Kemana Imanmu Wahai Pengusaha?
Oleh : Abah Salim.
Tak cukupkah semua musibah yang datang ini mengguncang hatimu?
Tak cukupkah semua tipu daya ini menggugah akal pikiranmu?
Tak cukupkah semua persoalan yang mendera umat ini melelehkan egomu?
Tak cukupkah semua kezaliman ini memantik kesadaran dirimu?
Tak cukupkah kisah suul khatimah Firaun, Haman, Balam dan Qorun menakutkan jiwamu?
Jika tak juga bergeming, lalu kemana imanmu?
Duh, abah berpuisi? Bukan, bukan puisi! Ini kegelisahan abah! Gelisah, karena semua nestapa kehidupan umat akibat kapitalisme sekulerisme ini sudah sebegitu gamblangnya. Solusi Islam kaaffah tempat kita kembali juga sudah hadir dengan sebegitu cemerlangnya. Solusi yang tuntas penuh berkah atas semua problematika yang tak henti mendera umat. Tapi mengapa tak juga ada tanda perubahan. Apa yang sedang terjadi? Pantaslah jika sampai harus ditanyakan dimana iman kita? Bukankah beriman itu membawa konsekuensi beramal sholih! Lantas jika terus larut dalam maksiat, membiarkan kemaksiatan merajalela, mendukungnya, bahkan mensponsorinya agar terus berlangsung, maka patutlah dipertanyakan imannya! Kemanakah perginya imanmu ?!
Keras amat abah! Keras? Hemm… Moga kita tidak lupa dengan ayat ini.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. ‘ (QS. al-Baqarah : 183).
Mufassir Imam Al Jazairi sudah menjelaskan bahwa frasa agar kalian bertakwa itu maknanya, agar dengan shaum itu Allah Swt mempersiapkan kalian untuk bisa menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sederhananya, untuk bisa taat tanpa tapi dan tanpa nanti, Allah melatih semua manusia yang beriman dengan program pembinaan yang luar biasa, intensif dan sistematis selama sebulan penuh di bulan Ramadhan setiap tahunnya. Kurang apa lagi?
Jadi, kalau mengaku beriman tapi masih juga keukeuh di dunia maksiat, tak mau kembali pada taat, ya memang harus dipertanyakan keimanannya!
Truly Muslimpreneur,
Sungguh, sebagai bagian kolektif dari umat, kita mestinya malu pada para sahabat Anshar! Iman mereka telah menjelma menjadi motivaksi spiritual yang luar biasa ! Ini tampak dalam pernyataan Saad bin Muaz kepada Rasulullah SAW ketika perang Badar. Sebuah perang monumental dimana 300 orang pasukan muslim mampu mengalahkan 1000 orang lebih kaum kafir Quraisy. Bi idznillah wa bi nashrillah.
“Sepertinya Engkau ragu pada kami, Wahai Rasulullah. Sepertinya Engkau khawatir bahwa orang-orang Anshar, sebagaimana yang nampak pada pandanganmu, tidak akan menolongmu, kecuali di negerinya. Saya bicara atas nama orang Anshar, dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka. Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Ikatlah tali siapapun yang Engkau kehendaki. Dan putuskanlah ikatan siapa saja yang Engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami yang Engkau kehendaki. Dan berikanlah yang mana saja yang Engkau kehendaki. Apa saja yang Engkau ambil niscaya lebih kami sukai daripada yang Engkau tinggalkan. Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga ke barak Al Ghamad (kota Habasyah), kami semuanya akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti kami akan lalui bersamamu.” Allahu Akbar !!!
Kita, khususnya para penguasa, mestinya malu pada Khalifah Umar bin Khattab ! Pemimpin yang kokoh imannya, istiqomah taatnya pada syariat ! Ketakwaan beliau mampu meluluhlantakkan permainan jin yang sengaja menutupi pori-pori dasar sungai Nil agar tidak mengeluarkan airnya hingga sungai itu kering kerontang dan membawa bencana kekeringan di seluruh wilayah Mesir. Sang khalifah tidak menggubris permintaan penduduk Mesir untuk memenuhi permintaan adat yang selalu mereka lakukan sebelum masuk Islam, yakni dengan memberi sesaji berupa wanita perawan untuk ditenggelamkan ke dalam sungai Nil. Yang dilakukan Umar amatlah sederhana, yakni hanya meminta Gubernur Amr bin Ash untuk membacakan suratnya yang ditujukan kepada sungai Nil agar kembali taat kepada Allah Swt dengan menjalankan kembali kewajibannya mengalirkan airnya seperti sedia kala. Surat itu dibacakan di hadapan sungai Nil yang disaksikan oleh seluruh penduduk Mesir dan kemudian dilemparkan ke dasar sungai yang seketika itu juga membuat jin-jin berhenti menutupi pori-pori dasar sungai dan…air pun kembali membuncah mengaliri peradaban. Subhanallah.
Kita, sebagai pebisnis, juga harusnya super duper malu pada sosok Abdurrahman bin Auf! Gambaran sejati keimanan generasi pebisnis kelas dunia di zaman Nabi SAW. Dengan sandaran iman Beliau berbisnis hanya pada barang yang halal. Keuntungan bisnis yang didapat dinikmati dengan menunaikan hak keluarga, dakwah dan perjuangan di jalan Allah. Harta bisnisnya selalu dikendalikannya, bukan mengendalikannya. Dengan begitu banyak harta yang diinfaqkan di jalan Allah, ketika meninggal pada usia 72 tahun beliau masih meninggalkan aset berjumlah 2.560.000 Dinar atau setara 5.4 Triliun Rupiah! Subhanallah.
Truly Muslempreneur,
Sudah semestinya semua musibah yang datang, semua tipu daya, semua persoalan yang mendera umat ini, semua kezaliman serta kisah suul khatimah Firaun, Haman, Balam dan Qorun menggugah kesadaran akan panggilan keimanan dan kinerja ketakwaan kita!
Kita mesti ingat harta tak dibawa mati! Harta malah bisa jadi penghalang di akhirat, jika kita tak mampu mempertanggungjawabkannya! Juga tak cukup jika kita hanya menyelamatkan diri sendiri dan keluarga kita! Siapa yg bertanggung jawab atas umat ini?! Karena umat ini satu tubuh, sakit satu semua merasakannya!
Truly Muslempreneur,
Hayuk, cukupkan semua ini. Segera guncang hati, gugah akal pikiran, lelehkan ego, pantik kesadaran dan takutkan jiwa ini. Ambil kembali iman ini! Segera transformasi diri menjadi pengusaha pejuang untuk kehormatan diri, kebahagiaan keluarga dan kemuliaan umat ini! Ingat selalu, bisnis, ngaji dan dakwah!
Barakallahu fikum