Kapitalisme Global Dengan Jebakan Utang Dan Jurus Solusi Parsial

Last Updated: 3 April 2020By

Oleh : Abah Widad.

Aliansi Pengusaha Muslim – Utang sudah menjadi kebiasaan pemerintah Indonesia, dalam kwartal kedua tahun 2019 kemarin utang pemerintah meroket, yang oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III 2019 dengan *total utang Indonesia adalah USD 395,6 miliar atau Rp 5.567 triliun (USD 1 = Rp 14.074). Utang itu terdiri atas ULN publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 197,1 miliar dan ULN swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 198,5 miliar dolar. Dan tiap tahunnya cicilan bunga utangnya saja (baca : riba) sekitar 240an Triliun. Hadeeh…

Jebakan Utang Terus Ditebar

Ibarat bayi yang baru 5 bulan, sedianya masih merangkak, “di-dopping” dengan “obat lari kencang” high quality, maka akan “kaget” bayi tersebut, dan langsung ngos-ngosan walau baru lari sejauh 3 meter. Hingga akhirnya lemas dan terkapar di jalanan. Sungguh kasihan khan. Utang telah akibatkan masyarakat dan negara ini pun jadi kecanduan…

Negara kita kini kembali tertimpa musibah, namun jebakan utang ditebar pula oleh IMF dan atau WB. Padahal utang yang ditebar, sesungguhnya merupakan jebakan nyata, yang akan menjadikan negara kembali terperosok dalam jurang utang dengan riba yang ganas oleh Kapitalis Global, via IMF dan WB. Subhaanalloh.

Ibarat bayi 5 bulan yang “didopping” over dosis di atas, negara inipun juga bisa kelimpungan. Sumber daya alam yang kaya raya, pada akhirnya “diserahkan” pada pemberi utang, via pengusaha kapitalis tamak, akan eksploitasi semaunya hingga perampokan sumber daya alam nyaris dilakukan dengan “jebakan” utang tadi. Namun lagi-lagi, jurus utang ini nampaknya kembali akan ditempuh pemerintah, dengan terbitkan Perppu guna bisa “sah” hasilkan Surat Utang.

Solusi Parsial Pasti Terjungkal

Dalam ranah penyelesaian problem musibah Covid-19 ini pun, masih ada pernyataan dari tokoh maupun pejabat yang seenak nafsunya sendiri. Dengan membebek pada Negara-negara Barat yang imperialis, China yang komunis dan perpaduan dari budaya yang sinkretikis. Dengan merubah undang-undang yang telah disepakati pada 2018 misalnya, diganti dengan Perppu 2020. Serta perubahan porgram yang nyatanya tidak jernihkan suasana. Namun justru nambah keruh kondisinya, hingga nambat ruwet ibarat benang kusut musibah demi musibah. Pemerintah terlihat jelas ingin lepas dari tanggung jawab melindungi dan melayani kebutuhan pokok atau dasar dalam pertahankan kehidupannya sehari-hari. Kalau kita liat kelucuan yang ada, tidak berani lock down, diputuskan Darurat Sipil, dikritik masyarakat… ehh kini jadi Darurat kesehatan dan pembatasan sosial berskala besar. Nampak jelas bahwa pemerintah tidak mempunyai grand strategy yang jelas. Serta lambat sekali dalam respon terhadap problem masyarakatnya.
Keberadaan visi hanya mentok di dunia saja, alias sekulerisme ini menjadikan hitung-hitungan materi dan untung-rugi dalam keuangan. Sungguh ini merupakan keprihatinan mendalam kita, saudara pembaca yang budiman.

Solusi Islam yang Relevan dan Benar

Islam sebagai agama yang memiliki aturan sempurna, sangat respect terhadap problema di atas. Yang merupakan ekses keserakahan Kapitalisme Global. Visi kehidupan dalam Islam sangat bermakna bahkan jangkauannya hingga akhirat nantinya.

Betapa tidak, Islam mengatur bahwa Pemimpin adalah pemelihara dan pelayan masyarakat, dalam rangka wujudkan kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan dslam kehidupan. Bukan hanya di dunia semata, namun hingga ke Surga sana. Maka buka dengan utang yang jadi solusi buat problem. Apalagi utang dengan riba, tentu diharamkan dan dilarang keras dalam sistem Islam.

Dalam bencana kemanusiaan, maka Islam menggariskan pemerintah atau negara harus menjamin kebutuhan pokok warga. Bahkan pemimpin merupakan perisai, tameng bagi masyarakat. Sehingga perihal Covid-19 ini, maka dari awal sudah di stop (lock down) dengan pemberian bahan kebutuhan pokok ke seluruh warga. Iyaa dengan Baitul maal yang berlimpah, negara kan all out urus dan layani masyarakatnya. Dari sini penyelamatan nyawa dari warga negara diutamakan, biarlah ekonomi mungkin sedikit goyang, di sinilah bedanya sistem Islam yang sayang dan cinta pada warga negaranya. Tidak seperti sistem turunan dari sekulerisme yang diterapkan negara.

Utang kini bisa difahami merupakan jebakan, apalagi oleh WB maupun IMF. Dijamin pasti merugikan negara debiturnya. Tentu beda dengan solusi Islam yang komprehensif, memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia. Khilafah sebagai manifestasi sistem pemerintahan dalam Islam, akan ekstra keras berjuang untuk salurkan segala hal dipunya, guna segera tuntaskan Covid-19 ini.

Evaluasi yang mendasar akan dilakukan oleh negara, termasuk upaya preventif, dari awal negara harus sigap dalam deteksi awal fenomena virus sehingga dengan segera antisipasi penyebarannya. Ajakan untuk memohon ampunan atas kemungkaran, kemaksiatan yang diperbuat, dengan berupaya untuk melakukan kebaikan-kebaikan ini akan digemakan oleh negara, maka hal ini akan menjadi pengokoh semangat warga untuk terus berdisiplin pada kebersihan, darinya akan terus menjadikan suasana berlomba-lomba dalam kebaikan, akan berdampak luas hingga tak lama musibah akan mudah dilenyapkan, dengan seizin Alloh Ta’aala.

Apalagi syariah Islam yang mulia, sedemikian detail mengajarkan bagaimana saintek bisa dikelola maksimal guna menemukan anti-virus dan obat yang mujarab sesuai dengan kaidah farmasi dan kedokteran yan update. Maka dengan dekat dan taat pada Alloh maka iman dan jiwa akan kuat nan kokoh, serta imun meningkat dan raga akan sehat wal ‘aafiyat.