Kapitalis-Sosialis Mengganas Islam Pilihan Cerdas
Oleh : Agan Salim.
Aliansi Pengusaha Muslim – Bernie Sanders, politisi US pernah mendengungkan sebuah frasa “Sosialisme bagi Orang yang sangat Kaya, dan Individualisme Kasar bagi Orang Miskin (Socialism for the very Rich and Rugged Individualism for the Poor)
Frase tersebut bukan sama sekali baru digunakan dalam dunia politik. Frase ini dipopulerkan Michael Harrington pada tahun 1962 dalam bukunya yang berjudul “The Other America”, frasa aslinya adalah: Sosialisme bagi Orang Kaya dan Kapitalisme bagi Orang Miskin (Socialism for the Rich and Capitalism for the Poor).
Frase ini bukan tanpa bukti, dinegera US, Bernie Sanders melihat fakta bahwa teori sosialisme diterapkan nyata bagi orang kaya/kapitalis antara lain keringanan pajak, subsidi besar-besaran dari negara untuk mereka, dibiarkan keuntungan yang tidak wajar bagi korporasi dan bebasnya dari sanksi ketika mereka merusak lingkungan hidup demi mengejar profit jangka pendek.
Di saat yang orang super kaya dimanjakan dalam “Sosialisme”, sebagian besar rakyat amerika harus menerima kejamnya kapitalisme seperti mininya sebagian upah buruh, tingginya angka tuna wisma, puluhan ribu lulusan kampus terjerat utang akibat mahalnya biaya pendidikan tinggi, kerusakan lingkungan hidup yang kiat parah.
Dari realitas diatas, sepertinya ada benang merah yang selaras dengan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang bikin gaduh dinegeri ini. Khususnya dalam kebijakan ekonominya berupa kemudahan dan peluang lebar penguasaan SDA (sumber daya alam) yang didapat para oligarki dan sinyalemen kuat merugikan umat dan lingkungan dinegeri ini.
Dan hal tersebut jugalah yang menjadi perhatian pengamat politik islam Muhammad Ismail Yusanto, dalam pandangannya perihal lahirnya UU Omnibus Law yang ditolak berbagai pihak itu mengambarkan bahwa sejatinya tidak ada lagi demokrasi, yang ada korporatokrasi.
Menurutnya, yang ada sekarang sudah bukan lagi demokrasi. Demokrasikan kedaulatan di tangan rakyat? Tapi pada faktanya, suara rakyat diabaikan. Yang mengkritik malah dipersekusi. UU yang begitu rupa ditolak tetap saja diteruskan. “Jadi, sebenarnya siapa yang berdaulat ? Di situlah kita menemukan bukti bahwa yang UU ini dibuat itu lebih untuk memberikan jalan bagi kepentingan korporasi,” pungkasnya.
Dan sayangnya, umat negeri yang mayoritas muslim inipun terbawa arus pusaran tarik-menarik kepentingan kapitalis dan sosialis ini. Akhirnya ikut terbelah dukung mendukung yang berakhir saling hujat, saling benci, bahkan nyawapun dipertaruhkan untuk ini.
Sungguh, sebagai umat terbaik harusnya negeri ini bisa menyudahi konflik dalam hal legislasi ini. Solusi Islam sangat jelas dalam hal legislasi, bahwa Al-Hakim atau yang membuat hukum, menetapkan benar-salah dan halal-haram itu, tidak ada lain adalah Allah SWT.
Inilah perbedaan yang sangat diametral islam dan sistem buatan manusia (sosialis-kapitalis) . Dimana hak menetapkan hukum itu hanya otoritas Allah SWT dengan merujuk kepada syariatnya. Sehingga mewujudkan kepastian hukum dalam berbagai hal.
Tidak seperti saat ini dimana hukum bisa dinegosiasikan dan diperjual belikan. Yang akhirnya hanya menghasilkan kegaduhan seisi negeri
Mau sampai kapan ini terus terjadi ? []