Fokus Pada Perubahan Sistem
Oleh Ihsan Paradigma
Ramainya pembahasan calon presiden (capres) membuat atensi kita seakan terfokus ke sana, seakan para capres ini akan membawa arah perubahan baru. Seakan sosok-sosok ini akan membuat Indonesia kedepan akan lebih sejahtera dan lebih baik dalam waktu cepat.
Harusnya kita belajar dari pengalaman dan sejarah. Siapapun capresnya jika sistem yang kita bangun masih begini saja, yakin 100% nasib rakyat Indonesia tidak akan berubah bahkan bisa lebih parah.
Jika kita recall kembali ingatan kita 25 Tahun lalu mulai dari jatuhnya Soeharto tahun 1998 di mana rakyat ingin ada pemimpin yang baru membuat rakyat Indonesia seperti terlepas dari (yang dianggap) kesengsaraan karena rakyat tidak sejahtera.
kita mengangkat presiden-presiden baru seperti Habibie, Gusdur, Megawati, SBY hingga saat ini Jokowi. Fakta yang kita dapatkan adalah semakin sengsara dan semakin hancur perekonomian, hukum, pendidikan, dan sendi-sendi kehidupan kita banyak terpecah.
Bayangkan utang indonesia mencapai mencapai Rp 7.861 triliun (katadata.co.id) rasio gini pun sangat melebar. Jika ditarik data kemsikinan ukuran PBB USD2/hari maka lebih dari 100 juta rakyat indonesia terkategori miskin, ditarik dari garis kemiskinan menurut BPS Rp 535.547 per kapita maka Jumlah penduduk miskin pada 2022 sebesar 26,36 juta orang.
Korupsi semakin menggila, kejahatan begal di mana-mana, perceraian semakin meningkat, dan lain-lain.
Apakah sistem seperti ini yang perlu kita pertahankan? Inti persoalan kita bukan pada sosok siapa capres yang tepat, sistem politik, negara, dan ekonomi kitalah yang menjadi titik persoalan utama.
Karena siapapun presidennya dia tetap akan menjalankan sistem APBN dan sistem undang-undang buatan manusia yang rusak dan tidak sesuai dengan syariat. Jika seperti itu kira-kira kalau presidennya Superman pun apa bisa berhasil jika melawan aturan Allah?[]