Ekonomi Dunia Terancam, Elit Negeri Cakar-Cakaran Mau Sampai Kapan ?

Last Updated: 9 Maret 2021By

Oleh : Agan Salim

Kalau ekonomi dunia saat ini kita ibarat bola karet, maka saat ini bola karet itu semakin besar tersesak oleh udara yang masuk ke dalamnya. Kemudian terbang tinggi, dan berakhir pecah atau meletus . Pecahnya disebabkan naiknya suhu dan tekanan, yang tak pelak menyebabkan volume melebihi elastisitas. Inilah arah realitas ekonomi dunia saat ini yang dikenal dengan “economic bubble”

Ada ungkapan, fisika dan ekonomi adalah teman. Kejadian balon yang pecah saat menjulang ke langit, setidaknya bisa menjadi analogi bagaimana fenomena gelembung ekonomi yang pernah menimpa ekonomi dunia yang dikenal dengan “Great Depression” yang merupakan kemerosotan ekonomi terburuk dalam sejarah dunia, yang berlangsung dari tahun 1929 hingga 1939.

Istilah gelembung ekonomi ini mulai menjadi momok ekonomi dunia saat ini. Regulator China baru-baru ini menyatakan sangat khawatir akan bubble (gelembung) di pasar keuangan global dan sektor properti negara itu. Hal ini diutarakan Ketua Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China (CBIRC) Guo Shuqing, Selasa (2/3/2021). (cnbcindonesia 03/03/2021)

Dilansir The Strait Times yang mengutip Bloomberg, ancaman meledaknya gelembung juga akan terjadi di pasar AS dan Eropa karena penguatan yang di luar underlying ekonomi. “Pasar modal ditransaksikan di level tinggi di Eropa, AS, dan negara maju lain, di mana sangat berkebalikan dengan ekonomi riil,”

Fakta diatas juga selaras dengan analisa yang disampaikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan World Economics and Situation Prospect bahwa dukungan fiskal dan moneter yang luar biasa dari pemerintah di berbagai negara untuk melawan pandemi virus Corona dinilai telah gagal meningkatkan investasi manufaktur yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil.

Manfaat terbesar stimulus justru mengalir ke pasar keuangan (sektor non riil), yang mendorong harga saham lebih tinggi. Hal ini berdampak pada kenaikan besar-besaran pada harga aset keuangan dan semakin terputusnya hubungan antara kinerja ekonomi riil dan kinerja sektor finansial. (bisnis.com 26/01/2021) tak terkecuali di negeri ini.

Ancaman serius akan kondisi balon ekonomi yang kian menuju titik kritis meledaknya ini justru tidak berbanding lurus dengan kebijakan ekonomi di negeri ini. Entah disengaja atau tidak, kebijakan yang diambil dan diputuskan jauh dari solusi mendasar yang dihadapi untuk rakyat. Justru sebaliknya, ada kebijakan yang malah mengancam masa depan dan kedaulatan bangsa.

Turunan undang-undang cipta kerja (omnibuslaw) no.11 tahun 2020 misalnya, seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang bidang Usaha Penanaman Modal yang membuka pintu investasi untuk industri minuman keras (MIRAS) sampai eceran yang akhirnya berbuah kegaduhan dan badai kritikan dan protes dari berbagai kalangan sampai saat ini.

Belum lagi Peraturan Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2020 diberi nama Indonesia Investment Authority (INA) yang berwenang mengelola aset negara bahkan menjadi jaminan hutang, yang diduga akan melegitimasi pemindahbukuan (overbooking) hutang-hutang negara baru yang sebelumnya dicatat dalam APBN, dan nantinya akan dicatat dalam pembukuan lembaga superbody tersebut.

Kedepan ada lebih kurang 47 Peraturan Pemerintah (PP), diataranya aturan MINERBA, LINGKUNGAN dan PERBURUHAN yang pasti tidak kalah mengguras energi dan kegaduhan dan disinyalir mengancam kedaulatan dan masa depan bangsa disaat pandemic yang belum juga akan reda.

Dan carut marut regulasi perundang-undangan yang memang telah cacat sejak lahir dan sarat dengan kepentingan para oligarki inipun harus diselingi dengan aksi “cakar-cakaran” dan trik intrik para elit politik dan hukum akan perebutan suksesi kepemimpinan yang sejatinya jauh dari kepentingan dan kebutuhan mikro rakyat saat ini akan solusi ekonomi disatu sisi, dan ancaman ekonomi makro dunia yang kian serius dan membahayakan disisi yang lain.

Mau sampai kapan konflik sesama anak bangsa ini terus terjadi !?. TIdak cukupkah peringatan Allah SWT dan Rasulnya akan nasib yang sangat menghinakan akan para pemimpin yang abai akan nasib rakyatnya. Seperti Firman Allah SWT “Sesungguhnya dosa atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih” (QS asy-Syura: 42).

Dan sabda Rasullulah : “ orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim” (HR Tirmidzi).[]

© ALIANSI PENGUSAHA MUSLIM INDONESIA