Fasadnya Perang Dagang Ala Kapitalis-Sosialis

Last Updated: 2 Juli 2020By

Aliansi Pengusaha Muslim – Analis dari Moody’s Analytics, Steven G. Cocrane dan Katrina Ell menyatakan resesi ekonomi berpotensi meningkat imbas perang dagang yang tak kunjung usai. Dia mensinyalir “Perang dagang telah bereskalasi melampaui prediksi. Peluang terjadinya resesi global,” ujar mereka, dilansir dari The Star, Kamis (22/08/2019).

Selain itu, Goldman Sachs Group juga menyatakan hal serupa. “Kami telah meningkatkan perkiraan kami dari perang dagang (adanya resesi global),” katanya. Sementara itu, chief economist Morgan Stanley, Chetan Ahya, mengungkapkan jika risiko terjadinya resesi global meninggi dan akan semakin naik (Liputan6.com).

Setelah runtuhnya Daulah Islamiyah dan disusul Uni Soviet, Negara pengusung ideologi kapitalisme mensakralkan kepentingan dengan menjadikan azas manfaat sebagai motivasi utama untuk mengontrol finansial dan ekonomi dunia, secara unilateral menjadi kekuatan pendorong utama dalam persaingan imperialisme di antara negara-negara besar. Tak terkecuali US dan Cina saat ini.

Perang sejatinya menunjukkan adanya permusuhan atau ketegangan di antara dua pihak. Tak harus selalu dalam bentuk pertempuran bersenjata, perang juga bisa terjadi dalam upaya menjaga dan mempertahankan stabilitas ekonomi suatu negara. Berkenaan dengan hal itu, perang dagang dapat dipahami sebagai ketegangan ekonomi di antara dua negara yang sebelumnya saling bekerjasama atau terikat dalam hubungan dagang.

Dalam kamus ekonomi, perang dagang merupakan konflik ekonomi yang diwujudkan dengan pemberlakuan kebijakan pembatasan impor antar-negara. Pembatasan impor tersebut antara lain dengan meningkatkan bea masuk barang, melarang barang tertentu diimpor, membuat standard barang yang masuk menjadi lebih tinggi, barang tertentu harus diuji lagi dan mendapat sertifikasi tambahan, dan lainnya.

Adapun tujuan dari perang dagang ini adalah untuk merugikan perdagangan negara lain/lawan. Contohnya seruan Donald Trump terkait eskalasi bea masuk tarif impor untuk produk-produk dari China terutama baja dan aluminium memicu perang dagang antara AS dengan negeri Tirai Bambu tersebut. Hal ini berdampak pada nilai ekspor China yang anjlok mengingat AS merupakan pasar bagi produk baja dan aluminium dari China. China membalas dengan menaikkan bea masuk tarif impor untuk produk AS, seperti kedelai, minuman anggur, dan buah-buahan. Bagi AS, China merupakan pasar terbesar sehingga AS menjadi negara pemasok terbesar untuk produk-produk tersebut di China.

Perang ini akhirnya menyandera perdagangan negara satu sama lain. Tak hanya merugikan negara lawan, pembatasan impor dalam perang dagang ini justru merugikan perekonomian dunia secara signifikan, tak terkecuali dampaknya sampai ke negeri ini.

Sungguh perang dagang seperti ini adalah watak asli dari negara adidaya di dunia yang mengadopsi paham kapitalisme yang hanya berorietasi pada kapital (modal/materi) terhadap negara-negara yang menyainginya. Perang seperti ini hanya akan membawa kesenggaraan yang kian dalam pada perekenomian dunia dan tata kelola peradapan dunia saat ini.

Di dalam perspektif Islam, pilihan perang memang opsi yang bisa dipilih, tapi nilainya jauh dari nilai-nilai kotor kapitalis liberal dan neo-sosialis seperti saat ini. Perang dalam Islam bertujuan membebaskan manusia dari kezaliman, bukan sekadar adu kekuatan, pembumihangusan sebuah negara untuk dijarah kekayaannya, dijajah ekonominya sebagaimana yang dipraktikkan negara-negara Imprialis saat ini.

Perang dalam Islam memiliki aspek ruhiyah yakni didasari aqidah Islam dan diatur dengan syariat Islam. Lhatlah bagaimana sejarah Fathul Makkah yang berakhir damai, berhasil menghapuskan kemusyrikan, dan menghilangkan berbagai praktik zalim yang terjadi di era jahiliyah.

Dan perang dalam Islam, juga bukan satu-satunya jalan menyebarkan Risalah Ilahi. Pertama-tama, Islam disebarkan dengan dakwah. Yakni dengan hikmah, mauidhah hasanah (nasihat kebaikan), dan jidal (debat yang baik). Seperti negeri ini yang ditaklukkan Islam secara damai melalui dakwah.

Sungguh tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia dari sistem kapitalis sosialis saat ini dengan konflik kotor yang mereka lakukan saat ini kecuali dengan munculnya kembali peradaban Islam, yang akan menyudahi carut marutnya sistem politik ekonomi dengan trik perang dagangnya yang hanya menghasilkan kesengsaraan dan resesi dunia saat ini.[] Agan Salim