Fokus Ekonomi

BUKTI SELF DESTRUCTIVE-NYA KAPITALISME, SOLUSI MASALAH MENGHASILKAN MASALAH

Fokus Ekonomi Assalim.id
Oleh: Pujo Nugroho

Assalim.id – Sebanyak 31 negara tercatat berisiko mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut pada periode 2022-2023. Hal ini dipicu oleh ketidakpastian global yang semakin tinggi akibat perang dan krisis biaya hidup berupa inflasi yang melonjak. Dampaknya inflasi tinggi di berbagai negara.

Bank for International Settlements memperkirakan setidaknya 60% negara memiliki tingkat inflasi tahunan di atas 5%. Sementara di negara berkembang, lebih dari setengahnya memiliki tingkat inflasi di atas 7%.

Mengacu pada Refinitiv, Jerman menyentuh rekor inflasi tertinggi sejak 41 tahun di bulan April dan berada di level 7,4%. Angka inflasi tersebut telah naik secara dua bulan beruntun dipicu oleh kenaikan harga barang yang meningkat 12,2% dan harga energi yang melonjak 35,3% secara tahunan.

Amerika Serikat (AS) menyusul dengan rekor inflasi tertinggi sejak 1982 atau 40 tahun di 8,3% di bulan April.

Self Destructive Kapitalisme

Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi saat ini terjadi karena krisis perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan krisis pangan dan krisis energi. Mengingat Rusia merupakan eksportir minyak dan gas bagi negara-negara Eropa. Rusia dan Ukraina juga merupakan produsen bahan pangan berupa gandum. Akibatnya harga energi dan pangan sangat tinggi saat ini secara global saat ini.

Secara umum negara-negara kapitalisme, terlebih lagi negara-negara maju merespon inflasi dengan menaikkan suku bunga. Suku bunga menjadi bagian instrumen bank sentral untuk membantu menekan angka inflasi.

Dengan suku bunga yang dinaikkan diharapkan tingkat permintaan atas barang dan jasa akan menurun. Publik diharapkan menahan uang mereka dan memilih untuk menyimpannya di bank karena bunga yang sedang naik. Dengan begitu harga barang dan jasa akan turun seiring turunnya permintaan barang dan jasa (demand).

Pada 22 September 2022 Bank Sentral AS (Federal Reserve atau The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin. Ini merupakan kenaikan kelima sepanjang tahun ini. Sebelumnya The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya pada 17 Maret, 5 Mei, 16 Juni, dan 28 Juli.

Namun kenaikan suku bunga ini bukan tanpa risiko. Kenaikan suku bunga akan memberikan beban kepada pelaku ekonomi.

Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya aktivitas ekonomi, biaya modal, dan ekspektasi pengembalian pinjaman utang bagi investor.

Pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman atau sedang meminjam dari bank sebagai modal usaha akan semakin terbebani oleh suku bunga pinjaman yang semakin besar.

Dampaknya dunia usaha menjadi lesu karena beban suku bunga ini. Bentuknya menurunnya aktivitas produksi. Akhirnya marak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Padahal inflasi telah menyebabkan PHK itu sendiri.

Pada Jumat (19/8/2022) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan sepanjang bulan Juli terjadi PHK sebanyak 40.900 orang. Ini merupakan kali pertama terjadi sejak Oktober 2021 yang disebabkan inflasi.

Di AS Perusahaan Fintech mengumumkan pengurangan 268% pekerjaan pada Mei 2022 daripada dalam empat bulan pertama 2022, kata laporan dari Challenger, Gray & Christmas. Begitu pula perusahaan seperti Snap Inc. dan Microsoft (investor.id, 3/6/2022).

Begitu juga di dunia start up teknologi. PHK massal melanda di banyak perusahaan start up teknologi di banyak negara.

Namun demikian Kenaikan suku bunga terus dinaikkan demi menekan inflasi tanpa peduli PHK terus terjadi. Seperti yang diungkapkan Presiden The Fed wilayah Chicago, Charles Evans.

“Pada akhirnya, inflasi adalah hal yang paling penting untuk dikendalikan. Itu adalah tugas utama. Stabilitas harga bisa menjadi landasan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan,” kata Evans, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/10/2022)

“Jika tingkat pengangguran naik itu disayangkan, jika kenaikannya besar maka akan menyulitkan. Tetapi stabilitas harga membuat masa depan lebih baik,” tambahnya.

Pernyataan tersebut membuat pasar finansial global terpuruk. Bursa saham Amerika Serikat jeblok kembali merah, indeks Nasdaq yang paling parah merosot lebih dari 1% dan berada di level terendah dalam dua tahun terakhir.

Jebloknya kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya bisa menyeret bursa Asia pada perdagangan Selasa (11/10/2022).

Tidak hanya saham, harga emas pun ikut merosot lebih dari 1,5% kemarin. Bahkan logam mulia sudah merosot dalam 4 hari beruntun dengan total lebih dari 3%.

Islam sebagai Solusi

Memainkan suku bunga bukanlah solusi tuntas. Bahkan menimbulkan masalah lain dan memperburuk keadaan. Seperti yang disebutkan di atas. Inilah bukti self destructive-nya kapitalisme. Terlebih lagi bunga perbankan adalah riba yang dosanya termasuk dosa besar. Jadi, menjadikan bunga bank sebagai instrumen menjaga kondisi ekonomi tentu hal yang tidak mungkin sedari awal.

Dalam Islam inflasi ditangani dengan upaya negara menghadirkan barang yang mengalami kelangkaan tersebut dengan maksimal. Negara mengupayakan pendanaannya dari Baitul Maal. Di mana Baitul Maal memiliki sumber pendanaan yang besar dari pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki negara.

Kelangkaan barang juga di tangani negara dengan meningkatkan kebersamaan antar-sesama. Persaudaraan antar-sesama di dalam Islam sangat dijunjung tinggi.

“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada musim paceklik di era pemerintahan Umar bin Khattab radliallahu’anhu, Umar mengirim surat ke berbagai wali (gubernur)-nya untuk meminta bantuan.

Abu Ubaidah paling cepat memenuhi seruan Umar. Empat ribu unta bermuatan penuh bahan pangan segera dikirim. Dari Palestina, Amr bin Ash mengirimkan makanan lewat jalur darat dan laut. Ada tepung dan lemak, bersama seribu unta. Dari Syam, Mu’awiyah juga mengirim tiga ribu unta, sedang Sa’ad mengirim seribu unta bermuatan tepung. Mantel, selimut, dan pakaian turut dikirimkan bersama bahan pangan. Solidaritas terjalin kuat di kalangan Muslimin.

Islam juga melarang penimbunan, penipuan harga, dan monopoli.

Islam juga melarang aktivitas yang mengakibatkan bencana yang berujung pada kematian atau kelangkaan pangan seperti peng-rusakan hutan, tambang tanpa pengelolaan lingkungan, dll.

“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS al-Baqarah:11-12).

Untuk komoditas yang sangat bergantung dari luar, negara harus bersungguh-sungguh menciptakan kemandirian juga menyiapkan dan mengamankan stok dengan berbagai upaya.

Hal ini wajar mengingat di dalam syariat Islam keselamatan kaum muslimin menjadi urusan prioritas. Dalam fiqih dikenal kaidah,
“Tasharruful imam ‘alar ra’iyyah manuthun bil maslahah”
(Kebijakan imam bagi rakyat harus berdasar (upaya menghadirkan) maslahah).

Karena itu sistem Islam jauh lebih baik dibanding kapitalisme. Wallahua’lam.[]

Related posts
Fokus Ekonomi

SISTEM EKONOMI ANTI RESESI

oleh. M. Ihsan YSSekjen ASSALIM Sebenarnya resesi itu harusnya terjadi tahun 2021, tapi di pause…
Read more
Ulasan Utama

SUBSIDI DIANGGAP BEBAN, WUJUD NEGARA “BUDAK” KAPITALISME NEOLIBERAL

Fokus Utama Assalim.idOleh: Agan Salim Assalim.id – Jika kita mencermati kebijakan ekonomi…
Read more
Ulasan Utama

POTENSI 60% NEGARA MISKIN BANGKRUT DAN BETAPA DESTRUKTIFNYA KAPITALISME GLOBAL

Ulasan Utama Assalim.idOleh: Pujo Nugroho Assalim.id – Kondisi ekonomi global kini dalam…
Read more