Yahudi Dan Oligarki Dunia

Last Updated: 28 Mei 2021By

Oleh : Bung Abid

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. { Al Baqarah ( 2) 143 }.

Ambisi Zionis terhadap Palestina memang senantiasa sejalan dengan ambisi negara-negara imperialis, yang juga banyak didominasi oleh elit Yahudi. Sebaliknya, Israel bisa dijadikan sebagai alat untuk berbagai kepentingan politik negara imperialis. Ezer Weizman, mantan Presiden Israel pun menyebutkan, “Seandainya tidak ada Israel, maka tidak ada pihak yang membantu kepentingan kerajaan Inggris”. Pernyataan serupa oleh Collin Powel, Mantan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat. Mengatakan “Sungguh, kami telah berada di pihak Israel sejak berdirinya dan kami akan selalu bersama Israel sepanjang sejarahnya”.

Mengakarnya politik oligarki yang mencengkram dalam idiologi kapitalis sekuler sebagai metode operasional demokrasi, menggambarkan bahwa kehancuran politik demokrasi di dunia bahkan Indonesia akan menyuburkan kejahatan perusak birokrasi dalam bingkai regulasi. Oleh karenanya, pembuat kebijakan ataupun wacana politik kerap kali harus disesuaikan dengan kepentingan para oligarki yang “bermain di belakang panggung”.

Peran yahudi dan wataknya sebagai aktor intelektual di balik layar dengan berbagai aktivitas gelapnya dalam mempermainkan peta politik dan ekonomi dalam lingkar oligarki dunia. Bertindak sekehendak hatinya bukanlah rahasia lagi. Jauh sebelum Israel berdiri di bumi Palestina, bahkan sebelum terjadinya revolusi industri di Inggris, renaissance di Prancis, dan aufklarung di Jerman, cengkraman taring maut Yahudi telah berbicara.

Jeratan sistem ekonomi ribawi, jeratan utang dan penguasan sumber daya dunia mengokohkan keberadaan Oligarki dalam idiologi kapitalisme. Di samping itu mereka pun menguasai dan memonopoli perdagangan produk-produk strategis, serta seluruh kebijakan ekonomi dunia dalam pasar kotor Ekonomi Kapitalisme.

Charles Lipson (Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Chicago), dalam artikelnya yang berjudul, “American Support for Israel: History, Source, Limits.” menyatakan bahwa kepentingan AS di Timur Tengah adalah termasuk mengamankan aliran minyak dari Teluk Persia, memperlambat proliferasi nuklir, dan membantu negara-negara sahabat dalam menghadapi gerakan fundamentalis yang sejatinya tidak pernah ada dan terjadi.

Kepentingan AS terhadap minyak Timur Tengah tampak pada dokumen luar negeri AS tahun 1944 yang menggambarkan semenanjung Arabia sebagai “suatu sumber besar bagi kekuasaan strategis dan hadiah material terbesar dalam sejarah dunia.

Maka, siapa saja yang dapat mengendalikan minyak, sejatinya ia memiliki sarana untuk menguasai dunia. Dan Allah SWT menganugerahkan potensi sumber daya alam yang melimpah ruah dan tanah yang subur untuk negeri kaum muslimin. Oleh karenanya, peran negara imperialis seperti AS di Timur Tengah, adalah terkait dengan Islam, letak strategis, negara Yahudi, penjajahan, dan minyak.

Bahaya atas kendali umat Islam di kawasan Timur Tengah serta potensi bangkitnya kekuatan umat Islam, sejak awal telah disampaikan oleh Henry Campbell-Bannerman (Perdana Menteri Inggris 1905-1908).

“Ada sebuah bangsa (umat Islam) yang mengendalikan kawasan yang kaya akan sumber daya yang nampak dan tersembunyi. Mereka mendominasi persilangan jalur perdagangan dunia. Tanah mereka adalah tempat lahirnya peradaban dan agama-agama. Bangsa ini memiliki satu keyakinan, satu bahasa, sejarah, dan aspirasi yang sama. Tidak ada batas alam yang memisahkan mereka satu sama lain.

Jika, suatu saat, bangsa ini menyatukan dirinya dalam satu negara, maka nasib dunia akan berada di tangan mereka, dan akan memisahkan Eropa dari bagian dunia lainnya.

Baruch Spizona seorang Yahudi tulentulen, membeberkan hakikat rahasia invisible hand termasuk
masalah yang riskan. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau para tokoh
agama, para penulis dan politisi bersikap pura-pura tidak mengetahui
permasalahan, yang pada hakikat-nya telah ikut memperkokoh kegilaan
yang berkepanjangan’ itu.

Dunia terbagi menjadi dua dalam menghadapi kekuatan yahudi. Golongan yang terjebak dan dicengkeram keras oleh kuku iblis Yahudi, dan oleh jeratan utang pemerintah ‘Pemilik Modal Internasional’. Pola pikir, moral dan ideologi yang mereka anut bisa dikendalikan oleh kekuatan tersebut menuju perjalanan yang sengaja telah dipasang oleh Zionisme Internasional.

Golongan yang memahami adanya kenyataan berbagai pihak di balik
layar itu, mereka belajar dari pengalaman pahit dan malapetaka yang pernah mereka alami, akibat tangan kotor Yahudi itu. Dalam golongan ini termasuk kaum Muslimin, karena mereka merupakan sasaran bagi persekongkolan Zionisme Internasional yang mewakili kekuatan jahat dan dendam kesumat terhadap kemanusiaan.

Keberadaan Idiologi Kapitalisme dan Oligarki dunia dengan segudang malapetaka seharusnya membuka cakrawala Pemerintah, dan segenap element kekuasaan untuk secara objektif menilai bahwa solusi satu satunya adalah dengan Idiologi Islam melalui sistem Ekonomi Islam sebagai penyelamat Indonesia dan dunia dari penjajahan ekonomi dan kebangkrutan. Islam mempunyai dimensi pemerintahan, politik, ekonomi dan kenegaraan yang mengisyaratkan kedekatan negara dengan agama.

Menjadi ummat terbaik adalah dengan memiliki visi dan misi yang terarah pada sebuah solusi kebangkitan peradaban Islam yang Agung, Menjadikan basis ideologi Islam yang menjadi ruh aktivitas ummat Islam akan menjadikannya bergerak menentang segala upaya kejahatan oligarki dalam bingkai idiologi kapitalis sekuler.