assalim

Share

Oleh: M Azzam Al Fatih

Dakwah secara bahasa artinya memanggil, mengundang, dan imbauan. Dakwah juga bisa diartikan sebagai seruan atau ajakan. Abdul Wahid dalam bukunya Gagasan Dakwah mengatakan, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata da’a-yad’u-da’watan. Kata tersebut memiliki kesamaan makna dengan an Nida’ yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.

Dalam ajaran Islam yang agung, Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Hal ini disebutkan di berbagai ayat Al Qur’an diantaranya 

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ بَعْدَ اِذْ اُنْزِلَتْ اِلَيْكَ وَا دْعُ اِلٰى رَبِّكَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 

“dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau (Muhammad) untuk (menyampaikan) ayat-ayat Allah, setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah (manusia) agar (beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik.”
(QS. Al-Qasas Ayat 87)

Dan masih banyak ayat yang serupa lainya tentang kewajiban dakwah. Namun ayat-ayat di atas telah menegaskan bahwa dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Di balik wajibnya dakwah, tentu Allah SWT menyediakan pahala yang besar, bahkan tergolong pahala jariyah. 

Maka melaksanakan kewajiban dakwah menjadi pilihan terbaik bagi setiap muslim. Mengajak dan menyeru untuk taat kepada Allah SWT. Semangat dan Istiqomah dalam menjalankan demi meraih pahala yang telah Allah SWT sediakan.

Namun, dalam menjalaninya tentu banyak ujian, cobaan dan gangguan. Salah satu ujian yang hadir pada aktivitas dakwah adalah finansial keuangan. Ada tiga bagian ujian dalam bentuk Finansial uang.

1.Kekurangan  finansial

Kadang hal ini menjadi hambatan bagi pengemban dakwah. tidak dipungkiri bahwa dakwah membutuhkan finansial uang. Melakukan perjalanan tentu membutuhkan uang. Apalagi bagi seorang laki-laki tentu merangkap imam keluarga. Ia harus mencukupi kebutuhan anak dan istrinya. Sebab dalam hal ini dia memenuhi dua bagian kebutuhan  yakni memenuhi nafkah keluarga yang menjadi kewajiban dan kebutuhan dirinya untuk menunjang aktivitas dakwahnya.

Ketika dihadapkan pada ekonomi yang lemah, tentu menjadi hambatan bagi pengemban dakwah. Dan inilah letak ujian  bagi pengemban dakwah. Dia dihadapkan dua pilihan antara pemenuhan kebutuhan keluarga yang menjadi wajib dengan aktivitas dakwah yang menjadi wajib pula. kemudian dia dibenturkan dengan ujian berat, yakni meninggalkan dakwah atau tetap Istiqomah. Karena tidak dipungkiri, hal ini menjadi benturan pilihan baginya.  Namun, Bagi pengemban dakwah yang bijak, tentu akan tetap Istiqomah dengan tetap berusaha semaksimal mencari solusi kebutuhan finansial untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun dakwah sampai Allah SWT memberi pertolongan. Sebab, dia yakin atas ayat Allah SWT

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 7).

Dia tidak akan menyerah meski ada hambatan tersebut membentur sangat keras. Tetap Istiqomah dalam samudra dakwah.

2.Kemewahan Finansial

Ujian ini pun datang kepada pengemban dakwah. Kemewahan dan gelimang harta pun menjadi ujian. Kadang pengemban dakwah dibuat lupa dengan kewajibannya, manakala Nafsiyah dirinya lemah. Nafsu yang ada pada dirinya terus berperan untuk memalingkan dari dakwah dengan berfoya-foya, jalan-jalan, dan kehidupan glamor lainnya. Namun bagi pengemban dakwah yang bijak ia dapat memanfaatkan hartanya demi perjuangan dakwahnya. Shodaqoh, infak, dan wakaf tidak dilupakan. Sebagaiman Abdurrahman bin auf sahabat Rasulullah Saw atau Khodijah istri Rasulullah Saw.

3.Tawaran kemewahan hidup.

Ujian ini hadir pula untuk pengemban dakwah, namun ujian datang tatkala keberhasilan dakwah hampir membuahkan hasil atau dirinya sangat berpengaruh terhadap umat islam. Ujian tawaran kemewahan hidup dan jabatan. Tawaran ini datang dari musuh Allah SWT, yang merasa terganggu eksistensinya manakala dakwah Islam berhasil. Pengemban dakwah dihadapkan atas dua pilihan juga, meninggalkan atau tetap menjalankan Kewajiban dakwah.

Meninggalkan demi tawaran kemewahan hidup,  tentu pilihan yang rugi karena telah menjual kenikmatan akhirat yang kekal dengan kenikmatan dunia yang sesaat. Sebaliknya menolak tawaran dan tetap Istiqomah dalam dakwah adalah pilhan orang mukhlis. 

Rasulullah Saw pun pernah ditawari oleh orang kafir untuk berhenti berdakwah melalui paman beliau, Abu Tholib. Namun Rosulullah Saw menolaknya dengan tegas seraya bersabda ,”Wahai paman, seandainya matahari di letakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan usaha dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa dalam perjuangan itu.”

menghiraukan tawaran Uang, jabatan, wanita, atau kemewahan hidup lainya adalah pilihan yang tepat, sebab ia tetap ingin mengharapkan kemuliaan hidup di dunia buah penerapan Islam dan kenikmatan akhirat buah pahala dakwah dan kewajiban lainnya.

Demikianlah, ujian dakwah dalam bentuk uang dan kemewahan hidup. Semoga para pengemban dakwah terpercaya dapat melalui ujian tersebut sehingga tujuan dakwah segera terwujud.
Aamiin.[]

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts