalahan ekonomi.
Pilar kedua adalah “distribution and logistic infrastructure”. Dengan pilar kedua ini, semua masyarakat bisa menjadi distributor semua produk tanpa ada monopoli. Dalam perkembangan perdagangan islam, ini disebut caravan. Tidak adanya monopoli, akan membuat produk lebih mudah didapatkan masyarakat tanpa permainan harga.
Pilar ketiga adalah “production infrastructure”. Dengan pilar ketiga ini maka rumah-rumah produksi harus diberi kesempatan berkembang. Dengan cara ini, pusat-pusat keuntungan menjadi menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Sehingga kesejahteraan bukan dimonopoli oleh kelompok kecil pemilik modal.
Pilar keempat hilang praktek riba dan maraknya syirkah dan qirad. Pilar ini akan memberikan kepada semua orang pada posisi yang sama dan saling menguntungkan. Jadi, tidak ada penindasan dari yang besar pada yang kecil, atau pemilik modal dan pekerja. Karena syirkat dan qirad menjadikan semua yang berhubungan dengan bisnis sebagai mitra.
Dengan melihat kondisi kekinian saat ini, dan semakin sadarnya dunia akan pentingnya sistem tata kelola ekonomi dunia yang berkeadilan, serta gejala roboh dan ditinggalkannya sistem kapitalis yang sangat-sangat merusak tatanan ekonomi dunia.
Insya Allah tak berapa lama, waktunya peralihan sistem kapitalis rusak ini akan digantikan dengan Sistem Islam. Karena bagaimana pun juga, setiap manusia pasti akan memilih sistem yang bisa mengantarkan kepada kesejateraan, dan ini semua bisa terwujud dalam bingkai yang dalam islam dikenal dengan islam yang khas, yaitu sistem Khilafah Islam.