Kasus Evergrande Menyingkap Wajah Buruk Housing Bubble Di Tiongkok

Last Updated: 24 Oktober 2021By

News Assalim.id
Tanggal 24 Oktober 2021
Oleh Pujo Nugroho

Assalim.id – Evergrande, sebuah grup perusahaan induk investasi yang bergerak di bidang properti di Tiongkok, tengah mengalami krisis. Secara umum, Evergrande dan sektor real estate adalah roda penggerak penting dalam perekonomian Tiongkok.

Krisis yang dialami Evergrande disebabkan oleh tumpukan utang senilai ratusan miliar dolar dan pembayaran bunga obligasi yang tak kunjung dibayarkan.

Dilansir dari beritasatu.com (28/09/2021), fenomena ini mencerminakan situasi housing bubble yang tengah dihadapi Tiongkok saat ini.

Housing bubble, atau real estate bubble, adalah kondisi di mana harga rumah melonjak akibat tingginya permintaan dan aksi spekulasi pemodal sehingga industri ini justru terancam kolaps.
Situasi ini umumnya diawali dengan naiknya permintaan ketika suplai terbatas dan butuh waktu lebih lama untuk menambah pasokan. Setelah itu para spekulan menaruh uang mereka di pasar sehingga permintaan makin meningkat.

Pada titik tertentu, permintaan akan turun atau stagnan sementara pasokan terus meningkat, sehingga harga tiba-tiba anjlok drastis, dan bubble atau gelembung meletus. Industri perumahan pun kolaps. Jadi kata kuncinya adalah kenaikan harga di luar kewajaran dan merebaknya spekulasi di pasar perumahan.

Evergrande yang merupakan perusahaan properti terbesar kedua di Tiongkok telah mengalami penurunan harha saham secara signifikan. Diberitakan oleh beritasatu.com (28/09/2021), sepanjang tahun ini, harga saham Evergrande sudah anjlok 80% dan perdagangan obligasi perusahaan berulang kali dihentikan oleh pasar saham Tiongkok dalam beberapa pekan terakhir.

Mereka yang kemungkinan terdampak krisis Evergrande adalah bank, para pemasok, pembeli rumah, dan investor. Melansir BBC International, Kamis (30/9/2021), terdapat beberapa pihak yang dirugikan dari krisis Evergrande, yakni:

  • Orang membeli properti dari Evergrande bahkan sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.
  • Mereka telanjur membayar deposit dan berpotensi kehilangan uang itu jika perusahaan bangkrut.

Perusahaan yang berbisnis dengan Evergrande, seperti perusahaan konstruksi, desain, serta pemasok material berisiko mengalami kerugian besar dan bisa ikut bangkrut.
Dampak potensial terhadap sistem keuangan Tiongkok.

Jika Evergrande default, bank dan pemberi pinjaman lainnya mungkin terpaksa kembali meminjamkan uang. Hal ini bisa memicu krisis kredit, keadaan di mana perusahaan berjuang untuk meminjam uang dengan harga terjangkau.
Krisis kredit akan menjadi berita yang sangat buruk bagi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. []