Categories: Fiqih Muamalah

assalim

Share

Oleh: Abah Salim.

Aliansi Pengusaha Muslim Trully Muslimpreneur, Ada permintaan pada abah. Lanjutkan tulisan Bebal, Mau Sampai Kapan? jadi jilid 3, terutama bagaimana akhir hidupnya! Waduh berat ini. Tapi, baiklah. Abah pantang tolak tugas nih.

Mari kita mulai. Fir’aun, Haman, Bal’am dan Qorun. Mereka penentang Nabi Musa as. Selalu ada saja kwartet karakter ini di setiap zaman dan tempat. Apalagi di era kapitalisme seperti sekarang ini. Di balik banyaknya kebijakan yang melawan syariat, merugikan rakyat, kerap ditemukan kepentingan sponsor berserikat. Kekuasaan dan kebijakan pun banyak berpihak kepada sponsor sebagai bagian balas jasa. Sejumlah dalih pun dikeluarkan sebagai penguatnya. Ini sudah menjadi sesuatu yang sering kita saksikan. Hemmm.

Fir’aun. Ini simbol kesombongan dan kezaliman penguasa sepanjang masa. Dalam dirinya terkumpul kesombongan dan keengganan menerima kebenaran, kesesatan dalam akidah, dan kezaliman yang paling tinggi. Kebejatan yang kumplit.

Setidaknya ada 3 kebijakan zalim terberat Fir’aun.

Pertama, kebijakan menghabisi semua bayi laki-laki Bani Israil.

Fir’aun takut kekuasaannya akan sirna di tangan seorang laki-laki mereka. Di sinilah, Allah Swt menyelamatkan Musa dengan cara yang tidak diduga sama sekali oleh Fir’aun. Musa diselamatkan justru di tempat yang paling aman, yakni pada dekapan kasih sayang Asiyah, istri Fir’aun sendiri, seperti yang dikisahkan dalam Al Quran (QS. Al Qashash : 9). Masya Allah.

Kedua, kebijakan menentang kebenaran.

Ketika para ahli sihir kerajaan dikalahkan Musa, Fir’aun tidak terima. Apalagi setelah para ahli sihir itu spontan bersujud dan beriman kepada Tuhannya Musa. Jelas betul pada mereka bahwa ular besar Nabi Musa itu adalah mukjizat dari Allah. Bukan sihir seperti ular khayalan mereka.

Fir’aun mempersoalkannya, “Apakah kalian beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepada kalian?” (QS. Al-A’raf: 123). Sebuah pelanggaran serius. Izin adalah tanda kekuasaan, simbol kewibawaan. Meski sejatinya Fir’aun marah besar atas kejadian ini karena mengguncang eksistensi kekuasaannya, tapi diksi yang dipilih lebih kepada izin, pelanggaran aturan bukan persoalan menerima kebenarannya. Citra pun tetap terjaga.

Ketiga, kebijakan menentang pembawa kebenaran itu.

Pada akhirnya, semua ahli sihir yang beriman dihukum mati olehnya. Fir’aun memberi pesan kuat pada Musa bahwa ia mampu memberi hukuman kejam kepada siapapun yang coba melawannya. Fir’aun menegaskan, “Sungguh kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya,” (QS. Thaha: 71). Fir’aun sombong dan menolak risalah yang dibawa oleh Nabi Musa. Bahkan dia tasbihkan dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi. “Akulah tuhan kalian yang paling tinggi.” (QS. An-Naziat: 24)
Begitulah. Ketika Allah dirasa terus memberi dunia kepada orang-orang yang zalim, sesungguhnya Allah hendak menyesatkannya sampai jauh, hingga ia sampai pada titik tidak bisa lagi kembali untuk mendapat petunjuk. Allah mencabut nyawa Fir’aun saat tobatnya sudah tak lagi diterima, sesaat sebelum ditenggelamkan Allah di laut Merah. It’s too late.

Selesai? Belum.

Masih ada pertanyaan lain yang mengganjal! Apa itu abah? Pasti ada support system yang membuat Fir’aun merasa mantap memilih jalan sesat! Yap, betul sekali. Support system terkuat itu bernama Haman, Qorun juga Bal’am.

Haman. Sosok politisi dan pejabat yang melacurkan iman dan ilmunya untuk jabatan dan materi. Fir’aun memberinya posisi penting sebagai menteri segala urusan. Yang paling monumental adalah sebagai pelaksana proyek pembangunan menara langit yang akan digunakan Fir’aun untuk melihat Tuhannya Musa. Unjuk eksistensi bahwa Fir’aun memang layak jadi tuhan. Pembuatan menara itu melibatkan 50.000 pekerja. Di atas menara itu, Fir’aun menembakkan panah dari puncak menara untuk mengalahkan Tuhannya Musa. Fir’aun mencoba membohongi Musa bahwa Tuhannya telah mati dengan menunjukkan anak panahnya yang telah dilumuri darah. Hamanlah yang membuat Fir’aun menolak misi risalah Musa. Haman pun berakhir hidupnya mengenaskan bersama kesetiaannya kepada Fir’aun, tenggelam bareng di laut Merah.

Qorun. Pebisnis serakah lagi kufur nikmat. Sebelumnya dia miskin namun sangat saleh. Atas doa Nabi Musa as, Allah melimpahkan kekayaan yang luar biasa. Dalam surah al-Qashash ayat 76 dikisahkan bahwa Qorun pernah memamerkan kekayaannya. Saat itu, dia keluar dengan pakaian super mewah didampingi 600 pelayan. Dikelilingi 4.000 pengawal, diiringi 4.000 binatang ternak, dan 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci gudang kekayaannya. Namun sayang, setelah kaya raya, Qorun menjadi sombong dan menggunakan hartanya dalam kesesatan dan kezaliman. Tak hanya durhaka pada Allah, dia pun mengkhianati Nabi Musa, membela Fir’aun. Qorun pun mati tertimbun ke dalam tanah beserta seluruh hartanya.

Bal’am. Ahli agama yang melacurkan iman dan ilmunya untuk dunianya dan dunia orang lain (penguasa). Semula ia adalah pengikut Nabi Musa yang ditugaskan untuk mendakwahi penduduk Madyan dan membuka jalan bagi masuknya risalah. Namun kemewahan dunia yang ditawarkan penguasa Madyan membuatnya gelap. Ketika doanya tak lagi dikabulkan Allah Swt, akhirnya, ia pun mencegah kedatangan Nabi Musa dengan memprovokasi penduduk Madyan untuk memberi sambutan kemewahan dunia bagi rombongan Nabi Musa. Sambutan ini ternyata membuat banyak pengikut Nabi yang terlena. Kehidupan di Madyan pun menjadi liar. Sejarah mencatat, Bal’am mati bersama wabah thoun yang melanda Madyan. Bal’am dicatat dalam Al-Qur’an sebagai manusia sesat dan menggonggong seperti anjing sebagaimana dalam surat al-A’raf 174-177.

Keempatnya berakhir mengenaskan. Pelajaran buat kita. Mau bebal sampai kapan?

Ayo segera bertobat sebelum semua terlambat. Jangan sampai su’ul khatimah seperti kwartet Fir’aun, Haman, Bal’am dan Qorun. Bersegera kembali ke jalan Allah. Tak ada jalan lain. Tapi jangan berhenti di sini, teruskan, masuklah ke dalam barisan yang diperankan oleh Nabi Musa as. Jadilah penegak kebenaran, penebar dakwah Islam kaaffah untuk menyelamatkan negeri ini dan dunia.

Trully Muslimpreneur, tetaplah dalam koridor Bisnis, Ngaji dan Dakwah! Barakallahu Fikum.

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts