Categories: Fokus Ekonomi

assalim

Share

Oleh : M Azzam Al Fatih

Manusia adalah makhluk yang paling istimewa di sisi Allah SWT. Saking istimewanya Allah SWT menghendaki kehidupan yang sejahtera dengan menyediakan sumber penghidupan  melimpah. terbentang dari ufuk timur hingga barat, Utara hingga selatan yang ada di darat maupun yang di bumi. Bahkan Allah SWT sediakan Oksigen secara gratis. 

Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 6.

وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Anehnya,  kehidupan tersebut tidak terwujud. Yang ada hanyalah kesengsaraan dan kedzaliman terhadap rakyat kecil. Apalagi di abad Kapitalisme, Zaman di mana kehidupan kelihatan serba ada dan mewah. Jalan – jalan semakin lebar dan halus, mobil mewah banyak,  motor melimpah, alat komunikasi pun menambah gemerlapnya zaman Kapitalisme. Namun sebenarnya, itu semua hanyalah kilauan di depan mata. Di balik kemewahan tersebut terdapat jutaan rakyat kecil hidup dalam kesengsaraan dan kedzaliman.

Berdasarkan Al Qur’an surat Hud ayat 6, Kapitalisme telah merampas hak setiap individu muslim. Sebab Allah SWT telah menghendaki hidup yang sejahtera dan makmur secara adil dan merata. Sistem kapitalisme adalah sistem dimana peran pemerintah sangatlah lemah, kurang atau bahkan tidak ada sama sekali dalam mengatur perekonomian masyarakat khususnya bagi mereka yang kurang mampu dalam hal yaitu biaya kehidupan, sehingga penerapan sistem ekonomi kapitalisme dapat menyebabkan munculnya kemiskinan.

Di sisi lain, kemewahan dan gemerlapnya kehidupan hanya dinikmati para konglomerat atau pemilik modal. Karena dalam hal ini Negara hanya berlaku sebagai wasit. yakni di tengah, antara pemilik modal dengan rakyat. Yang secara keadilan lebih condong kepada konglomerat karena mereka lebih menguntungkan, sebab asas dari Kapitalisme adalah manfaat.

Kapitalisme pun, membiarkan persaingan bebas antar individu di dalam kegiatan ekonomi. Karena pada faktanya kualitas fisik, kecepatan berfikir, dan kualitas mental tiap individu ada yang kuat dan ada yang lemah, persaingan bebas akan menyebabkan yang kuat mampu mensejahterakan dirinya, sementara yang lemah tidak bisa mendapatkan kesejahteraan.

Maka wajar,  jika Kapitalisme menimbulkan berbagai macam penderitaan rakyat yang tiada henti. Yang awalnya bidang ekonomi akhirnya berdampak di sektor lainnya.  Gambaran jelasnya bahwa Kapitalisme Identik dengan penjajahan. Sistem yang memfasilitasi ketamakan kaum kapitalis untuk terus mengembangkan kekayaannya demi adanya pertumbuhan ekonomi. Ketamakan dalam pengembangan kekayaan ini selalu mendorong para kapitalis untuk terus memperluas penguasaan bahan baku, tenaga kerja dan pasar ke berbagai negara dalam bentuk penjajahan ekonomi. Lebih singkatnya bahwa Kapitalisme selalu mentargetkan suatu daerah yang menjalankan sistem ini,  ibarat sapi perah. Yang terus di perah tanpa menghiraukan dampak lainnya.

Kapitalisme akan terus menghisap kekayaan negara, memeras rakyat kecil, serta mencabik – cabiknya hingga  rakyatnya kecil tidak berdaya. Tidak sampai di sini, kaum kapitalis dengan tamak dan serakahnya merasa bangga dan berfoya – foya di atas penderitaan rakyat.

Lihatlah, bagaimana kaum kapitalis mencampakkan keserakahan dengan menguasai sumber kekayaan negara, berupa lahan subur, pengelolaan sumber daya alam, dan mereka terus berbagi dengan para konglomerat dan penguasa.

Lihatlah, bagaimana kaum Kapitalis terus bersaing di pasar bebas dengan menaikkan harga tarif dasar listrik, BBM, iuran BPJS, maupun biaya – biaya jasa lainya. Yang kemudian berdampak pada sektor lain, semisal biaya rumah sakit mahal, bahan makan melambung,  biaya transportasi naik, dan berbagai macam kebutuhan lainnya terus menanjak. 

Dan lihatlah pula, bagaimana Kapitalis menampakkan  ketamakan dan kerakusan di masa pandemi virus Corona dengan mengambil kebijakan new normal beberapa waktu, membuka  tempat wisata, bandara dan mall – mall. Padahal kenaikan kasus corona makin tinggi yang tentu sangat berisiko  penularan lebih besar. Sadiskan.

Demikianlah, Sistem Kapitalisme hanya berpihak kepada konglomerat yakni para pemodal bukan rakyat kecil. Yang memberi peluang kaum Kapitalis untuk menumpuk dan memperkaya diri tanpa memberikan peluang rakyat kecil. Bahkan justru rakyat kecil dijadikan sebagai media untuk meraih segalanya. 

Olehkarena itu, sistem Kapitalisme wajib ditinggalkan dan segera kembali kepada sistem Islam yang telah nyata terbukti membawa kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia secara adil selama berabad – abad.  

Islam menetapkan bahwa kekayaan yang menguasai hajat hidup orang banyak (bahan bakar, listrik, air bersih, pertambangan dalam skala yang besar,sungai, danau, hutan, laut, jalan, pasar, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan sebagainya) merupakan milik seluruh rakyat dan dikelola oleh negara .

Hal ini berdasarkan hadist sabda Rasulullah saw.: Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api. (HR Ibnu Majah). Kemudian,Rasul saw juga bersabda:Tiga hal yang tak boleh dimonopoli: air, rumput dan api. (HR Ibnu Majah).

Dengan pengelolaan yang baik maka negara dapat menyedikan lapangan pekerjaan dengan gaji yang dapat mencukupi kebutuhan hidup rakyatnya. Demi mewujudkan kehidupan sejahtera dan makmur. Sehingga tidak ada lagi cerita rakyat meninggal karena kelaparan, sakit tidak terlayani, dan merebaknya para tuna wisma yang hanya tidur dikolong jembatan. Yang ada hanyalah kehidupan tentram dan membahagiakan.

Hal ini terjadi karena peran negara sebagai pelayan dan pelindung rakyat. Seorang pemimpin mempunyai kewajiban meriayah rakyat sebaik mungkin, yang dilakukan dalam rangka taqwallah. Maka hanya sistem islamlah, satu – satunya yang dapat memberi jaminan menentramkan dan membahagiakan sesuai yang dikehendaki Allah SWT.

Wallahua’lam bishowwab.

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts