Ketika Pengusaha Menjadi Penguasa

Last Updated: 5 April 2020By

Aliansi Pengusaha Muslim – Diminta muhasabah agar semua bersegera bertobat dari kemaksiatan, gak mau, karena katanya, ini tidak ada hubungannya dengan kemaksiatan. Ini murni soal musibah wabah penyakit! Didesak agar segera mengambil kebijakan pencegahan sejak dini, malah kalem dan bilangnya di negeri kita tidak ada, barulah setelah di penjuru waktu, itupun setelah banyaknya jumlah korban yg berjatuhan. Diminta taat, ee malah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, harga barang malah melonjak tinggi de el el. Saya ini juga pengusaha, biasa mengambil keputusan cepat. Apapun pasti ada resikonya, tapi kok ini seperti diulur-ulur. Kasihan rakyat banyak yg memang tidak mampu. Kan mustinya malah bisa lebih cepat dan tepat!

Hadeuh itu yg namanya pertanyaan keluar seperti berondongan peluru yang kagak ada berhentinya. Saking semangatnya!

Trully Muslimpreneur,

Begini. Kita sedang menghadapi musibah ini di alam kapitalisme-liberalisme-sekulerisme. Bukan saat Islam tegak diterapkan. Jadi, pemikiran, perasaan dan peraturan bagi kebanyakan kita ya kapitalisme-liberalisme-sekulerisme. Jadi wajar kalau muncul pertanyaan seperti itu!

Biar gampang, mari kita cari benchmark. Namanya benchmark berarti kita mesti sandingkan dengan penguasa Muslim yang berasal dari kalangan pengusaha dan sistemnya Islam dan – satu lagi – juga mengalami situasi musibah yg hampir sama. Setuju ya?!

Oke, kita lihat sosok Umar bin Khattab. Umurnya 12 tahun lebih muda dari usia Rasulullah SAW. Salah satu sahabat dekat Rasulullah SAW dan khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash shiddiq r.a. Termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Mendapat julukan Umar Al Faruq (sang pembeda) karena ketegasannya dalam menegakkan kebenaran. Diakui sebagai administrator dan peletak landasan manajemen negara yang cemerlang.

Di dunia bisnis, Umar diketahui memiliki 70.000 properti bernilai triliunan rupiah saat ini. Namun begitu, gelimang harta tidak menyilaukan matanya. Harta kekayaannya dipergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Seolah berlomba dengan sahabat pengusaha lainnya dalam menopang dakwah Rasulullah SAW. Subhanallah.

Saat dibaat menjadi khalifah, hidup beliau tetaplah sangat sederhana. Beliau memberikan teladan yang baik bagi kaum muslimin tentang konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tidurnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang demi menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, dengan segala kekayaan yang dimilikinya sebelum menjadi Khalifah, tentu mudah saja memiliki dan melakukan apa saja! Kalau bahasa sekarang di alam kapitalisme-sekulerisme, bisa menjalankan konsep negara korporasi atau negara yg didedikasikan untuk kepentingan bisnis penguasa, baik sendiri atau bisa bersama dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri. Tapi Umar memilih tidak. Beliau memilih menjalankan syariat Islam sesempurna mungkin! Itu saja.

Hasilnya, di tangan beliau, eksistensi daulah Islam makin kukuh. Sejarah mencatat, Umar membebaskan lebih banyak wilayah dari penghambaan kepada manusia di banyak tempat. Dua adidaya dunia saat itu, Persia dan Romawi pun ciut. Di masanya Islam berkembang dari Mekah, Suriah, Mesir, Irak, Parsi, Khuzistan, Armenia, Azerbaijan, Kirman, Khurasan, Mekran hingga sebagian Baluchistan. Pembebasan yang membawa simpati luar biasa. Tak heran, kaum Kristen dan Yahudi di Homs sampai berdoa agar kaum Muslimin kembali ke negeri mereka.

Selain pembebasan, prestasi beliau juga adalah menata ulang administrasi pemerintahan. Beliau mengembangkan dewan-dewan, membentuk Baitul Mal, mencetak uang resmi negara, menciptakan tahun hijriyah, menata struktur pemerintahan, mengumpulkan ayat-ayat suci Al Quran yang tersebar. Umar juga mengutamakan pembangunan pasar dan masjid di daerah-daerah yg dibebaskan.

Di masa Umar juga terjadi peristiwa bersejarah yakni pembebasan Palestina, persisnya pada tahun 637 M. Mulai saat itu, berdasarkan perjanjian Umariyyah, status Palestina menjadi tanah wakaf umat Islam. inilah juga yang menjadi dasar di kemudian hari, mengapa Sultan Abdul Hamid II, khalifah Utsmani terakhir, meski terancam kehormatannya oleh pengkhianatan Mustafa Kemal, tetap tidak mau menyerahkan Palestina ke tangan yahudi meski diiming-imingi dunia!

Singkat cerita, Umar mampu menjaga dan mengendalikan harta yang dimilikinya sebelum menjadi Khalifah dan memisahkannya dari kemungkinan bias kepentingan dengan jabatan yang sedang ditunaikannya. Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Usman bin Affan pernah mengatakan, Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak. Subhanallah!
Apakah semua lempeng-lempeng saja? Tidak juga. Bencana wabah penyakit juga pernah terjadi di masanya.

Ya, salah satu ujian terberat terjadi pada tahun keenam masa kepemimpinannya yakni tahun 18 H/561 Masehi. Di tahun ini, Umat Islam diuji dengan wabah penyakit mematikan. Wabah ini dikenal dengan Thaun Awamas yg diambil dari nama daerah asal lahirnya penyakit, yakni sebuah desa kecil di negeri Damaskus. Lalu apa yang dilakukan Umar sebagai pemimpin ? Apakah ragu dalam mengambil kebijakan? Apa juga mengambil kesempatan untuk kepentingan tertentu (bisnis atau asing ?)? atau menghindari kewajiban negara untuk mencukupi hajat hidup rakyatnya? Atau… mengambil kesempatan melakukan seleksi alam mana yg kuat boleh bertahan, mana yg lemah silakan mati perlahan? Hemmm…

Tidak Saudara! Umar hanya berpegang pada syariat Islam saja . Titik. Fakta yg dihadapi lalu dihadapkan dengan solusi syariat. Itu saja. Simple.

Untuk menanganinya, Umar menempuh langkah-langkah strategis sesuai syariat.

Pertama, mengurungkan perjalanannya menuju Damaskus. Pembatalan itu terjadi saat Umar bersama rombongan sudah sampai di Sargha, sebuah desa di wilayah Tabuk, setelah adanya kabar pandemi virus Amawas di wilayah Damaskus. Keputusan itu diambil setelah Abdurrahman bin Auf menyampaikan pesan Nabi: “Jika kalian mendengar adanya wabah di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Namun, jika terjadi wabah di tempat kalian berada maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad). Umar pun taat! Semua taat!

Kedua, memerintahkan gubernur Abu Ubaidah bin al-Jarrah untuk mengisolasi rakyatnya, mengobati semua yg sakit dengan fasilitas dan obat-obatan gratis dan menjamin seluruh hajat hidupnya selama wabah terjadi. Sebagai gubernur, Beliau juga samina wa athona. Meski saat itu belum ditemukan solusi yg tepat terkait pencegahan penularannya, gubernur tetap bertahan menjalankan amanah di daerahnya hingga akhirnya beliau meninggal. Barulah, ketika Amr bin Ash menjadi gubernur, didapatlah solusi jitunya, yakni mengunci daerah terdampak wabah, tidak boleh ada satu orang pun yang keluar masuk wilayah Syam, dan semua warga diminta saling menjauh ke daerah pegunungan. Rakyat pun taat. Hasilnya, bi idznillah wa bi nashrillah, hanya dalam tempo 2 minggu wabah pun hilang. Dua kebijakan ini kini dikenalkaitkan dengan istilah lockdown dan social distancing.

Rakyatnya taat pada syariat. Penguasanya juga taat pada syariat, bahkan lebih dulu melakukan muhasabah apa yg salah padanya, lalu mencari tahu apa yg keliru pada rakyatnya. Intinya, Umar tegas meminta dirinya dan semua jajarannya beserta seluruh rakyatnya untuk pertama-tama memohon ampun dan bertobat dari segala maksiat yang dilakukan. Generasi sahabat melakukan maksiat? Tidak dan bukan itu poinnya. Umar dan seluruh sahabat sangat tahu bahwa pesan pertama dari Allah Swt jika terjadi musibah pasti itu karena ada maksiat sekecil apapun itu dan karenanya harus segera bertobat secara masal. Pertobatanlah yang kemudian membuka jalan untuk mendapatkan problem solving sesuai syariat sebagaimana yang Umar lakukan saat wabah amawas. Masya Allah.

Trully Muslimpreneur,

Umar bin Khattab jelas pengusaha kakap era Nabi SAW yang kekayaannya berpadu dengan ketaatannya pada Islam. Kewibawaannya berpadu dengan pengorbanannya bagi Islam. Ketokohannya berpadu dengan keteladan sikapnya dalam menerapkan Islam kaffah, baik semasa Rasul SAW masih hidup maupun telah tiada. Pengusaha yang dibaiat menjadi penguasa penuh amanah. Bukan pengusaha yang menjadi penguasa penuh kezhaliman. Totalitas pada penerapan syariat Islam dalam bingkai khilafah saat itu nampak jelas tak terbantahkan. Jauh dari retorika, dan puja puji dunia yang tak ada arti!

Trully Muslimpreneur…

Yuk berbenah, yuk serius. Umat menanti kita. Bisnis penuh berkah, Ngaji penuh energi dan Dakwah penuh manfaat bagi umat. Agar berkah yang menghampiri kita semua, bukan wabah! Dan Penguasa sadar untuk mengurusi umat di dunia sebagai modal agar bisa masuk surga di akhirat. Bismillah!

Barakallahu fikum…