Kapitalis-Komunis Baku Hantam, Kita Yang Jadi Korban

Last Updated: 6 Oktober 2021By

Fokus Ekonomi Assalim.id | Edisi 77
Oleh: Agan Salim

Assalim.id – Di saat negeri ini disibukkan dengan masalah dalam negeri yang tak berkesudahan, di dunia internasional dikagetkan dengan terbentuknya kerja sama keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat atau AUKUS pada 15 September 2021.

AUKUS dibentuk sebagai respon ketegangan Laut Cina Selatan yang di dalamnya menyepakati pembuatan kapal selam bertenaga nuklir untuk memperkuat angkatan laut Australia menghadapi seteru mereka yaitu China.

Bahkan pendirian AUKUS tanpa berdialog dengan Indonesia menunjukkan pemerintah diabaikan. Ini disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono, “Indonesia dianggap lamban oleh Barat dalam merespons situasi bahaya di depan matanya. Juga mungkin Barat memandang Indonesia pada posisi abu-abu terkait dengan kedekatannya dengan China. Hal ini menyebabkan Indonesia tidak mendapatkan keuntungan dalam konflik Laut Cina selatan,” ujarnya. (rmol 01/10/21)

Melihat konflik yang serius dan tegang di Laut Cina Selatan, maka konflik ini tidak bisa dilepaskan dari pertarungan negara-negara penganut paham kapitalisme dan komunisme yang merupakan dua paham berbeda dan saling bertentangan. Dalam sejarahnya, negeri ini tidak bisa lepas dari dominasi dua paham tersebut, bahkan kedua paham tersebut memiliki jalinan yang cukup erat dengan agen-agen penganut kedua ideologi/paham tersebut.

Masing-masing memainkan perannya, walaupun keduanya bermusuhan tapi Islamlah sejatinya musuh bersama bagi mereka.

Agen-agen kapitalisme memainkan perannya dalam perekonomian. Sehingga lahirlah kebijakan negara yang memberikan keleluasaan para investor untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dari negeri ini. Di mana potensi-potensi negeri yang seharus dimiliki rakyat harus berpindah kepemilikan kepada individu, korporasi, dan oligarki berkantong tebal.

Sedangkan agen-agen berpaham komunisme, bergerilya dalam ranah agama. Tidak puas dengan pemisahan agama dari kehidupan ala kapitalisme, sekarang lebih sadis dan kejam memusuhi agama, syariatnya, dan para penyerunya. Beberapa tahun terakhir ini paham ini seolah kembali dari kematiannya. Tidak sedikit dari umat muslim negeri ini masuk dalam pusaran paham ini.

Menyikapi hal ini, cendekiawan muslim Muhammad Ismail Yusanto mengunkapkan bahwa komunisme gaya baru (kapitalis-komunis) malah lebih berbahaya dari komunisme lama karena sekarang disertai dengan kekuatan ekonomi,” (Mediaumat.news, 29/09/2021).

Dari realitas tersebut, sudah selayaknya negeri muslim terbesar dan kaya sumber daya alam ini untuk bergegas keluar dari cengkraman dan permainan mereka yang sejatinya adalah sumber dari masalah yang tak berkesudahan di negeri ini. Lalu bersegera mengonsolidasikan diri, terutama pemikiran dan ideologi yang di imani kaum muslim di negeri ini, yaitu ideologi Islam.

Jangan sampai negeri ini hancur lulu lantah bak peribahasa, “Gajah bertarung lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah”.

Hanya dengan kembali ke pemahaman Islam yang kaffah sajalah, kita dapat menghentikan dominasi dan keserakahan ideologi kapitalis komunis yang mencengkram, menjajah, dan menjadi ancaman nyata hancurnya negeri ini, serta ada masa depan keberkahan dari Allah SWT pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan yang teramat kecil dalam kuasaNYA. Seperti firman-Nya:

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”.(QS. Al-A’raf: 96)[]