Karena Kita Akan Bertanggung Jawab Sendiri-Sendiri !
Oleh : Abah Salim
“Wahai anak Adam, ketahuilah bahwa engkau akan mati sendirian dan juga akan masuk ke dalam kuburmu sendirian. Engkau akan dibangkitkan sendirian dan engkau pun akan dihisab sendirian. Wahai anak Adam, jika seandainya seluruh manusia taat kepada Allah, sedangkan engkau bermaksiat, maka ketaatan mereka itu tidaklah memberikan manfaat kepadamu.”
Imam Ibnul Jauzy, Bahrud Dumuu’
Mengapa selalu ada seruan ketaatan di tengah hiruk pikuk kemaksiatan?
Mengapa selalu ada ajakan hijrah di tengah pragmatisme dan apatisme yang sebegitu parah ?
Mengapa selalu ada upaya mencegah kemaksiatan meski cemooh bahkan nyawa menjadi resikonya ?
Mengapa selalu ada seruan kembali pada Islam yang utuh kepada penguasa negeri meski kerap berujung pada balasan yang tidak mengenakan?
Mengapa harus kembali pada Islam seutuhnya? Mengapa tak cukup dengan sistem hidup yang ada? Mengapa tak cukup dengan hanya mewarnai sistem yang ada saja? Mengapa harus berubah total? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Dan berjuta kata mengapa lainnya?
Pernyataan lugas dan bernas dari sang imam di atas, kiranya cukup buat menjelaskan itu semua. Yap, karena kelak kita semua akan mempertanggungjawabkan perbuatan kita sendiri-sendiri. Tak ada lagi yang menemani. Tak ada lagi yang bisa membantu. Tidak ada! Jika timbangan amal sholehnya lebih berat, insya Allah kita selamat. Alhamdulillah. Tapi, sebaliknya, kalau timbangan maksiatnya lebih berat, maka berat…berat… neraka sudah siap menjerat! Naudzubillahi min dzalik!
Kalau individu sebagai rakyat saja sudah ngeri situasinya, apalagi individu yang mendapat amanah menjadi penguasa! Pertanggungjawabannya dipastikan lebih berat. Ia akan mempertanggungjawabkan persoalan individunya, ditambah dengan urusannya sebagai penguasa. Serem.
“Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Truly Muslimpreneur…
Sungguh, kita sudah terlalu lama menjauh dari Islam. Kebablasan yang amat jauh. Islam sudah ditinggalkan dalam hampir semua sendi kehidupan kita. Sekulerisme akut. Kapitalisme akut. Karenanya sudah semestinya kita bersyukur masih ada sejumlah pihak yang terus menerus menyerukan ketaatan, mengajak hijrah, mencegah kemaksiatan. Itu sesungguhnya pertanda cinta dan sayang kepada umat ini. Agar semua bisa selamat dunia akhirat. Karena kita semua akan mempertanggungjawabkan sendiri-sendiri.
Agar ketaatan kembali menjadi mindstream, kita perlu banyak pengusaha pejuang! Agar hijrah menjadi pola hidup kita perlu banyak pengusaha pejuang! Agar kemaksiatan makin ditinggalkan, jelas kita perlu banyak pengusaha pejuang!
Karena itu, jangan tunda lagi, ayo bersegera bergabung dalam barisan pengusaha pejuang! Ingatlah selalu : Bisnis, Ngaji, Dakwah !